Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB III METODE PENELITIAN

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012.

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal april tahun Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja. Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

ABSTRAK. : Kondisi Rumah, Sanitasi Rumah, Perilaku Anggota Keluarga Merokok dan ISPA

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GETASAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dian Saraswati S.Pd, M.Kes dan Pembimbing II Ramly Abudi S.Psi, M.Kes. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak Balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak Balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato yang meliputi ventilasi rumah, pencahayaan rumah, suhu udara rumah, kepadatan penghuni rumah, pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah, pencemaran udara oleh asap anti nyamuk bakar dalam rumah, dan pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak dalam rumah dengan kejadian ISPA. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yaitu 256, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini : 1) Kuesioner, 2) rollmeter, 3) luxmeter 4) thermometer. Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi rumah kejadian ISPA (p = 0,034 x 2 = 4.508). Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sanitasi rumah mempengaruhi angka kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Balita, Sanitasi Fisik Rumah.

I. PENDAHULUAN Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup (Marianae, 2003). Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Arifin, 2009). Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA) mencakup penyakit saluran napas bagian atas (ISPA) dan saluran napas bagian bawah (ISPA). ISPA mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, tetapi dapat menyebabkan kecacatan misalnya otitis media yang merupakan penyebab ketulian. Sesuai data dari Puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato, kasus ISPA pada balita pada tahun 2009 mencapai 218 kasus, jumlah kunjungan 677 dengan prevalensi kasus 32.2%, pada tahun 2010 mencapai 376 kasus, jumlah kunjungan 691 dengan prevalensi kasus 54,4% dan pada tahun 2011 sebanyak 393 kasus, jumlah kunjungan 714 dengan prevalensi kasus 55%. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marisa semakin bertambah (Puskesmas Marisa, 2011). II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan selang waktu mulai tanggal 1 April sampai dengan 30 April Tahun 2012. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Jenis penelitian digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien balita yang berkunjung dan berobat di Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2011 berjumlah 714. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel sehingga besar sampel yang diperoleh adalah 256 sampel. Variabel Dependen dalam penelitian ini yaitu Kejadian ISPA pada Balita dan Variabel Independen yaitu Sanitasi Rumah. III. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 tentang kejadian ISPA pada Balita. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan kuesioner serta melakukan observasi langsung terhadap tempat tinggal dari sampel penelitian. pada ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 58.2% dibandingkan dengan ventilasi rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 31.3%. pada pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 52.9% dibandingkan dengan pencahayaan rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 43.5%. pada suhu udara rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 42.5% dibandingkan dengan suhu udara rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 46.8%. pada kepadatan penghuni rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 53.4% dibandingkan dengan kepadatan penghuni rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 40.0%.

pada pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 55.0% dibandingkan dengan pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 38.2%. pada pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk asap obat anti nyamuk dalam rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 52.8% dibandingkan dengan pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk asap obat anti nyamuk dalam rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 39.7%. pada pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak didalam rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 49.7% dibandingkan dengan pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak didalam rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 34.9%. Berdasarkan Hasil uji statistik hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA didapatkan nilai p value = 0,034 (p < 0,05 x 2 = 4.508). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dalam hasil dan pembahasan diatas, maka dapat buat kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamataan Marisa Kabupaten Pohuwato dengan nilai p value = 0,034 (p < 0,05). Saran : 1. Bagi Orang Tua, Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada balita, diharapkan orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi balita

seperti kebiasaan membuka jendela untuk mengurangi kelembaban udara, tidak merokok di dekat balita dan menjaga jarak apabila menderita ISPA. 2. Bagi Masyarakat, Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja sama menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam ruangan, tidak menggunakan bahan bakar kayu bakar untum memasak di dalam rumah, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, dan menjaga jarak dengan balita apabila menderita ISPA baik dalam keluarga maupun kehidupan bermasyarakat). 3. Bagi Instansi Terkait, diharapkan agar meningkatkan sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian ISPA melalui penigkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai pentingnya sanitasi rumah yang sehat dan hendaknya petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang ISPA kepada setiap ibu misalnya pada acara pertemuan posyandu.