III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN. Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

Unnes Physics Journal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang

PEMETAAN KETEBALAN LAPISAN SEDIMEN WILAYAH KLATEN DENGAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : ( Print) C-383

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

OLEH : REZA AGUS P. HARAHAP ( ) LAILY ENDAH FATMAWATI ( )

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Geologi Daerah Yogyakarta dan Sekitarnya II.1.1. Batuan

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

PENENTUAN PROFIL KETEBALAN SEDIMEN LINTASAN KOTA MAKASSAR DENGAN MIKROTREMOR

III. TEORI DASAR. Gelombang seismic pada dasarnya merupakan gelombang elastic yang dijalarkan

Unnes Physics Journal

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROCEEDINGS PIT HAGI th HAGI Annual Convention & Exhibition Palembang, September 2012

IDENTIFIKASI KERENTANAN DINDING BENDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIKROSEISMIK (STUDI KASUS BENDUNGAN JATIBARANG, SEMARANG) Skripsi

RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Penentuan Frekuensi Natural Dan Arah Pergerakan Gelombang (Studi Kasus: Jembatan Soekarno Hatta Kota Malang)

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

Bab III Metodologi Penelitian

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

Profiling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Surabaya Berdasarkan Pengolahan Data Mikrotremor

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN KERENTANAN SEISMIK MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR DI JALUR SESAR KENDENG

Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu

Inversi Mikrotremor Spektrum H/V untuk Profilling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Lapisan Bawah Permukaan dan Mikrozonasi Wilayah Surabaya

POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMOR STUDI KASUS KECAMATAN PUGER, JEMBER

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

BAB III DASAR TEORI 3.1. Gempa bumi Pengertian gempa bumi

!"#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&1!2,#3&

Gambar 1.1 Cincin Newton didesain interferensi optik yang menunjukkan interferensi optik pada lensa udara dan udara kaca (Schuster, 2008).

RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa

ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

PENGOLAHAN MIKROTREMOR MENGGUNAKAN METODE HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO (HVSR)

Penaksiran Resonansi Tanah dan Bangunan Menggunakan Analisis Mikrotremor Wilayah Surabaya Jawa Timur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

Aplikasi Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural dan Amplitudo HVSR

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Tektonik Indonesia (Hamilton, 1997)... 4

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

TUGAS AKHIR RF IMAM GAZALI NRP DOSEN PEMBIMBING: M. Singgih Purwanto, S.Si, MT NIP

KARAKTERISASI KURVA HORIZONTAL-TO-VERTICAL SPECTRAL RATIO: KAJIAN LITERATUR DAN PERMODELAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT

SOAL UAS SEISMOLOGI TAHUN

Pengaruh Faktor Gempa terhadap Stabilitas Timbunan dengan Analisis Numerik

KOMPARASI NILAI FAKTOR AMPLIFIKASI TANAH DENGAN PENDEKATAN SSA DAN HVSR PADA WILAYAH KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

GEMPABUMI AKIBAT UJICOBA NUKLIR KOREA UTARA AWAL 2016

Transkripsi:

1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, gelombang yang merambat melalui sekitar kerak bumi disebut gelombang seismik. Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik termasuk dalam gelombang elastik karena medium yang dilalui yaitu bumi bersifat elastik. Oleh karena itu sifat penjalaran gelombang seismik bergantung pada elastisitas batuan yang dilewatinya. Umumnya bahwa perambatan gelombang seismik pada struktur kerak bumi yang berbeda akan menghasilkan perbedaan karakteristik respon seismik yang berbeda pula. Untuk tiap gempa bumi, struktur kerak mungkin berperilaku berbeda yang menunjukkan keragaman di propagasi dan karakteristik situs tertentu. Dasar pemisahannya yaitu dari sumber, jalur, dan efek lokal yang menunjukkan karakterisitik dinamis dari gerakan perekaman di stasiun seismik dimana gelombang yang ditangkap bukanlah gelombang yang sebenarnya melainkan sudah mengalami distorsi yang dapat ditulis dengan persamaan (1): O(f) = F(f). P(f). S(f). I(f) (1)

26 dimana O(f) adalah pengamat fourier spektrum gerak di stasiun, F(f) adalah radiasi spektrum dari wilayah focal (sumber efek), P(f) adalah radiasi karakteristik pergerakan gelombang propagasi melewati medium (jalur efek), S(f) adalah karakteristik dekat permukaan lapisan di bawah pengamatan stasiun (situs efek) dan I(f) adalah instrumental respon. Ketika sifat diskontinuitas dalam medium di bawah pengamatan terdapat kontras impedansi antara dua atau lebih lapisan yang berbeda, hal ini menyebabkan gelombang terjebak dengan multiple refleksi dalam lapisan tersebut. Ketika gelombang refleksi ini telah konstruktif, resonansi terjadi. Frekuensi resonansi ini berkaitan dengan ketebalan dan sifat elastis dari bagian atas lapisan yang dituliskan dalam persamaan (2) (Murphy dkk, 1971 ): Fn = 2n 1 Vs 4H (2) dimana, n adalah 1,2,3,., Vs adalah kecepatan gelombang geser (shear) dan H adalah ketebalan dari lapisan atas. Untuk mode dasar, n = 1, frekuensi resonansi ditulis dengan persamaan: Fn = Vs 4H (3) Dari persamaan (3), dapat disimpulkan bahwa frekuensi resonansi berbanding lurus terhadap kecepatan gelombang geser dan berbanding terbalik terhadap ketebalan sedimen. Gelombang geser juga dikenal sebagai gelombang sekunder karena gelombang tersebut datang pada tahap kedua rekaman dalam seismogram. Pergerakan partikel gelombang geser tegak lurus terhadap arah perambatan (propagasi) gelombang. Kecepatan gelombang geser dapat dinyatakan pada persamaan (4):

27 Vs = μ ρ (4) dimana, µ adalah modulus geser dan ρ adalah densitas medium. B. Tinjauan Teori Ambient Noise Seismik Ambient noise seismik merupakan getaran alami yang timbul dari alam atau biasa disebut juga dengan getaran-getaran kecil dari alam (mikrotremor). Nilai amplitudo ambient noise seismik tidak besar akan tetapi kontinyu. Sumber dari ambient noise seismik dibagi menjadi dua yaitu sumber natural (alami) dan sumber cultural. Sumber natural berupa semua manifestasi getaran seperti gelombang pasang, gelombang laut, mikroseismik, angin, efek angin pada pohon atau bangunan. Sedangkan sumber cultural berupa getaran yang berasal dari industri mesin, mobil dan kereta api, aktivitas manusia dan lain-lain. Berdasarkan dari berbagai pengamatan yang dilakukan oleh Gutenberg (1958), Asten (1978), Asten dan Henstridge (1984), Bonnefoy-Claudet dkk (2006), menyimpulkan bahwa frekuensi rendah berkisar di bawah 1 Hz merupakan sumber noise seismik alami, sedangkan frekuensi antara 1 10 Hz merupakan sumber alami dan cultural. Nilai frekuensi tinggi sumbernya yaitu aktivitas manusia. Penulis yang sama meringkas ambient noise seismik dari berbagai sumber, ditunjukkan pada Tabel 1. Penggunaan ambien noise seismik untuk menilai situs efek, estimasi profil kecepatan gelombang geser, peta ketebalan sedimen, pencitraan kerak bumi, pemantauan perubahan kecepatan pada gunungapi dan lain-lain (Syahbana, 2013).

28 Tabel 1. Ringkasan sumber noise seismik berdasarkan pada studi Gutenberg (1958), Asten (1978), Asten Dan Henstridge (1984) dan Aki dan Richards (1980) Seismic Noise Sources Gutenberg (1958) Asten (1978, 1984) Oceanic Waves 0.05 0.1 Hz 0.5 1.2 Hz Monsoon / Large scale meteorological perturbations 0.1 0.25 Hz 0.16 0.5 Hz Cyclones over the oceans 0.3 1.0 Hz 0.5 3.0 Hz Local scale meteorological conditions 1.4 5.0 Hz - Volcanic tremor 2 10 Hz - Urban 1 100 Hz 1.1 30.0 Hz C. Tinjauan Teori Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) Di antara berbagai teknik untuk mengukur ambient noise seismik, yang paling populer digunakan yaitu metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Metode HVSR ini merupakan metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan yang dapat digunakan pada wilayah permukiman. Metode HVSR biasanya digunakan pada seismik pasif (mikrotremor) tiga komponen. Metode ini juga dikenal sebagai metode Nakamura, seperti yang diperkenalkan oleh Nakamura (1989) dari ide dasarnya oleh Nogoshi dan Igarashi yang menunjukkan tingkat antara frekuensi puncak terendah HVSR dari gelombang Rayleigh dan frekuensi resonansi fundamental dari pengukuran situs. Pada prinsipnya metode ini menghitung rasio spektrum antara komponen total resultan horizontal terhadap komponen vertikal. Secara matematis dapat dinyatakan pada persamaan (5) (Nakamura, 1989): R(f) = H EW 2 f + H NS 2 (f) V UD (f) (5)

29 dimana R(f) adalah spektrum rasio HVSR, H EW (f) adalah spektrum komponen horizontal barat-timur, H NS (f) adalah spektrum komponen horizontal utaraselatan dan V UD (f) adalah spektrum komponen vertikal. Teknik perbandingan spektra gelombang komponen horisontal terhadap vertikal (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) dari noise gelombang seismik dapat digunakan untuk memperkirakan kedalaman bedrock secara cepat (Lane dkk, 2008). Metode H/V berguna untuk menunjukkan frekuensi resonansi dominan (f o ) dan nilai puncak HVSR (A), yang mempresentasikan karakteristik dinamis lapisan sedimen. Dari hubungan keduanya dapat diketahui indeks kerentanan seismik (Kg). Nakamura merumuskan metode ini berdasarkan 3 hipotesis utama yaitu: 1. Ambient noise atau bunyi alami yang ditimbulkan oleh refleksi dan refraksi gelombang geser (shear wave) dalam lapisan tanah dangkal dan oleh gelombang permukaan S. 2. Sumber noise lokal tidak mempengaruhi ambient noise pada bagian bawah struktur yang tidak terkonsolidasi. 3. Lapisan tanah yang rapuh atau lunak tidak menguatkan komponen vertikal dari ambient noise. Parameter penting yang dihasilkan dari metode HVSR ialah frekuensi natural dan amplifikasi. HVSR yang terukur pada tanah yang bertujuan untuk karakterisasi geologi setempat, frekuensi natural dan amplifikasi berkaitan dengan parameter fisik bawah permukaan. Sedangkan HVSR yang terukur pada bangunan berkaitan dengan kekuatan bangunan (Nakamura, 2000) dan keseimbangan bangunan. Nakamura (2000) berpendapat bahwa HVSR merupakan gelombang badan, sedangkan Bonnefoy-Clauded menunjukkan bahwa HVSR terdiri atas gelombang

30 permukaan, dalam hal ini gelombang Love dan Rayleigh. Frekuensi HVSR sangat berkaitan dengan sifat fisik dari situs seperti ketebalan lapisan, densitas, atau kecepatan gelombang yang berguna untuk karakterisasi sifat fisik dari struktur geologi (Syahbana, 2013). D. Tinjauan Penggunaan Teknik HVSR Teknik HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) pada analisis data mikrotremor telah digunakan secara luas untuk studi efek lokal dan mikrozonasi. Saat ini, teknik HVSR juga dapat digunakan untuk mengamati tingkat aktivitas gunungapi. Selain sederhana dan bisa dilakukan kapan dan dimana saja, teknik ini juga mampu mengestimasi frekuensi resonansi secara langsung tanpa harus mengetahui struktur kecepatan gelombang geser dan kondisi geologi bawah permukaan lebih dulu. Nakamura menyebutkan bahwa metode HVSR untuk analisis mikrotremor bisa digunakan untuk memperoleh frekuensi natural sedimen (Mufida dkk, 2013). Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) adalah satu metode yang sangat mudah untuk memperkirakan frekuensi alami dari lapisan sedimen. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan faktor amplifikasi dari lapisan sedimen. Dengan menggunakan nilai frekuensi alami dan faktor amplifikasi, metode HVSR juga dapat digunakan untuk memperkirakan elevasi batuan dasar atau ketebalan dari lapisan sedimen (Nakamura, 1989). Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya batuan sedimen yang berada di atas basement dengan perbedaan densitas dan kecepatan Vs, Vo yang mencolok (Gambar 10). Frekuensi resonansi banyak ditemukan oleh fisik dari lapisan sedimen yaitu ketebalan (H) dan kecepatan gelombang S (Vs)

31 (Cipta dan Athanius, 2009). Faktor amplifikasi memberikan gambaran tentang perubahan (pembesaran) percepatan gerakan tanah dari batuan dasar ke permukaan. Pembesaran percepatan tanah dari batuan dasar ke permukaan disebabkan karena perbedaan kecepatan gerakan gelombang geser (Vs) di batuan dasar dan pada lapisan tanah (sedimen). Nilai Vs dari batuan dasar ke permukaan akan makin mengecil. Nilai Vs yang makin mengecil menyebabkan makin kecilnya nilai modulus geser (Gs) dan faktor redaman, sehingga percepatan tanah akan makin membesar. Semakin besar nilai faktor amplifikasi maka semakin besar pula percepatan gerakan tanah di permukaan (Partono dkk, 2013). Gambar 10. Konsep dasar amplifikasi gelombang seismik (Cipta, 2009) Aplikasi teknik HVSR pada mikrozonasi gempa bumi mengasumsikan bahwa nilai dari kecepatan gelombang geser adalah tetap atau konstan di satu tempat (satu titik) dan nilai kedalaman (H) berubah. Aplikasi HVSR lainnya yang baru baru ini dipopulerkan untuk mengamati tingkat aktivitas gunungapi, sebaliknya mengasumsikan bahwa nilai dari kedalaman (H) bernilai tetap atau konstan

32 sedangkan nilai kecepatan gelombang geser (Vs) berubah pada satu titik. Dari mikrozonasi gempabumi akan diperoleh informasi variasi spasial (ruang). Sedangkan pada estimasi aktivitas gunungapi diperoleh informasi variasi temporal atau waktu (Syahbana, 2013).