TRANSESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS MENJADI BIODIESEL DENGAN KATALIS KALSIUM OKSIDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS KALSIUM OKSIDA

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Minyak Biji Karet Menggunakan Katalis Alumina Tersulfatasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Prestasi, Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

SINTESIS BIODISEL MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KATALIS CaO CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 800 o C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH KATALIS DAN WAKTU REAKSI TERHADAP KONVERSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS CaO DARI KULIT TELUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

PENGEMBANGAN KATALIS KALSIUM OKSIDA UNTUK SINTESIS BIODIESEL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah Melalui Proses Transesterifikasi dengan Menggunakan CaO sebagai Katalis

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN:

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

PRODUKSI BIODISEL DARI MINYAK GORENG BEKAS MENGGUNAKAN KATALIS CaO CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 900 C

METANOLISIS MINYAK SAWIT DENGAN KATALIS ENZIM LIPASE PSEUDOMONAS CEPACIA YANG DIIMOBILISASI

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TRANSESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN CONTINOUS MICROWAVE BIODIESEL REACTOR

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) DENGAN METODE PENCUCIAN DRY WASHING

UJI COBA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS D-GLUKOSA DAN PATI JAGUNG

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Nufi Dini Masfufah Ajeng Nina Rizqi

SINTESIS BIODISEL DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN VARIASI PARAMETER TAHAPAN TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia ABSTRACT

Samik*, Ratna Ediati, dan Didik Prasetyoko. * / ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

KATALIS BASA HETEROGEN CAMPURAN CaO & SrO PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KELAPA SAWIT

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

Oleh : Niar Kurnia Julianti Tantri Kusuma Wardani Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, MT

KONVERSI WASTE COOKING OIL (WCO) MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS BASA HETEROGEN Na 2 O/Fe 3 O 4

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Efek Lama Maserasi Bubuk Kopra Terhadap Rendemen, Densitas, dan Bilangan Asam Biodiesel yang Dihasilkan dengan Metode Transesterifikasi In Situ

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit Off-Grade Menggunakan Katalis CaO Melalui Proses Dua Tahap

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit Off-Grade Menggunakan Katalis CaO Melalui Proses Dua Tahap

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGGUNAKAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

PENGARUH KONSENTRASI, WAKTU, PENGADUKAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP YIELD BIODIESEL DARI MINYAK DEDAK PADI

PENDAHULUAN Latar Belakang

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH (Abdullah dkk)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT OFF-GRADE MENGGUNAKAN KATALIS CaO YANG BERASAL DARI KULIT TELUR MELALUI PROSES DUA TAHAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN KATALIS ZnO PRESIPITAN ZINK KARBONAT PADA TRANSESTERIFIKASI CPO FFA TINGGI

Transkripsi:

TRANSESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS MENJADI BIODIESEL DENGAN KATALIS KALSIUM OKSIDA Nur Hidayati, Tesa Suci Ariyanto, dan Henri Septiawan Program Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102 ABSTRAK Penggunaan kalsium oksida sebagai katalis basa heterogen dipelajari untuk pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan molar metanol:minyak (9:1, 12:1, dan 15:1), jumlah katalis (1, 2, dan 3%), suhu (30, 45,dan 60 C) dan waktu reaksi (1,5, 2, dan 2,5 jam) terhadap yield metil ester yang dihasilkan. Yield tertinggi, 53 %, diperoleh ketika reaksi diselenggarakan dengan kondisi perbandingan methanol:minyak 15:1, jumlah katalis 3%, suhu reaksi 60 C dan waktu reaksi 2 jam. Pada level-level variabel yang diujikan, rasio molar methanol:minyak, suhu dan waktu rekasi berpengaruh secara signifikan tetapi jumlah katalis merupakan variabel yang pengaruhnya tidak begitu signifikan. Kata kunci: biodiesel, transesterifikasi, minyak jelantah, katalis heterogen, CaO PENDAHULUAN Sumber-sumber energi terbarukan mendapat perhatian serius seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan berkurangnya cadangan minyak bumi sebagai sumber energi utama yang dikonsumsi oleh penduduk dunia. Ketergantungan terhadap minyak bumi sudah saatnya dikurangi dengan mengembangkan sumber energi alternatif yang memiliki sifat dapat diperbaharui. Minyak nabati memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan bakar altenatif mesin diesel. Indonesia sebagai negara yang kaya sumber minyak nabati memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan secara luas penggunaan bahan bakar alternatif ini. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar mesin diesel secara langsung mengalami kendala karena viskositasnya yang tinggi (11-17 kali lebih besar dari petroleum diesel), adanya asam lemak bebas dan volatilitas yang rendah [1]. Hal ini menyebabkan pembakaran kurang sempurna dan membentuk deposit pada ruang bakar. Oleh karena itu minyak nabati harus diubah ke bentuk lain untuk menurunkan viskositas, meningkatkan volatilitas dan menghilangkan asam lemak bebas. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengubahnya menjadi alkil ester (biodiesel). Biodiesel memiliki banyak kelebihan. Pertama, biodiesel merupakan green fuel karena sifatnya yang aman, dapat terbarukan, tidak beracun dan dapat terbiodegradasi [2]. Selain itu emisi CO, CO 2, SO x, NO x, dan hidrokarbon yang tidak terbakar berkurang sampai 50%. Kedua, biodiesel dapat dicampur dengan minyak diesel konvensional dan dapat digunakan pada mesin diesel konvensional tanpa atau dengan sedikit modifikasi. Minyak jelantah dapat diubah menjadi biodiesel (alkil ester) melalui proses transesterifikasi. Pada proses ini minyak jelantah sebagai sumber trigliserida direaksikan dengan alkohol 1

menghasilkan campuran alkil ester dan gliserol dengan adanya katalis basa kuat. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi proses transesterifikasi minyak nabati, yaitu: pemilihan katalis, rasio molar alkohol/minyak nabati, kemurnian reaktan, dan suhu [1]. Aspek-aspek ini sangatlah penting untuk diteliti karena konversi, waktu reaksi dan kualitas biodiesel sangat dipengaruhinya. Transesterifikasi secara konvensional diselenggarakan dengan menggunakan katalis basa homogen seperti KOH, NaOH, CH 3 OK dan CH 3 ONa [3]. Proses ini dapat menghasilkan biodiesel dengan kemurnian dan yield yang tinggi dalam waktu yang pendek [4], namun secara keseluruhan proses mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang serius, sehingga membutuhkan biaya produksi yang tinggi [5]. Isu utama yang membatasi proses dengan transesterifikasi ini adalah spesifikasi bahan baku yang ketat. Kandungan asam lemak bebas dalam bahan baku tidak boleh lebih dari 0,5% berat karena dapat mengakibatkan pembentukan sabun yang dapat menyulitkan pemisahan antara gliseol dengan campuran alkil ester [2] sehingga biaya pemisahan produk menjadi tinggi. Pada umumnya minyak goreng memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi, oleh karena itu transesterifikasi minyak ini dengan bantuan katalis basa NaOH atau KOH tidak tepat. Alternatif katalis lain adalah katalis basa padat. Penggunaan katalis heterogen (padat) memiliki beberapa kelebihan [6, 7] : - dapat mempermudah proses pemisahan katalis dengan reaktan atau produk dengan cara filtrasi sederhana. - kurang beracun dan korosif. - lebih aman terhadap lingkungan Berikut ini, kami melaporkan penggunaan katalis CaO dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah. Selain itu, pengaruh perbandingan molar metanol-minyak, jumlah katalis CaO, suhu dan waktu reaksi terhadap yield proses transesterifikasi juga dipelajari. METODE Minyak jelantah yang digunakan pada penelitian ini berasal dari penjual makanan goreng, metanol 96% dari Merck dan CaO dari Lab. Farmasi UMS. Minyak goreng bekas disaring terlebih dahulu sebelum digunakan, sedangkan metanol dan CaO digunakan tanpa perlakuan awal. Untuk mempelajari pengaruh variabel yang dipilih terhadap yield biodiesel, reaksi metanol dengan minyak jelantah diselenggarakan dalam labu leher tiga 500mL yang dilengkapi dengan termometer dan pendingin refluks. Reaksi dijalankan pada variabel-variabel yang telah ditentukan, seperti dijabarkan dalam Tabel 1. Kecepatan pengadukan campuran reaksi dibuat konstan pada 600 rpm. Setelah reaksi selesai, katalis dipisahkan dari campuran reaksi dengan cara sentrifugasi. Produk reaksi kemudian didiamkan selama 20jam dalam corong pemisah dan dipisahkan antara biodiesel dengan sisa reaktan dan produk reaksi lainnya. Biodiesel yang didapat dicuci dengan air untuk membersihkan sisa reaktan dan produk lainnya. Yield biodiesel didefinisikan sebagai banyaknya alkil ester yang dihasilkan terhadap banyaknya minyak yang direaksikan. Banyaknya alkil ester dianalisa menggunakan GCMS QP2010S dan GC 2010 Shimadzu dengan jenis kolom HP 5 (5% Phenyl Methyl Siloxane) 30 meter dan helium sebagai gas pembawa pada suhu 120-300 o C. CaO merupakan material yang tersedia melimpah di Indonesia dan dapat dimanfaakan sebagai katalis untuk transesterifikasi. Selain itu harganya murah dan memiliki kelarutan yang rendah dalam metanol [8]. Yield = x 100% (1) 2

Tabel 1. Variabel dan level percobaan Variabel bebas Level Variabel kontrol Metanol:minyak, X 1 Jumlah katalis, X 2 Suhu reaksi, X 3 Waktu reaksi, X 4 9:1, 12:1, 15:1 1, 2, 3% 30, 45, 60 o C 1,5, 2, 2,5 jam HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu 60 o C dan waktu reaksi 2 jam Metanol: minyak = 12:1 dan jumlah katalis 3% Pengaruh Perbandingan molar metanol:minyak dan jumlah katalis CaO Salah satu variabel penting yang mempengaruhi yield metil ester adalah perbandingan molar metanol dan minyak. Karena reaksi transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik, maka metanol yang direaksikan harus dalam jumlah yang besar untuk menggeser reaksi ke arah pembentukan metil ester. Grafik 1 menampilkan hubungan jumlah katalis CaO (1-3%) dengan yield biodiesel pada perbandingan molar alkohol-minyak (9:1, 12:1, dan 15:1) yang divariasikan. Reaksi dijalankan pada suhu 60 o C dan waktu 2 jam. Pada perbandingan molar alkohol-minyak 9:1, peningkatan jumlah katalis dari 1% menjadi 3% meningkatkan yield dari 22,8% menjadi 25,9%. Fenomena yang sama ditunjukkan oleh percobaan dengan perbandingan molar alkohol-minyak 12:1 dan 15:1, meskipun demikian peningkatan yield tidak signifikan, hanya sekitar 2-13% saja. Keaktifan katalis ditentukan oleh alkalinitas dan jumlah gugus basanya [9]. Dengan meningkatkan jumlah katalis, semestinya jumlah gugus basa juga meningkat. Tetapi pada penelitian ini, peningkatan jumlah gugus basa mungkin tidak signifikan sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap yield metil ester. Kouzu et al. [10] mempelajari pengaruh jenis katalis; CaO, Ca(OH) 2 dan CaCO 3 terhadap yield metil ester. Mereka membuktikan bahwa pada kondisi reaksi yang sama, yield metil ester yang diperoleh adalah 93% untuk CaO, 12% untuk Ca(OH) 2, dan 0% untuk CaCO 3. Ada kemungkinan CaO yang digunakan pada penelitian ini bercampur dengan CaCO 3 karena material yang digunakan tanpa dikenakan proses kalsinasi pada suhu tinggi terlebih dahulu. Secara komersial, CaO pada umumnya diperoleh dengan pelepasan CO 2 dari CaCO 3. CaCO 3 CaO + CO 2 (2) Peningkatan jumlah katalis dalam campuran reaksi dapat menyebabkan peningkatan viskositas [10], karena itu peningkatan viskositas dapat mengurangi laju perpindahan massa reaktan ke permukaan katalis. Pada penelitian ini yield terbesar diperoleh pada percobaan dengan jumlah katalis 3% dan perbandingan molar alkohol-minyak 15:1 yaitu sebesar 53,1%. Liu et al. [11] melaporkan konversi sebesar 95% diperoleh dengan menggunakan perbandingan molar alkohol-minyak kedelai 12:1 dan jumlah katalis CaO 2% pada 65 o C selama 3 jam. Pada jumlah katalis yang sama, perbandingan molar alkohol-minyak mempengaruhi yield secara signifikan, misal dengan jumlah katalis 1% diperoleh yield 22,8%, 33,7% dan 50,7% ketika perbandingan molar alkohol minyak dinaikan berturut-turut 9:1, 12:1 dan 15:1. Hal ini dapat dikatakan bahwa peningkatan perbandingan molar sekitar 67% maka akan diperoleh peningkatan yield lebih dari 100%. Zhang et al. [9] melaporkan bahwa dengan menggunakan perbandingan molar alkohol-minyak biji zanthoxylum bungeanum 12:1 dengan katalis CaO 2% menghasilkan konversi 93,11% selama 2,5 jam. Banerjee et al. [12] menyimpulkan bahwa kadar alkohol yang melebihi proporsi stoikiometri umumnya digunakan untuk reaksi transesterifikasi 3

agar biodiesel yang dihasilkan meningkat. Perbandingan molar alkoholminyak dengan alkohol yang lebih tinggi terhadap minyak diperlukan untuk hasil biodiesel yang lebih baik. Namun, dampak kenaikan alkohol terhadap minyak pada produksi biodiesel menjadi kurang signifikan untuk proses katalis basa dibandingkan dengan proses katalis asam. 60 50 Yield (%) 40 30 20 10 0 9:1 12:1 15:1 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Jumlah Katalis (%berat) Gambar 1. Pengaruh jumlah katalis dan perbandingan molar metanol dan minyak jelantah terhadap yield biodiesel. Reaksi dijalankan pada suhu 60 o C selama 2 jam. 50 40 Yield (%) 30 20 10 0 30C 45C 60C 1 1.5 2 2.5 3 Waktu reaksi (jam) Gambar 2. Pengaruh waktu dan suhu reaksi terhadap yield biodiesel. Reaksi dikontrol pada perbandingan molar metanol:minyak 12:1 dan jumlah katalis 3%. Pengaruh waktu dan suhu reaksi Pengaruh waktu dan suhu reaksi transesterifikasi terhadap yield dipelajari dengan jumlah katalis 3% dan rasio metanol:minyak 12:1. Hasil percobaan disajikan pada gambar 2. Pada suhu reaksi 30 o C, kenaikan waktu reaksi dari 1,5, 2 dan 2,5 jam menghasilkan yield 24,5, 26,8 dan 28,7% secara berturutturut. Peningkatan yield tersebut tidak begitu signifikan. Fenomena yang sama juga terjadi pada suhu reaksi 45 dan 60 o C. Hal ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya trigliserida yang belum bereaksi dalam minyak, sehingga penambahan waktu reaksi tidak meningkatkan yield secara signifikan. Yield tertinggi, 41%, diperoleh pada suhu 60 o C dan waktu 2,5 jam. Hsiao et al. [13] melaporkan bahwa peningkatan waktu reaksi dari 60 menjadi 75 menit, hanya meningkatkan konversi 0,1% untuk transesterifikasi minyak kedelai menggunakan katalis CaO yang dipersiapkan dengan metode iradiasi gelombang mikro. 4

Secara kinetika, kenaikan suhu reaksi akan meningkatkan konversi. Tetapi pada reaksi transesterifikasi ini suhu maksimum dibatasi oleh titik didih metanol. Suhu reaksi yang melebihi suhu didih metanol akan menyebabkan metanol menguap dan mengurangi jumlah metanol dalam campuran reaksi. Suhu reaksi dapat ditingkatkan tetapi tekanan reaksi juga harus ditingkatkan untuk mempertahankan metanol berada dalam kondisi cair. Karena itu, pada penelitian ini suhu tertinggi dibatasi pada 60 o C dan tekanan atmosferik. KESIMPULAN Untuk mempelajari pembuatan biodiesel yang ramah lingkungan, kalsium oksida sebagai katalis padat digunakan untuk memproduksi biodiesel dari minyak goreng bekas. Kondisi reaksi seperti rasio molar metanol dan minyak, jumlah katalis, suhu dan waktu reaksi berpengaruh terhadap yield biodiesel. Meskipun demikian jumlah katalis tidak berpengaruh cukup berarti terhadap yield. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efek kalsinasi CaO terhadap kinerja katalis. DAFTAR PUSTAKA [1] Schuchardt, U., R. Sercheli, and R.M. Vargas, 1998, Transesterification of Vegetable Oils: a Review, J. Braz. Chem. Soc. 9:199-210. [2] Ma, F. and M. A. Hanna, 1999, Biodiesel production: a review, Bioresource Technology 70:1-15. [3] Helwani, Z., M. R. Othman, N. Aziz, J. Kim, and W.J.N. Fernando, 2009, Solid Heterogeneous Catalysts for Transesterification of Triglycerides with Methanol: A Review, Applied catalysis A 363:1-10. [4] Vyas, A.P., J. V. Verma, and N. Subrahmanyam, 2010, A review on FAME Production Processes, Fuel 89:1-9. [5] Lotero, E., Y. Liu, D. E. Lopez, K. Suwannakarn, D. A. Bruce, and J. G. Goodwin Jr., 2005, Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis, Ind. Eng. Chem. Res. 44:5353-5363. [6] Lou, W.Y., M. H. Zong, and Z. Q. Duan, 2008, Efficient Production of Biodiesel from High Free Fatty Acid-containing Waste Oils Using Various Carbohydratederived Solid Acid Catalysts, Bioresource Technology 99:8752-8758. [7] Jiménez-López, A., Jiménez-Morales, I., Santamaría-Gonzáles, J., and Maireles- Torres, P. (2011) Biodiesel production from sunflower oil by tungten oxide supported on zirconium doped MCM-41 silica, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical 335:205-209. [8] Zabeti M, W. M. A.Wan Daud, and M. K. Aroua, 2009, Activity of Solid Catalysts for Biodiesel Production: A Review, Fuel Process Technol; 90: 770 777. [9] Zhang, J., Chen, S., Yang, R., and Yan, Y. (2010) Biodiesel production from vegetable oil using heterogeneous acid and alkali catalyst, Fuel 89:2939-2944. [10] Kouzu, M., T. Kasuno, M. Tajika, Y. Sugimoto, S. Yamanaka, and J. Hidaka, 2008, Calcium Oxide as A Solid Catalyst for Transesterification of Soybean Oil and Its Application to Biodiesel Production, Fuel, 87:2798-2806. [11] Liu, X., H. He, Y.Wang, S. Zhu, and X, Piao, 2008, Transesterification of Soybean Oil to Biodiesel Using CaO as A Solid Base Catalyst, Fuel 87:216-221. [12] Banerjee, A., and R. Chakraborty, 2009, Parametric Sensitivity in Transesterification of Waste Cooking Oil for Biodiesel Production - A review. Resource, Conservation and Recycling, 53:490-497. [13] Hsiao, M-C., C-C. Lin, and Y-H. Chang, 2011, Microwave Irradiation-assisted Transesterification of Soybean Oil to Biodiesel Catalyzed by Nanopowder Calcium Oxide. Fuel 90:1963-1967. 5