BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

1. DEFINISI BENDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

Tabel 1. Perbedaan dasar antara proyek-proyek swasta dan proyek publik

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN PROYEK WADUK KONTO WIU DI DESA WIYUREJO KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG

ABSTRAK Faris Afif.O,

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

Proses Pembuatan Waduk

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

BAB III LANDASAN TEORI

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI WILAYAH CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pertemuan. Nur Rachmad

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pendahuluan Arti Pentingnya Air

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Bangunan Air. Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG BULUNG DI KABUPATEN BANGKALAN TUGAS AKHIR

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

ANALISA KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN RANDU GUNTING KABUPATEN BLORA

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

ANALISIS KEAMANAN TERHADAP BAHAYA REMBESAN PADA TUBUH BENDUNGAN DAN DI BAWAH BENDUNGAN URUGAN

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

PERBANDINGAN ALTERNATIF PERBANDINGAN ALTERNATIF

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA AIR PERMUKAAN DANAU, WADUK DAN BENDUNG

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bendungan Urugan Bendungan merupakan bangunan yang digunakan untuk membendung aliran air sungai yang dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia atau menanggulangi bencana, seperti banjir. Menurut Sosrodarsono (2002), bendungan urugan merupakan bendungan yang dibangun dengan cara menimbunkan bahan-bahan, seperti: batu, krakal, krikil, pasir, dan tanah, pada posisi tertentu dengan fungsi sebagai pengempang atau pengangkat permukaan air yang terdapat di dalam waduk di udiknya. 2.1.1. Tipe-tipe Bendungan Urugan Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan, secara umum dapat dibedakan 2 tipe bendungan urugan, yaitu: a. Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah bendungan batu. b. Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah bendungan tanah. Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran, yaitu terdiri dari urugan batu di bagian hilirnya yang berfungsi sebagai penyangga sedang, bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang disamping berfungsi sebagai penyangga tambahan, terutama berfungsi sebagai tirai kedap air. Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh bendungan untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan dapat digolongkan dalam tiga tipe utama, yaitu: a. Bendungan urugan homogen (bendungan homogen) Bendungan urugan digolongkan tipe homogen, apabila bahan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam. Tubuh bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan penyangga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air. b. Bendungan urugan zonal (bendungan zonal)

5 Bendungan urugan digolongkan tipe zonal, apabila timbunan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran butiran) yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu. Pada bendungan ini sebagai penyangga terutama dibebankan pada timbunan yang lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan dibebankan pada timbunan yang kedap air (zone kedap air). Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka tipe ini masih dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tirai (front core fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zone kedap air yang membentuk lereng udik bendungan tersebut. 2. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau bendungan inti miring (inclined-core fill type dam), bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir. 3. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau bendungan inti tegak (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan. c. Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat). Bendungan urugan digolongkan dalam tipe sekat (facing) apabila di lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain. 2.1.2. Karakteristik Bendungan Urugan Dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, maka bendungan urugan mempunyai keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut: a. Pembangunannya dapat dilakukan pada hampir pada semua kondisi geologi dan geografi yang dijumpai b. Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat di sekitar calon bendungan.

6 Tetapi disamping itu, tipe ini juga memiliki kelemahan yang cukup berarti, yaitu tidak mampu menahan limpasan diatas mercunya, dimana limpasan-limpasan yang terjadi dapat menyebabkan longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat mengakibatkan jebolnya bendungan tersebut. Beberapa karakteristik utama dari bendungan urugan, adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 2002): a. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang harus didukung oleh pondasi bendungan persatuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang harus didukung pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hidrostatis dari air dalam waduk. Karena hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun di atas alur sungai yang tersusun dari batuan sedimen dengan kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya dapat diperbaiki sampai tingkat yang dikehendaki. b. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang terdapat di sekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton, yang memerlukan bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan urugan dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positif. c. Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilakukan secara mekanis dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya tipe-tipe peralatan yang diproduksi, maka dapat dipilih peralatan yang cocok, sesuai dengan sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan pelaksanaannya. d. Akan tetapi karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu yang berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh bendungan. 2. Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam aliran filtrasi yang terjadi dalam tubuh bendungan. 3. Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan, karena konstruksi tersebut tidak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh bendungan tersebut.

7 4. Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh iklim. Lebih-lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan pemadatannya. 2.1.3. Bagian-bagian Utama Bendungan Urugan Dibandingkan dengan tipe bendungan yang lain, bagian atas bendung/mercu bendung pada bendungan urugan tidak boleh dilalui oleh air sebab akan merusak bendung itu sendiri. Selain itu bendungan urugan memiliki bagian-bagian yang serupa dengan tipe bendungan yang lain, yaitu: a. Tubuh bendung, pada bendungan urugan berupa timbunan tanah atau batu yang terdiri dari zona kedap dan lolos air. b. Waduk, merupakan tempat penampungan air sungai. c. Pintu outlet, pintu pengeluaran air bendungan. d. Peredam energi, berfungsi untuk meredam energi dari aliran air yang keluar dari bendungan. e. Pelimpah, berfungsi untuk melimpahkan air yang berlebihan, melebihi kapasitas waduk. f. Intake, bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air menuju sawah yang akan diairi dari bendungan. 2.1.4. Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Sebelum pembangunan bendungan dilakukan, dibangun terlebih dahulu bangunan-bangunan pelengkap yang berupa bangunan sementara maupun bangunan tetap yang akan termasuk dalam komposisi bendungan yang berfungsi untuk menghindarkan bagian bangunan bendungan yang sedang dikerjakan dari aliran air sungai (Sosrodarsono, 2002). Bangunan tersebut adalah: 1. Saluran pengelak, baik berupa saluran terbuka maupun saluran tertutup 2. Bendungan pengelak, yang dibangun di sebelah udik dan sebelah hilir calon bendungan utama 3. Bangunan pelimpah banjir 4. Bangunan penyadap, dan lain-lain.

8 Dalam pelaksanaan konstruksi dipersiapkan sedemikian rupa, agar diperoleh suatu urut-urutan pelaksanaan yang efektif dan efisien dan pelaksanaan konstruksi masing-masing komponen tidak saling mengganggu. Secara umum pelaksanaan konstruksi bendungan urugan adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 2002): a. Pembuatan jaringan jalan-jalan pengangkutan bahan-bahan, dari tempat penggaliannya ke tempat kedudukan calon bendungan dan jaringan jalan-jalan masuk lainnya. b. Pembuatan base-camp, pool-pool kendaraan dan alat-alat besar, jaringan distribusi tenaga dan fasilitas pelaksanaan konstruksi lainnya. c. Pembuatan saluran pengelak baik berupa saluran terbuka maupun tertutup. d. Pembuatan jaringan jalan pengangkutan bahan yang diperoleh setempat, untuk pembuatan bendungan pengelak. e. Pembuatan bendungan pengelak dan persiapan tempat-tempat penggalian bahan tanah, pasir dan kerikil (borrow-pits) dan tempat-tempat penggalian batu (quarries). f. Penggalian-penggalian pondasi bendungan dan pekerjaan-pekerjaan perbaikan pondasi tersebut. g. Penimbunan tubuh bendungan dan pembuatan bangunan pelengkap permanen, seperti bangunan pelimpah banjir, bangunan penyadap, dan lain-lain. h. Pelaksanaan pembuatan jalan-jalan untuk pelaksanaan penutupan alur sungai agar alirannya pindah ke saluran pengelak. i. Penutupan saluran pengelak, setelah pelaksanaan konstruksi bendungan selesai. 2.2. Analisa Kelayakan Menurut Soeharto (1999), analisa/studi kelayakan merupakan pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau investasi. Disamping sifatnya yang menyeluruh, studi kelayakan harus dapat menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan. Analisa kelayakan mempunyai tujuan untuk memberikan bayangan atau pertimbangan kepada pemilik proyek untuk menjalankan atau membatalkan proyek yang akan dijalankan. Apabila dijalankan maka diharapkan akan mendapatkan manfaat sesuai dengan yang diinginkan. Analisa kelayakan di lakukan sebelum rangkaian

9 kegiatan pelaksanaan suatu proyek dijalankan. Aspek-aspek yang ditinjau dalam analisa kelayakan, yaitu: a. Aspek pemasaran b. Aspek teknis c. Aspek finansial dan ekonomi d. Aspek penjadwalan dan pembiayaan f. Aspek dampak lingkungan 2.2.1. Analisa Manfaat Biaya Analisa Manfaat Biaya merupakan perhitungan rasio manfaat terhadap biaya. Dalam perhitungannya nilai waktu dari uang harus tetap dipertimbangkan berdasarkan perhitungan waktu arus kas yang terjadi setelah proyek dimulai (DeGarmo, 1999). Analisa Manfaat Biaya merupakan salah satu metode dari studi kelayakan suatu proyek. Untuk menilai kelayakan suatu proyek dengan Analisa Manfaat Biaya, terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap manfaat yang akan diperoleh dari proyek tersebut, kemudian dilakukan identifikasi terhadap kerugian yang ditimbulkan dari proyek. Apabila dari proyek yang dibangun menghasilkan hasil yang berupa uang, maka akan disebut sebagai pendapatan. Dari variabel manfaat, kerugian, pendapatan, dan juga biaya yang dikeluarkan, kemudian dilakukan analisa sehingga didapatkan hasil sebagai dasar memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan proyek yang akan dijalankan. Dalam mengidentifikasi manfaat-manfaat yang diperoleh, sering kali ditemui kesulitan karena manfaat yang diperoleh dari proyek tidak bisa dinilai dengan satuan uang. Biasanya analisa manfaat biaya digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek fasilitas publik yang ditangani oleh pemerintah dimana dari pembangunan proyek ini tidak diharapkan laba (nirlaba). Dana untuk pembangunan diambil dari pendapatan negara yang salah satunya dari pajak sehingga bisa dikatakan proyek jenis ini dimiliki oleh rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat. Pendapatan yang diharapkan hanya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan. Oleh karena itu diperlukan waktu peninjauan yang lama untuk proyek seperti ini. Menurut DeGarmo (1999), terdapat kesulitan yang melekat pada proyek-proyek publik yang harus dipertimbangkan dalam melakukan studi ekonomi dan mengambil keputusan ekonomi terhada proyek-proyek tersebut, yaitu:

10 a. Tak terdapat standar laba yang dapat digunakan sebagai ukuran dari efektifitas keuangan. Kebanyakan proyek publik dimaksudkan untuk nirlaba. b. Dampak keuangan dari banyak manfaat proyek-proyek publik sulit dikuantifikasikan. c. Hanya terdapat sedikit atau sama sekali tidak ada hubungan antara proyek dan publik, sebagai pemilik proyek. d. Sering kali terdapat pengaruh politik yang kuat setiap kali dana masyarakat digunakan. Apabila keputusan terhadap suatu proyek publik dibuat oleh pejabat terpilih yang tidak lama lagi akan mengadakan pemilihan kembali, manfaat dan biaya langsung yang ditekankan, sering kali dengan hanya sedikit atau tanpa pertimbangan terhadap konsekuensi jangka panjang yang lebih penting. e. Motif laba yang biasa berguna sebagai perangsang untuk mendorong kerja yang efektif tidak ada, yang bukanlah dengan maksud menunjukkan bahwa setiap proyek publik tidak efektif atau para manager dan karyawannya tidak dapat diharapkan bekerja secara efisien. Tetapi laba langsung yang merupakan perangsang dalam perusahaan swasta dianggap mengakibatkan dampak yang menguntungkan terhadap efektifitas proyek sektor swasta. f. Proyek-proyek publik biasanya jauh lebih banyak terkena pembatasan-pembatasan resmi dibandingkan dengan proyek swasta. Sebagai contoh, daerah operasi untuk perusahaan tenaga listrik yang dimiliki oleh pemerintah kotapraja mungkin dibatasi sehingga listrik hanya dapat dijual dalam batas kota, tanpa memandang apakah pasar untuk kelebihan kapasitas terdapat di luar batas kota atau tidak. g. Kemampuan badan-badan permerintah untuk modal sangat lebih terbatas dibandingkan dengan perusahaan swasta. h. Tingkat bunga yang wajar untuk mendiskonto manfaat-manfaat dan biaya-biaya suatu proyek publik sering kali kontroversial dan secara politis sensitif. Jelas, tingkat bungan yang lebih rendah sangat membantu proyek-proyek jangka panjang yang mempunyai manfaat sosial dan/atau keuangan utama di masa depan, sedangkan tingkat bunga yang lebih tinggi mendorong tinjauan jangka pendek yang disini keputusan berdasarkan investasi awal dan manfaat yang bersifat segera.

11 2.2.2. Manfaat, Kerugian, Biaya, dan Pendapatan Dalam uji kelayakan suatu proyek diteliti keseluruhan benefit, disbenefit, biayabiaya, dan pendapatan yang didapatkan dan dikeluarkan selama waktu yang diinginkan. Manfaat adalah segala bentuk keuntungan yang diperoleh masyarakat yang dapat berupa sesuatu yang nyata ataupun tidak. Pada proyek bendungan yang penulis gunakan sebagai bahan studi maka manfaat yang diterima masyarakat adalah tersedianya air kebutuhan hidup sehari-hari dan air irigasi yang cukup untuk sepanjang tahun sehingga akan menambah produksi pangan dan akhirnya menambah penghasilan petani. Kerugian adalah segala hal yang negatif yang diterima masyarakat baik sementara ataupun permanen akibat proyek tersebut. Petani yang sawahnya dibebaskan untuk pembangunan bendungan akan merasa mengalami kerugian karena tidak bisa menghasilkan lagi. Biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan proyek serta fasilitas pendukungnya sampai hasilnya dapat beroperasi sesuai dengan yang diinginkan. Serta biaya-biaya yang nantinya digunakan untuk operasional dan perawatan bendungan. Pendapatan merupakan semua hasil yang didapatkan secara langsung dari operasional bangunan yang direalisasikan. Semisal, penggunaan air untuk air baku, perikanan, pariwisata, dan lain sebagainya. 2.2.3. Nilai Uang Terhadap Waktu Uang dalam jumlah nominal yang sama saat ini dengan yang akan datang akan memiliki nilai yang berbeda yang disebabkan dari bunga atau laba yang dihasilkan. Dalam perhitungan rasio manfaat biaya akan diperlukan suatu faktor yang akan digunakan untuk mengekivalenkan nilai-nilai manfaat, kerugian, biaya, dan pendapatan, sesuai dengan ukuran waktu (N) yang ditinjau. Rumus-rumus yang digunakan adalah (DeGarmo, 1999): 1. Mencari nilai future (F) dari nilai present (P) dinyatakan dalam F = P (F/P, i%, N) dengan perumusan: F = P (1+i) N 2. Mencari nilai present (P) dari nilai future (F) dinyatakan dalam P = F (P/F, i%, N) dengan perumusan: P = F (1+i) -N 3. Mencari nilai future (F) dari nilai annual (A) dinyatakan dalam

12 (1 i) N 1 F = A (F/A, i%, N) dengan perumusan: F = A i 4. Mencari nilai annual (A) dari nilai future (F) dinyatakan dalam A = F (A/F, i%, N) dengan perumusan: A = F i N (1 i) 1 5. Mencari nilai present (P) dari nilai annual (A) dinyatakan dalam N (1 i) 1 P = A (P/A, i%, N) dengan perumusan: P = A N i(1 i) 6. Mencari nilai annual (A) dari nilai present (P) dinyatakan dalam A = P (A/P, i%, N) dengan perumusan: A = P N i(1 i) N (1 i) 1 2.2.4. Perumusan Benefit Cost Ratio Sesuai buku dari DeGarmo (1999), dalam analisa manfaat biaya (B/C rasio) dicari perbandingan antara benefit/manfaat yang didapatkan dari pembangunan suatu proyek dengan cost/biaya yang dikeluarkan. Rasio B/C konvensional dengan PW (Present Worth) B C B I PW ( O M ) Rasio B/C termodifikasi dengan PW (Present Worth) B B PW ( O M ) C I Dimana: PW = present worth (nilai sekarang) B = benefit dari proyek I = investasi awal O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan Setelah dihitung dan nilai B/C diperoleh, maka bisa diambil kesimpulan bahwa proyek dapat diterima/layak apabila nilai B/C 1.

13 Perumusan di atas dapat juga ditulis dalam bentuk nilai tahunan, yaitu: Rasio B/C konvensional dengan AW (Annual Worth) B C AW ( B) CR ( O M ) Rasio B/C termodifikasi dengan AW (Annual Worth) B AW ( B) ( O M ) C CR Dimana: AW = annual worth (nilai tahunan) B = benefit dari proyek CR = jumlah pengembalian modal (misalnya, biaya tahunan ekivalen dari investasi awal termasuk kelonggaran untuk nilai sisa (jika ada). O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan Rasio B/C konvensional dengan AW (AnnualWorth), benefit dikurangi oleh besarnya disbenefit B C AW ( B) AW ( D) CR ( O M ) Rasio B/C konvensional dengan AW (AnnualWorth), biaya meningkat dengan besarnya disbenefit B C B I PW ( O M ) Dimana: AW = annual worth (nilai tahunan) B = benefit dari proyek D = disbenefit dari proyek CR = jumlah pengembalian modal (misalnya, biaya tahunan ekivalen dari investasi awal termasuk kelonggaran untuk nilai sisa (jika ada). O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan

14 Dalam melakukan perhitungan menggunakan perumusan diatas, benefit dan disbenefit yang timbul dari proyek haruslah dinilai dalam satuan uang terlebih dahulu. 2.2.5. Analisa Sensitifitas Analisa sensitifitas merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui seberapa sensitif pengaruh dari perbedaan/perubahan biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu proyek terhadap kelayakannya. Analisa ini dilakukan setelah didapatkan nilai parameter dari perhitungan benefit cost ratio suatu proyek. 2.3. Manfaat dan Kerugian Bendungan Dalam pembangunan fasilitas publik harus dilakukan peninjauan dari segala segala sudut pandang agar nantinya mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan pembangunan bendungan. Menurut Linsley (1996), pembangunan bendungan memiliki tujuan/ manfaat untuk: a. Irigasi Kebutuhan air untuk irigasi biasanya bersifat musiman, dengan jumlah maksimum selama musim panas (kemarau) yang kering dengan kebutuhan yang kecil sekali atau sama sekali tidak ada pada musim dingin (musim hujan). b. Penyediaan air Kebutuhan air rumah tangga lebih mendekati tetap sepanjang tahun dari pada kebutuhan irigasi, tetapi maksimum musimannya biasanya terjadi di musim panas (kemarau). Tuntutan kebutuhan itu biasanya bertambah dengan perlahan-lahan dari tahun ke tahun, sehingga cadangan harus disediakan untuk mengikuti pertambahan kebutuhan. c. Daya listrik Kebutuhan daya listrik biasanya mempunyai variasi musiman yang jelas tergantung pada jenis daerah yang dilayani. Untuk menghasilkan listrik, air yang dialirkan ke hilir dilewatkan pada suatu turbin. d. Pelayaran

15 Bendungan yang direncanakan untuk menyediakan air guna menjaga aliran air di hilir, bagi pelayaran melayani kebutuhan air yang sangat jelas bersifat musiman, yang pelepasan puncaknya dibutuhkan selama akhir musim kemarau. e. Pengurangan banjir Kebutuhan dasar bagi pengurangan banjir adalah cukupnya ruang tampungan kosong untuk memungkinkan ditahannya air banjir di musim hujan (banjir). f. Rekreasi Biasanya tidak praktis untuk merencanakan bendungan besar hanya untuk rekreasi, sehingga setiap keuntungan dari rekreasi biasanya bersifat tambahan terhadap fungsi-fungsi lain dari proyek yang bersangkutan. Bendungan rekreasi yang ideal adalah waduk yang hampir selalu penuh selama musim rekreasi untuk memungkinkan orang melakukan permainan perahu, memancing, berenang dan olah raga air lainnya. g. Ikan dan kehidupan liar Masalah ikan dan kehidupan liar di bendungan-bendungan besar terutama adalah persoalan perlindungan. Pembangunan bendungan mengakibatkan perubahan besar dalam habitat bagi kehidupan liar yang ada, sehingga dapat menyebabkan pengurangan suatu jenis dan bertambahnya jenis-jenis ikan yang lain. Naik turunnya permukaan air yang besar dan berlangsung cepat membahayakan ikan, terutama pada masa-masa kritis, misalnya masa bertelur. h. Pengendalian pencemaran Suatu bendungan dapat untuk penambahan aliran-rendah, yaitu pelepasan air pada masa air-rendah untuk mendapatkan larutan air sedemikian rupa, sehingga sungai itu dapat lebih baik mengasimilasikan air limbah yang dituangkan kedalamnya. Walaupun demikian, pelepasan dari suatu bendungan dapat menyumbang pencemaran, karena perubahan mutu air yang sering terjadi di dalam bendungan. i. Pengendalian nyamuk Bila diinginkan, suatu waduk dapat dioperasikan untuk mengendalikan pertumbuhan nyamuk dengan cara mengatur naik turunnya permukaan air dengan cepat, yang akan mendamparkan jentik-jentik di pinggir bendungan.

16 Selain dari manfaat-manfaat yang telah disebutkan diatas, pembangunan bendungan juga menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu: a. Degradasi alur hilir atau tepi-tepi pantai akibat hilangnya sedimen karena tertangkap di dalam waduk. b. Hilangnya tempat-tempat yang mempunyai sifat geologis, historis, arkeologis, atau pemandangan yang unik akibat genangan waduk. c. Tergenangnya daerah penangkaran benih ikan yang berpindah-pindah yang menghalangi proses reproduksinya, atau rusaknya kerikil pembenihan akibat pengerukan atau pelapisan alur. d. Perubahan suhu air sungai karena adanya waduk mengakibatkan berubahnya kehidupan air di sungai itu. e. Pelesapan air dasar waduk yang mungkin mengandung larutan garam berat atau sedikit oksigen mengakibatkan berubahnya kehidupan air. f. Drainasi rawa-rawa, lubang-lubang karang dan sebagainya memperkecil peluang hidup binatang dan burung-burung air atau ampibi. g. Perubahan mutu air akibat drainasi dari suatu proyek irigasi dapat merangsang pertumbuhan ganggang di air yang menampungnya atau mendorong perubahan jenis kehidupan air akibat naiknya kegaraman air di badan air yang menampung drainasi itu. h. Terbentuknya penghalang bagi jalur perpindahan normal dari binatang-binatang darat akibat adanya waduk. i. Berubahnya jenis-jenis kehidupan air akibat meningkatnya kekeruhan air dari erosi yang ditimbulkan oleh manusia atau dari pengerukan. j. Kerusakan jenis-jenis kehidupan yang baik akibat bahan-bahan racun (pestisida, logam-logam beracun, dan sebagainya) yang dibuang ke dalam sungai dan terpusat pada rantai pangannya. k. Kerusakan kehidupan ikan yang harus malalui pompa atau turbin atau bangunan pelimpah bendungan besar. l. Kerusakan tumbuh-tumbuhan di tebing sungai akibat perubahan pola aliran sungai

17 2.4. Potensi Pengembangan Pada Lokasi Bendungan Pada lokasi Bendungan Telaga Tunjung akan dikembangkan sebagai daerah obyek pariwisata yaitu berupa wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus. Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Menurut Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dikelompokkan dalam: a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam, merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata. b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya, merupakan usaha seni budaya bangsa yang telah dilengkapi sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata. c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus, merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisatawan yang mempunyai minat khusus.