PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN"

Transkripsi

1 1

2 PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN NOMOR MODUL DCE - 08 JUDUL MODUL PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK BAHAN 2

3 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah Selesai mengikuti modul ini, peserta dapat menjelaskan jenis-jenis bahan dan karakteristiknya disekitar lokasi untuk pekerjaan Bendungan tipe urugan, yang efektif dan efisien dengan mutu sesuai spesifikasi OHT1-1 3

4 TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS (TIK) Setelah modul ini diajarkan peserta mampu : 1. Menjelaskan jenis-jenis bendungan tipe urgan dan pondasinya 2. Menjelaskan penyebab kegagalan bendungan tipe urugan dan penanganan rembesan melalui pondasi 3. Menjelaskan macam-macam instrumentasi dan perlindungan lereng pada bendungan tipe urugan. 4. Menjelaskan jenis-jenis bahan dan karakteristik untuk timbunan tubuh bendungan dan jalan pada puncak bendungan. OHT1-2 4

5 MAKSUD DAN TUJUAN. Memberikan tambahan ilmu kepada Para Pelaksana Bendungan khususnya bendungan tipe urugan serta karakteristik bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan bendungan tersebut. OHT1-3 5

6 BENDUNGAN TIPE URUGAN : 1. BENDUNGAN TIPE HOMOGEN 2. BENDUNGAN TIPE SEKAT(facing). 3. BENDUNGAN TIPE ZONAL 1. Bendungan tirai. ( jarang ada) 2. Bendungan Inti Miring. 3. Bendungan Inti Tegak. 4. Untuk tipe ini, penggunaan zone yang banyak akan mengakibatkan pelaksanaan lebih sulit. OHT2-1

7 BENDUNGAN TIPE HOMOGEN. 1. KERIKIL DAN BATU SULIT DIDAPATKAN DI LOKASI. 2. COCOK UNTUK TIPE YANG RENDAH. 3. SELURUH TUBUH BENDUNGAN DIBAWAH GARIS REMBESAN SEHINGGA KONDISI TUBUH BENDUNGAN SELALU JENUH. 4. APABILA GARIS REMBESAN MEMOTONG LERENG HILIR DAPAT MENYEBABKAN EROSI BULUH. UNTUK MENGATASI HAL TERSEBUT, DILENGKAPI DENGAN DRAINASE. OHT2-2

8 8

9 9

10 BENDUNGAN TIPE SEKAT APABILA DILOKASI MATERIAL KEDAP AIR TERBATAS SEDANGKAN BAHAN LULUS AIR BANYAK, MAKA BENDUNGAN TIPE SEKAT MERUPAKAN ALTERNATIP YANG MEMUNGKINKAN. 1. BAHAN SEKAT BIASANYA BETON, PLAT BAJA ATAU LAPISAN ASPAL. 2. DAPAT DIBANGUN LEBIH RAMPING. 3. AKTU PEMBANGUNAN PENDEK KARENA DAPAT DILAKSANAKAN SEPANJANG WAKTU. 4. PALING BAIK BILA SEKAT TERSEBUT DARI ASPAL KARENA ASPAL TIDAK KAKU, DAPAT BERTAHAN TERHADAP GELOMBANG. OHT2-3 10

11 BENDUNGAN TIRAI. 1. DAERAH YANG JENUH AIR HANYA BAGIAN DEPAN KONSTRUKSI TIRAI. 2. LERENG HILIR DAPAT DIBUAT CURAM KARENA PRAKTIS KERING. OHT2-3 11

12 BENDUNGAN INTI TEGAK. 1. PENIMBUNAN ZONE KEDAP AIR DAPAT DILAKUKAN DALAM WAKTU YANG BERBEDA DENGAN ZONE LAINYA. 2. ZONE LULUS AIR DIHILIR DAPAT DILAKUKAN TERLEBIH DAHULU. 3. TAHAN TERHADAP GETARAN, DAPAT DIHINDARKAN ADANYA REKAHAN.. 4. DENGAN POSISI TEGAK MAKA PERPOTONGAN BIDANG LUNCUR DENGAN INTI AKAN LEBIH KECIL. 5. LEBIH AMAN TERHADAP EROSI BULUH KARENA GRADIENT HIDRAULYK GARIS REMBESAN RELATIP RENDAH. OHT2-4 12

13 FAKTOR PENETAPAN TIPE BENDUNGAN ANTARA LAIN : 1. KUALITAS DAN KWANTITAS MATERIAL YANG TERDAPAT DI LOKASI. 2. UPAYA PENGERJAAN MATERIAL TERSEBUT, TERMASUK PERALATAN KERJA. 3 KONDISI GEOLOGI LAPISAN TANAH PONDASI 4. KONDISI ALUR SUNGAI SERTA LERENG KEDUA TEBING DAN BANGUNAN PELENGKAPNYA. 5. KONDISI KLIMATOLOGI. 6. KONDISI HIDROLOGI. OHT2-5 13

14 KETEBALAN MINIMUM INTI KEDAP AIR. YANG MEMBATASI KETEBALAN INTI KEDAP AIR ANTARA LAIN : 1. KAPASITAS AIR FILTRASI YANG DIPERKENANKAN MELALUI LAPISAN INTI. 2. DIMENSI DAN LEBAR INTI. 3. PERBEDAAN PLASTISITAS DAN GRADASI ANTARA LAPISAN INTI DAN LAPISAN YANG BERDEKATAN DENGAN INTI. 4. KARAKTERISTIK DARI LAPISAN FILTER YANG MELINDUNGI INTI. OHT2-6 14

15 ONDASI BENDUNGAN. ADA UMUMNYA LAPISAN PONGASI UNTUK ENDUNGAN SESUAI DENGAN KARATERISTIK YANG OMINAN : 1. PONDASI BATUAN. 2. PONDASI PASIR DAN KERIKIL. 3. PONDASI TANAH, OHT3-1 15

16 PONDASI BATUAN. 1. DAYA DUKUNG BIASANYA TAK ADA MASALAH. 2. ADANYA BATU YANG TELAH LAPUK TERLIHAT TERISI MATERIAL YANG LUNAK DAN LEMAH PADA PATAHAN, REKAHAN, 3. YANG PERLU DIPERHATIKAN ADANYA EROSI KEHILANGAN AIR MELALUI JOINT ( PATAHAN ), REKAHAN (FISSURE), SEPANJANG BIDANG PATAHAN DAN CELAH CELAH. OHT3-2 16

17 PONDASI PASIR DAN KERIKIL PADA UMUMNYA PERMASALAHAN POKOK YANG SERING DIJUMPAI : 1. REMBESAN AIR YANG BERLEBIHAN DIBAWAH PONDASI. 2. EROSI BULUH DAN SEMBULAN AIR AKIBAT GAYA YANG DITIMBULKAN OLEH REMBESAN. OHT3-3 17

18 PONDASI TANAH. PONDASI DARI LEMPUNG YANG CUKUP TEBAL DALAM CUKUP KEDAP MENAHAN REMBESAN DAN ALIRAN BULUH. MASALAH UTAMA ADALAH : 1. ADANYA TEKANAN PORI YANG BERLEBIHAN 2. PADA PONDASI YANG RAPUH SERTA LEMPUNG YANG PLASTISITASNYA TINGGI MENYEBABKAN DEFORMASI YANG CUKUP BESAR. OHT STABILITAS, BIASANYA LERENG BENDUNGAN DIBUAT LEBIH LANDAI ATAU DIBERI BERM. 18

19 ENYEBAB KEGAGALAN BENDUNGAN. 1. KEGAGALAN AKIBAT REMBESAN. 1. PONDASI LULUS AIR. 2. REMBESAN MELALUI TIMBUNAN Pemadatan tidak sempurna, terutama pada sambung dengan lereng tebing atau bangunan Retakan yang terjadi akibat perbedaan penurunan pa hubungan timbunan dengan pipa pengeluaran 2.3. Lubang yang diakibatkan binatang Pengkerutan, retak akibat pengeringan Adanya pembusukan akar- akar yang tertimbun, kantong- kantong kerikil atau batu pada timbunan Kemungkinan urugan tidak homogen. 19

20 2.7. LONGSORAN PADA TUBUH BENDUNGAN KONTAK BAHAN URUGAN DEFORMASI. KEGAGALAN HYDRAULIC. 1. BIASANYA AKIBAT EROSI BULUH, LIMPAS KEGAGALAN STRUKTURAL. 1. LONGSOR AKIBAT GEMPA, ATAU FLUKTASI AIR WADUK. 2. KERUNTUHAN AKIBAT PONDASI YANG LUNAK, TERJADI PENURUNAN SEHINGGA LONGSOR 20

21 PENANGANAN REMBESAN MELALUI PONDASI. 1.GROUTING DAN GROUTING TIRAI. (CURTAIN GROUTING). 2. PARITAN HALANG ( CUT OFF TRENCH ). 3. PARITAN HALANG SEPENGGAL ( PARTIAL CUT OFF TRENCH ) 4. SEKAT PANJANG PENGHALANG ( SHEET PILLING CUT OFF). 5. TEMBOK BETON DIAPHRAGMA. 6. SELIMUT TANAH DIHULU ( UPSTERAM BLANKET). 7. SUMUR PELEPAS TEKANAN. 21

22 22

23 23

24 24

25 INSTRUMENTASI. 1. ADALAH JENIS PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMANTAU PERILAKU BENDUNGAN, 2.. UNTUK MEMPEROLEH REKAMAN DATA SEBAGAI BAHAN KAJIAN DESAIN APAKAH SUDAH SESUAI DENGAN KONDISI LAPANGAN. 3. UNTUK MENDIAGNOSA DALAM MENENTUKAN PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN KONSTRUKSI BENDUNGAN 4. UNTUK MENGEVALUASI PENERAPAN SUATU METODE TERAPAN GUNA KEPERLUAN MASA MENDATANG. 25

26 Jenis Instrumentasi : 1. Tekanan air pori. 2. Piezometer pipa tegak. 3. Piezometer pneumatik 4. Piezometer hidrolik 5. Pergeseran permukaan. 6. Piezometer elektrik 26

27 7. Pengukuran rembesan 8. Pergeseran Internal. 9. Inclinometer. 10. Seismograf. 27

28 PERLINDUNGAN LERENG. HULU. 1. PERLINDUNGAN DENGAN HAMPARAN BATU. 2. PERLINDUNGAN DENGAN PASANGAN BATU KOSONG. 3. PERLINDUNGAN DENGAN LAPISAN ASPAL, BLOK BETON, DLL. HILIR. 1. PERLINDUNGAN DENGAN BATU KOSONG YANG DI BERI LAPISAN GEBALAN RUMPUT. 28

29 Macam Kelebihan Kelemahan Hamparan batu pelindung 1.Dapat mengikuti penurunan tubuh bendungan. 2.Mempunyai kemampuan reduksi hempasan ombak yang besar 3.Cukup stabil terhadap pengaruhpengaruh fluktuasi permukaan air dan gerakan ombak 4.Konstruksinya dapat dikerjakan secara mekanis 1.Dibutuhkan banyak bahan batu 2.Memerlukan lapisan filter yang relatif tebal 3.menyukarkan pembuatan bangunan pelengakap serta pemasangan alatalat pengamat bendungan. 29

30 Pasangan pelindung batu kosong 1.Dapat mengikuti penurunan tubuh bendungan 2.Cukup stabil terhadap pengaruhpengaruh flutuasi permukaan air dan gerakan ombak 3.Membutuhkan lapisan filter yang relative tipis 4.Konstruksinya mudah dilaksanakan 1.Tak dapat dilaksanakan secara mekanis dan membutuhkan tukang batu yang ahli 2.membutuhkan bahan batu dengan ukuran tertentu dengan kwalitas yang baik. 30

31 Pasangan blok beton pelindung 1.Mudah dilaksanakan karena kosntruksinya sederhana 2.Konstruksi dapat dibuat seragam 3.Harga bahannya biasanya murah dan tak memerlukan tempat penggalian bahan batu khusus 4.pembuatannya serta pemasangannya dapat dijadwalkan dengan tepat. 1.Mempunyai kemampuan reduksi ombak yang kecil, sehingga memerlukan tinggi jagaan yang lebih besar 2.Tak dapat mengikuti penurunan, tubuh bendungan 3.Tidak stabil terhadap pengaruh fluktuasi permukaan air dan gerakan ombak 4.Untuk blok-blok yang berat memerlukan pemasangan secara khusus. 31

32 BATU : 1. FLEKSIBLE. 2. DAYA REDUKSI YANG BESAR TERHADAP HEMPASAN OMBAK. 3. TAHAN LAMA DIBAWAH TEKANAN AIR YANG BESAR. 4. RELATIP MURAH. GEBALAN RUMPUT. 1. UNTUK MELINDUNGI BATU DARI EROSI PERMUKAAN. 2. UNTUK MENCEGAH MASUKNYA BINATANG KE RONGGA BATU. 3. BILA SUKAR DIDAPATKAN RUMPUT DAPAT DIGUNAKAN SISTEM BERM. 32

33 BAHAN TIMBUNAN. BAHAN UNTUK ZONE INTI KEDAP AIR. Karakteristiknya sangat beragam, dipengaruhi tingkat kadar air yang terkandung didalamnya, metode penimbunan, kepadatan setelah pemadatan dan kepadatan setelah proses konsolidasi selesai. 33

34 SYARAT SYARAT UTAMA UNTUK BAHAN KEDAP AIR : 1. KOEFFISIEN FILTRASI SERTA KEKUATAN GESER YANG DIINGINKAN. Koeff. Filtrasi untuk kedap air tidak melebihi nilai 1x10 5 cm/dt, apabila dengan saringan No 200 yang melaluinya lebih rendah 7 % biasanya bahan tersebut lulus air, tetapi bila > 50% bahan tersebut tak dapat digunakan untuk bahan kedap air. 2. KEKUATAN GESER. Untuk kekuatan Geser dengan D = 95 sampai 98. Sedangkan untuk bendungan yang ketinggiannya < 30 m dengan D antara 90 sampai 95 cukup memadai. 34

35 Bahan yang kering ( lebih kering dari kadar optimumnya ) akan memberikan kekuatan geser yang lebih besar,tetapi bila waduk telah terisi air, bahan akan jenuh maka kekuatan geser akan menurun, penelitian antara kekuatan geser dan kadar air perlu penelitian yang seksama. 3. KARAKTERISTIK TINGKAT KONSOLIDASI. Bahan makin halus gradasinya makin tinggi kadar airnya, maka tingkat konsolidasinya akan menjadi lebih besar dan mungkin akan terjadi tekanan pori. Tubuh bendungan yang baru selesai ditimbun selain mendapatkan tekanan akibat pemadatan juga tambahan akibat proses konsolidasi. Bila kadar airnya melebihi kadar air optimum, tekanan pori rendah, namun saat berlangsungnya proses konsolidasi, maka kemungkinan dapat melampaui batas kemampuan stabilitas dari tubuh bendungan. 35

36 4. KONDISI BAHAN SAAT DILAKUKAN PENIMBUNAN. Contoh : Bahan yang kasar akan lebih mudah pemadatannya sedangkan yang basah dan halus lebih sukar. Maka bahan yang kadar kelembabannya sekitar kadar optimum akan lebih mudah. Pemilihan alat pemadatan harus dilakukan dengan hati hati, disesuaikan dengan karakteristik bahannya, angka kadar air aslinya, kondisi cuaca lapangan. 1. Bendungan yang akan dibangun tidak terlalu tinggi, sehingga tidak perlu kekuatan geser yang besar, maka tidak perlu pemadatan yang intensif, 36

37 2. Bahan kedap air adalah bahan yang berbutir halus, sehingga pemadatan yang ringan tingkat pemadatannya dapat dicapai dengan mudah. 3. Kelembaban bahan terletak pada daerah yang lebih basah dari titik optimum. Maka penggunaan mesin pemadat ( roller) yang ringan merupakan alat yang paling sesuai dan menguntungkan. 37

38 BAHAN UNTUK FILTER DAN TRANSISI. 1. Merupakan zone peralihan, yang tipis disebut lapisan Filter sedangkan yang tebal disebut lapisan Transisi. 2. Materialnya terdiri dari campuran pasir dan kerikil dan harus mempunyai kekuatan geser yang memadai. 3. Kelulusan air tergantung dari gradasinya. 4. Besar sudut geser tergantung dari bentuk butirannya, kekerasaan dan ketabilan terhadap pengaruh mekanis maupun fisik. Sudut geser yang besar akan didapat bila butirannya bersegi-segi. 38

39 5. Disarankan agar mempunyai kesanggupan menahan keluarnya butiran, dan mempunyai kelulusan yang memadai untuk menampung air filtrasi lapisan zone yang dilindungi. Yang selanjutnya mengalir ke hilir melalui sistem drainase. 39

40 BAHAN BATU. Bahan batu dianggap ideal apabila memenuhi : 1, Ukuran diameter batu antara cm dengan berat antara 250 sampai 500 kg. 2. Dalam timbunan batu yang bediameter < 10 cm tidak boleh melebihi 5 ( lima ) %. 3. Batu tidak mudah pecah, baik dalam pengangkutan, pada saat penuangan ( dumping ). 4. Berat jenis batu tidak kurang dar Kekuatan tegangan tekan batu tidak kurang dari 700 kg/cm2. 6. Daya tahan terhadap pelapukan tinggi.( pada pengujian dengan cairan Na 2 SO 4 penyusutan sebesar %). 40

41 UNTUK BENDUNGAN YANG LEBIH RENDAH DARI 50 M DAPAT DIPERGUNAKAN SPESIFIKSI SEBAGAI BERIKUT 1. BERAT JENIS SEKITAR 2, KEKUATAN TEGANGAN TEKANANNYA SEKITAR 300 KG/CM2. 3. DAYA TAHAN TERHADAP PELAPUKAN PADA PENGUJIAN DENGAN CAIRAN NA 2 SO 4 PENYUSUTANYA SEBESAR 0.15 %. 41

42 BAHAN BAHAN LAINNYA. Selain bahan bahan seperti yang disebutkan sebelumnya, kadang kadang dipergunakan bahan yang mutunya lebih rendah seperti : 1. BATU YANG DIHASILKAN DARI BATUAN LUNAK YANG MUDAH LAPUK. 2. LEBIH DARI DUA JENIS BAHAN TANAH, PASIR ATAU KERIKIL YANG TAK DAPAT DIAMBIL SECARA TERPISAH. 3. BAHAN TIMBUNAN DARI HASIL GALIAN PADA BANGUNAN PELENGKAP, JALAN MASUK, DSB. 4. BAHAN BAHAN YANG PENYEBARANNYA CUKUP LUAS, 42 TETAPI TIDAK MEMPUNYAI KARAKTERRISTIK YANG SAMA.

43 JALAN DI PUNCAK BENDUNGAN. PERKERASAN NYA TERDIRI DARI DUA ( 2 ) JENIS. 1. PEKERASAN KAKU ( beton ) 2. PERKERASAN LENTUR.. a. Agregat b. Pasir. c. Kerikil. d. Batu Pecah. e. Aspal. 43

44 BAHAN AGREGAT : 1. PASIR. a. Pasir angin. b. Pasir danau. c. Pasir sungai. d. Pasir dari pasir batu. e. Pasir gunung. f. Pasir Buatan. 2. KERIKIL. a. Kerikil kacang polong ( Pea gravel ) b. Kerikil Sungai. c. Kerikil Gunung 44

45 3. BATU PECAH. Batu pecah dihasilkan dari pemecahan berbagai batuan antara lain dari batu Gunung, Batu kapur, boulder sungai, dan jenis nya antara lain : 1. Batu pecah bergradasi. Batu pecah yang diproduksi dan diayak sesuai yang diinginkan. 2. Batu Pecah Campuran. Batu pecah yang diproduksi tanpa pengayakan.. 3. Secondary crusher. Adalah bagian dari batu pecah yang lolos ayakan ¼ inch atau No Slag. ( Terak ). Terak adalah bahan bukan logam tetapi diperoleh dari endapan pemanasan logam alumino dan bahan dasar lainnya 45

46 ASPAL ( BITUMEN). JENIS BERDASARKAN SUMBERNYA : 1. ASPAL ALAM. Adalah residu hasil dari penguapan minyak bumi yang mengalir keluar permukaan dan menguap. Banyak tercampur dengan tanah maupun kerikil. 2. Aspal Minyak. Hasil destilasi minyak tanah bumi seperti bensin, solar, minyak tanah dll. Berdasarkan jenisnya antara lain : 1. ASPAL KERAS. Aspal,yang berbentuk padat dan bila ingin digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Semakin rendah nilai penetrasinya semakin keras aspalnya. 46

47 SPAL CAIR. 1. Aspal cair Penguapan lambat. Untuk mendapatkan workability yang lebih baik sebaiknya aspal dipanaskan sebelum dipakai. 2. Aspal cair Penguapan Sedang. Untuk mendapatkan aspal ini dengan mencairkan aspal keras dengan minyak tanah. 3. Aspal cair penguapan cepat. Untuk mendapatkan aspal ini dengan mencairkan aspal keras dengan bensin. 47

48 BAHAN PERKERASAN JALAN DI PUNCAK BENDUNGAN. 1. SUBGRADE : TANAH, CBR > 6% 2. SUB BASE : SIRTU (PASIR DAN KERIKIL), CBR > 20% 3. BASE : BATU PECAH, CBR > 80% 4. LAPIS PERMUKAAN : ASPAL PENETRASI (ASPAL PANAS 5 kg/m2) ASPAL BETON HOT MIX 48

49 PERKERASAN LENTUR 1. LAPIS PONDASI BAWAH DARI SIRTU TEBAL CM, CBR > 20% SEBAIKNYA CBR + 40% 2. LAPIS PONDASI (BASE) DARI KERIKIL ATAU BATU PECAH, TEBAL + 15 CM, CBR > 80% 3. LAPIS PERMUKAAN ASPAL PENETRASI 5 CM ATAU HOT MIX 5 CM - PERKERASAN KAKU : 1. BETON TEBAL MINIMAL 25 CM 49

50 50

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja DAFTAR MODUL NO KODE JUDUL 1. DCE - 01 UUJK Profesi dan etos Kerja 2. DCE - 02a Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan DCE - 02b Manajemen Lingkungan 3. DCE - 03 Dokumen Kontrak 4. DCE - 04 Spesifikasi

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK Batuan merupakan syarat yang penting untuk memperkuat bangunan teknik, karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung : bangunan tanah, penutup dari dinding bangunan, dasar

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun Pengetahuan dan Karakteristik Bahan KATA PENGANTAR Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang yang telah berkembang pesat di Indonesia, dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4 STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natural Rubber Natural rubber (karet alam) berasal dari getah pohon karet atau yang biasa dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet mentah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara garis besar merupakan tanah yang memerlukan tingkat perbaikan baik dari segi struktur maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arti Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahanperubahannya antara

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dapadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA LAPORAN AKHIR PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program

Lebih terperinci

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan DOSEN PEMBIMBING Donny DJ Leihitu ST. MT. DISUSUN OLEH NAMA : KHAIRUL PUADI NPM : 11.22201.000014 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh dan Kualitas Drainase Jalan Raya Drainase jalan raya adalah pengeringan atau pengendalian air dipermukaan jalan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Fungsi Embung... 1 1.2 Komponen Embung... 1 BAB II PERALATAN KONSTRUKSI... 3 2.1 Ketentuan Umum... 3

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara mencampur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN Asrul Arifin ABSTRAK Pengujian dilaboratorium terdiri dari Tes Ekstraksi, Uji Analisa Saringan dan Tes Marshall. Uji Ekstraksi harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BABII TINJAUAN PUSTAKA BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspal Secara urnum aspal dikenal sebagai material yang lengket, bersifat viscoelastic pada suhu kamar, dan berwarna coklat gelap sampai hitam. Aspal sebagai material penting

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128 ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 7 No.1 Maret 2013 PERBANDINGAN PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Fak. Teknik Univ. Islam Al-Azhar Mataram Perkerasan jalan merupakan suatu

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting pada suatu lokasi konstruksi, karena tanah berperan sebagai perletakan dari suatu konstruksi. Bagian konstruksi yang berhubungan langsung

Lebih terperinci

Bangunan Air. Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap

Bangunan Air. Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap Bangunan Air Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap Kontrak Perkuliahan Kompetensi yang diharapkan : Mampu mendefinisikan bangunan air dan menghubungkan dengan bangunan utama irigasi Mampu mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang JULIE-CVL 11

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang JULIE-CVL 11 BAB I PENDAHULUAN JULIE-CVL 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia dewasa ini di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya tidak terlepas dengan adanya suatu sistem transportasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Uraian Umum Tanah merupakan material yang paling banyak digunakan dalam pembangunan suatu konstruksi, seperti tanah timbunan, bendungan urugan, tanggul sungai, dan timbunan badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Timbunan Ringan Dengan Mortar Busa Material timbunan ringan dengan Mortar busa adalah merupakan foamed embankment mortar disebut juga sebagai high-grade soil yang terdiri dari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2 PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/ dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan INTISARI Jalan merupakan sarana penghubung mobilisasi dari satu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010 Surabaya, 18 Juni 2014, ISSN 23016752 PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM DAN Fadly Achmad dan Nospiati Sunardi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN PERKERASAN LENTUR 1.KEGEMUKAN ASPAL (BLEEDING) LOKASI : Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan

Lebih terperinci

4. Air void content : ada1ah jum1ah prosentase rongga

4. Air void content : ada1ah jum1ah prosentase rongga - DAFTAR ISTILAH 119 1. Agregat : adalah batu pecah, kerikil, pasir a tau komposisi. mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun hasil pengo1ahan (penyaringan, pemecahan) yang merupakan bahan utama

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR Ferdinand Fassa TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR Outline Pertemuan 5 Pendahuluan Workabilitas Segregasi Bleeding Slump Test Compacting Factor Test Tugas Pendahuluan Beton segar atau

Lebih terperinci

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan Pengaruh Variasi Jarak Celah pada Konstruksi Dinding Pasangan Bata Beton Bertulang Penahan Tanah Terhadap Deformasi Lateral dan Butiran Yang Lolos Celah dari Lereng Pasir + 20% Kerikil Ach. Lailatul Qomar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan

Lebih terperinci

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan :

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : IV. PEMADATAN TANAH PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : Maksud : Cara : Menumbuk Menggilas usaha secara mekanis agar bahan-bahan tanah lebih merata dan akan mengeluarkan udara yang ada dalam

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci