STANDAR INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA. Oleh : Supriyanta. Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ANAK SERTA PENERAPANNYA

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Human

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

HARMONISASI PENGATURAN PENAHANAN DALAM KUHAP DENGAN PRINSIP-PRINSIP HAM DALAM ADMINISTRASI PERADILAN SKRIPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan

Prinsip Dasar Peran Pengacara

"Itu Kejahatan": Perampasan kemerdekaan secara tidak sah

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAKALAH. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan bukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H.

II. TINJAUAN PUSTAKA

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:


TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN UPAYA PAKSA MENURUT KONSEP PRAPERADILAN DI DALAM KUHAP DAN KONSEP HAKIM KOMISARIS MENURUT RUU KUHAP

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ANAK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RechtsVinding Online Perlindungan Hak Asasi Manusia Narapidana Wanita Dalam Instrumen Hak Asasi Manusia Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) PADA SIDANG HAM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 5 TAHUN 1998 (5/1998) Tanggal: 28 SEPTEMBER 1998 (JAKARTA)

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis

BAB III PENYELESAIAN PERKARA PIDANA OLEH ANAK TANPA MELALUI PROSES PERADILAN. A. Pengaturan Hukum Mengenai Perlindungan Anak Di Indonesia.

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999)

Negara Hukum. Manusia

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dalam keadaan apa seseorang bisa ditahan?

1. PENGANTAR STANDAR HUKUM INTERNASIONAL KONSERN UTAMA AMNESTY INTERNATIONAL TENTANG PENGADILAN YANG ADIL:...3

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. tuntutan. Jadi peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

Hal-Hal Penting Terkait Penangkapan Yang Harus Diatur RKUHAP

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

STANDAR INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh : Supriyanta Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta superprian@gmail.com ABSTRAK Secara internasional perlindungan hukum terhadap anak sudah relatif memadai. Hal ini tercermin dalam berbagai dokumen internasional yang telah memuat prinsip-prinsip dasar perlindungan anak. Beberapa dokumen internasional telah berisi prinsip-prinsip yang harus diperhatikan khususnya dalam kaitanya dengan perlindungan anak dari potensi pelanggaran hak asasi manusia. Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi pedoman bagi negara-negara yang peduli terhadap perlindungan anak melalui regulasi yang berkaitan dengan anak dan pada tahap implementasi atau penegakan hukumnya Kata kunci : Standar Internasional Perlindungan Anak, Perspektif Hukum Pidana ABSTRACT International legal protection of children has been relatively adequate. This is reflected in international documents that already contained the basic principles of child protection. Several international documents already contain principles that should be considered, especially in relation to protecting children from potential human rights violations. Such principles should serve as guidelines for countries that care about the protection of children through regulations relating to children and at the stage of implementation or law enforcement. Keywords: International Standards for Child Protection, Criminal Law Perspective PENDAHULUAN Menurut Donald Black, hukum merupakan suatu kontrol sosial dari pemerintah (law is governmental social control) sehingga sistem hukum adalah sistem kontrol sosial yang di dalamnya diatur tentang struktur, lembaga, dan proses kontrol sosial tersebut (Black, 1979). Hukum memiliki banyak fungsi, salah satu di antaranya adalah fungsi sebagai alat rekayasa sosial atau yang dikenal dengan istilah law as a tool of social engineering. Ahli hukum Roscoe Pound adalah tokoh dibalik konsep hukum sebagai alat rekayasa sosial ini, dan yang dimaksudkannya terutama adalah melalui mekanisme penyelesaian kasus oleh badan-badan peradilan yang akan menghasilkan yurisprudensi. EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017 253

Pendapat Roscoe Pound tersebut di atas adalah dalam konteks masyarakat dan badan peradilan di Amerika Serikat yang sudah barang tentu berbeda dengan situasi dan kondisi di negara Indonesia. Di Indonesia, Mochtar Kusumaatmadja (Kusuma Atmadja,1978 :11) mengajukan konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat, meskipun oleh beliau konsep ini lebih ditekankan pada pembentukan peraturan perundangundangan oleh lembaga legislatif guna memikirkan konstruksi masyarakat baru yang ingin diwujudkan di masa depan melalui pemberlakuan peraturan perundang-undangan itu. Berbicara tentang hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat, hukum pidana anak merupakan bidang hukum yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian. Hukum pidana anak merupakan bidang hukum yang memiliki perhatian potensi berkenaan dengan Perlindungan Anak (Agus Riyanto, 2006 : 23). Dalam hukum pidana terdapat asasasas yang berlaku secara khas seperti asas fair trial. Asas hukum ini tidak dapat dipisahkan dari asas equality before the law. Prinsip equality before the law sendiri berasal dari sistem Commom Law Inggris. Menurut Albert Dicey doktrin equality before the law ini lahir sebagai reaksi atas perlakuan tiran yang dilakukan oleh para bangsawan Anglo Saxon di Inggris (O.C.Kaligis,2006 :106). Raja John menghentikan perlakuan tersebut dengan mengeluarkan Magna Charta yang memuat doktrin tersebut (OC Kaligis,2006 :106). DOKUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ANAK Dalam perkembangannya prinsipprinsip perlindungan hak asasi manusia (HAM) melalui hukum pidana terus mendapat perhatian dalam dokumendokumen internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Beberapa dokumen internasional yang berkaitan dengan perlindungan anak tersebut adalah : Universal Declaration of Human Rights (UDHR); International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR); International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, (ICESCR), The Convention on the Rights of the Child (CRC) atau Konvensi Hak Anak (KHA); Convention Against Torture And Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment. Selain itu juga ada Resolusi Majelis PBB Nomor 40/33 tanggal 29 November 1985 tentang Peraturan Standar Minimum PBB mengenai Administrasi Peradilan Anak (Beijing Rules). Resolusi Majelis PBB Nomor 45/113 tanggal 14 Desember 1990 tentang 254 EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017

Perlindungan Anak yang Terampas Kemerdekaannya (Havana Rules). Resolusi Majelis PBB Nomor 45/112, Tanggal 14 Desember 1990 Tentang Pedoman PBB tentang Pencegahan Tindak Pidana Anak (Riyadh Guidelines). Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 45/110 tanggal 14 Desember 1990 tentang Peraturan Standar Minimum PBB untuk Upaya Non Penahanan (Tokyo Rules) ASPEK PIDANA PERLINDUNGAN ANAK DALAM DOKUMEN INTERNASIONAL Dalam UDHR antara lain dikemukakan bahwa tidak seorang pun boleh diperlakukan secara kejam, ditangkap, ditahan atau dibuang secara sewenang-wenang. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran pidana harus dianggap tidak bersalah. Dalam KHA yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 36 Tahun 1990, diantaranya menentukan bahwa tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara tidak sah atau sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan atau perlakuan/penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, pidana mati, atau pidana seumur hidup. Dikutip di sini ketentuan Pasal 2 KHA yang menyatakan bahwa : Negaranegara anggota harus menghormati dan menjamin hak-hak yang tercantum dalam Konvensi ini bagi masing-masing anak di dalam wilayah yurisdiksinya tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa melihat ras, warna kulit, enis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pendapat lainnya, kebangsaan, asal-usul etnis atau sosial, kekayaan, ketidakmampuan, kelahiran atau status lain dari orang tua, atau wali hukumnya. Negara-negara anggota harus mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa anak dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau hukuman berdasarkan status, kegiatan, pernyataan pendapat, atau kepercayaan dari orang tua anak, wali sah, atau anggota keluarganya. Pasal 3 KHA mensyaratkan bahwa dalam semua tindakan yang berkenaan dengan anak, apakah dilakukan oleh lembagalembaga kesejahteraan sosial, negara atau swasta, pengadilan, penguasa administratif atau badan-badan legislatif, kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. Dokumen internasional lain yang terkait dengan perlindungan anak dalam proses peradilan adalah Convention Against Torture And Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment. atau Konvensi Menentang EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017 255

Penyiksaan dan Perlakuan Serta Penghukuman Lainnya Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia (Res. PBB No.39/46 Tahun 1948) yang diratifikasi dengan UU No.5 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention Against Torture And Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment. Pada intinya substansi Konvensi tersebut di atas adalah sebagai berikut : Setiap negara menjamin semua perbuatan penganiayaan merupakan pelanggaran hukum pidananya; Setiap Negara menjamin pendidikan dan informasi mengenai larangan penganiayaan sepenuhya dimasukan dalam pelatihan personal penegak hukum, sipil, atau militer, personel kesehatan, pejabatpejabat pemerintah atau orang-orang lain yang mungkin terlibat dalam hal penahanan, interogasi atau perlakuan terhadap individu manapun yang menjadi sasaran bentuk penangkapan apapun, penahanan atau pemenjaraan; Setiap Negara harus menjaga dan melakukan peninjauan kembali secara sistematis terhadap peraturan-peraturan interogasi, metode, praktek serta peraturan penahanan dan perlakuan terhadap orangorang yang menjadi sasaran penangkapan atau penahanan di wilayah hukumnya; Setiap Negara menjamin, para aparatnya untuk segera melakukan penyelidikan secara adil apabila ada indikasi telah dilakukannya penganiayaan; Setiap individu yang menyatakan dirinya telah menjadi korban penganiayaan berhak mengadukan dan berhak kasusnya dengan segera dan secara adil diperiksa oleh para penguasa yang berwenang, pengaduan dan para saksi dilindungi dari semua perlakuan buruk atau intimidasi sebagai akibat dari pengaduannya atau bukti apapun yang diberikan; Setiap korban penganiayaan memperoleh ganti rugi dan mempunyai hak yang dapat dipaksakan untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan memadai, termasuk sarana-sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin; Pernyataan apapun yang disusun yang harus dibuat akibat penganiayaan, tidak dijadikan sandaran sebagai bukti dalam pengadilan apapun. Setiap negara menjamin semua perbuatan penganiayaan merupakan pelanggaran hukum pidananya; Menjamin pendidikan dan informasi mengenai larangan penganiayaan sepenuhnya dimasukan dalam pelatihan personal penegakan hukum sipil atau militer, personel kesehatan, pejabat-pejabat pemerintah atau orang-orang lain yang mungkin terlibat dalam penahanan, interogasi, atau perlakuan terhadap individu manapun yang menjadi sasaran bentuk penangkapan apapun, penahanan atau pemenjaraan; Setiap individu yang menyatakan dirinya telah menjadi korban 256 EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017

penganiayaan berhak mengadukan dan mempunyai hak kasusnya dengan segera dan secara adil diperiksa oleh para penguasa yang berwenang, pengadu dan para saksi dilindungi dari semua perlakuan buruk atau intimidasi sebagai akibat pengaduannya atau bukti apapun yang diberikan; Setiap korban penganiayaan memperoleh ganti rugi dan mempunyai hak yang dapat dipaksakan untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan memadai, termasuk sarana-sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin; Pernyataan apapun yang disusun yang harus dibuat sebagai akibat penganiayaan, tidak dijadikan sandaran sebagai bukti dalam pengadilan manapun. Dokumen lain adalah The Beijing Rules atau Standar Minimum Rule PBB Mengenai Administrasi Peradilan Bagi Anak (Res.No.40/33 Tahun1985). Dalam dokumen ini dikemukakan antara lain sebagai berikut : bahwa sistem peradilan bagi anak-anak mengutamakan kesejahteraan anak, karena itu mereka diberikan kebebasan membuat keputusan pada seluruh tahap proses peradilan dan pada tahap-tahap berbeda dari adminstrasi peradilan bagi anak, termasuk pengusutan, penuntutan, pengambilan keputusan dan pengaturan-pengaturan lanjutannya. Polisi, Penuntut Umum atau badan-badan lain yang menangani perkara-perkara anak akan diberi kuasa untuk memutuskan perkara menurut kebijaksanaan mereka, tanpa menggunakan pemeriksaanpemeriksaan awal yang formal; Dikemukakan juga bahwa asas praduga tidak bersalah, hak diberitahu akan tuntutan-tuntutan terhadapnya, hak untuk tetap diam, hak mendapat pengacara, hak akan kehadiran orang tua, wali, hak untuk menghadapi dan memeriksa saksi-saksi dan hak untuk naik banding ke pihak berwenang yang lebih tinggi akan dijamin pada seluruh tahap proses peradilan; Pada saat penangkapan seorang anak, orang tuanya harus segera diberitahu. Penahanan sebelum pengadilan hanya akan digunakan sebagai pilihan langkah terakhir dan untuk jangka waktu sesingkat mungkin. Pejabat atau badan berwenang lainnya akan, tanpa penundaan, mempertimbangkan isu pembebasan. Kontak antara badan penegak hukum dengan pelanggar anak diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghormati status hukum anak itu dan memajukan kesejahteraan anak.; Anak-anak yang berada di bawah penahanan sebelum pengadilan berhak akan semua hak dan jaminan dari peraturan-peraturan minimum standar bagi perlakuan terhadap narapidana. anak yang berada di bawah penahanan sebelum pengadilan akan di tempatkan terpisah dari orang-orang dewasa dan akan ditahan pada suatu lembaga terpisah dari suatu lembaga yang EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017 257

juga menahan orang dewasa, menerima perawatan, perlindungan, dan semua bantuan individual yang diperlukan, sosial, edukasional, ketrampilan, psikologis, pengobatan dan fisik yang mungkin mereka butuhkan sesuai dengan usia, jenis kelamin dan kepribadian; Berkaitan dengan proses peradilan dikemukakan bahwa proses peradilan akan kondusif bagi kepentingan utama anak dan akan dilaksanakan dalam suasana pengertian yang akan memungkinkan anak itu ikut serta di dalamnya dan menyatakan dirinya secara bebas; Memiliki hak untuk diwakili penasehat hukum atau memohon bantuan hukum bebas biaya. Orang tua atau wali berhak ikut serta dalam proses peradilan dan dapat diharuskan oleh pihak yang berwenang untuk menghadirinya demi kepentingan anak itu. Kehilangan kebebasan tidak dapat dikenakan kecuali diputuskan atas suatu tindakan yang serius dan melibatkan kekerasan terhadap orang lain atau atas ketetapan dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum yang serius lainnya dan kecuali tidak ada jawaban lain yang memadai; Pihak berwenang memiliki kekuasaan untuk mengakhiri proses peradilan pada setiap saat. Penempatan anak pada suatu lembaga senantiasa merupakan pilihan terakhir dan dalam jangka waktu sesingkat mungkin, dengan tujuan memberikan perawatan, perlindungan, pendidikan dan ketrampilanketrampilan khusus dengan tujuan membantu mereka memainkan peranperan yang secara sosial konstruktif dan produktif di masyarakat; Negara akan mengadakan pengaturan-pengaturan semi institusional, seperti rumah-rumah persinggahan, rumah-rumah pendidikan, pusat-pusat pelatihan di siang hari dan pengaturan-pengaturan lainnya yang dapat membantu anak untuk kembali berintegrasi secara baik dengan masyarakat. Dokumen selanjutnya adalah dokumen internasional yang disebut dengan Panduan tentang Pencegahan Kenakalan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau the United Nations Guidelines on the Prevention of Delinquency atau yang dikenal dengan The Riyadh Guidelines serta Kumpulan Hukum Prinsip-Prinsip Untuk Perlindungan Semua Orang Yang Berada Di Bawah Bentuk Penahanan apapun atau Pemenjaraan (Res.PBB. No.43/ 173 Tahun 1988). Dijelaskan dalam Dokumen tersebut bahwa semua orang yang berada di bawah setiap bentuk penahanan atau pemenjaraan harus diperlakukan dalam cara yang manusiawi dan dengan menghormati martabat pribadi manusia yang melekat. Orang yang ditahan, apabila mungkin mereka harus tetap terpisah dari para narapidana. Siapapun yang ditangkap harus diberitahu pada waktu penangkapannya mengenai alasan penangkapannya dan harus segera 258 EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017

diberitahu mengenai sangkaan-sangkaan yang ditujukan terhadap dirinya. Berkaitan dengan sistem pengadilan terdapat Peraturan PBB Bagi Perlindungan Anak Yang Kehilangan Kebebasannya (Res.PBB.No. 45/113 Tahun 1990). Dikemukakan dalam dokumen ini bahwa sistem pengadilan bagi anak harus menjunjung tinggi hak-hak keselamatan anak serta memajukan kesejahteraan fisik dan mental para anak. Menghilangkan kebebasan anak haruslah merupakan pilihan terakhir dan untuk masa yang minimum serta dibatasi pada kasus-kasus luar biasa, tanpa mengesampingkan kemungkinan pembebasan lebih awal. Pidana penjara harus digunakan sebagai upaya terakhir dan harus menjamin para anak ini mendapatkan manfaat dari kegiatankegiatan dan program-program yang diadakan lembaga, mereka harus dipisah dari orang dewasa. Dikemukakan bahwa pemenjaraan hanya dikenakan pada kondisi-kondisi yang menjamin penghormatan hak hak asasi para anak dan hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan khas, status, dan persyaratan-persyaratan khusus yang sesuai dengan usia, kepribadian, jenis kelamin serta jenis pelanggaran, sesuai dengan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dituangkan dalam peraturan-peraturan ini dan Peraturan-Peraturan Minimum Standar PBB mengenai Administrasi Peradilan bagi anak. Anak yang ditahan menunggu peradilan harus diperlakukan sebagai orang yang tidak bersalah, harus dipisahkan dari para anak yang telah dijatuhi hukuman, memiliki hak akan nasehat pengacara hukum dan diperbolehkan meminta bantuan hukum tanpa biaya, disediakan kesempatan kerja, dengan upah dan melanjutkan pendidikan atau pelatihan, tetapi tidak boleh diharuskan. Pidana penjara harus digunakan sebagai upaya terakhir dan harus menjamin para anak ini mendapatkan manfaat dari kegiatankegiatan dan program-program yang diadakan lembaga, mereka harus dipisah dari orang dewasa. Semua instrumen hukum internasional tersebut di atas, dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlidungan hak-hak anak secara lebih kuat ketika mereka berhadapan dengan hukum dan harus menjalani proses peradilan pidana. PENUTUP Semakin lama perhatian terhadap anak semakin serius bahkan perhatian itu diberikan pada tataran internasional yang tercermin dalam asas-asas yang penting khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan dari aspek pidana dalam EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017 259

beberapa dokumen internasional. Yang paling penting bagi suatu negara adalah bagaimana menjadikan asas-asas tersebut sebagai pedoman baik dalam regulasi yang berkaitan denga anak maupun dalam aspek penegakannya. DAFTAR PUSTAKA Black, Henry, Black s Law Dictionary, 1979, 6th Edition USA : West Group. Riyanto, Agus (editor). 2006. Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Child Protection, a handbook for Parliamentarians.), Jakarta Kaligis, O.C., 2006. Pengawasan Terhadap Jaksa Selaku Penyidik Tindak Pidana Khusus Dalam Pemberantasan Korupsi, Jakarta : O.C. Kaligis dan Associates. Resolusi Majelis PBB Nomor 40/33 tanggal 29 November 1985 tentang Peraturan Standar Minimum PBB mengenai Administrasi Peradilan Anak (Beijing Rules). Resolusi Majelis PBB Nomor 45/113 tanggal 14 Desember 1990 tentang Perlindungan Anak yang Terampas Kemerdekaannya (Havana Rules). Resolusi Majelis PBB Nomor 45/112, Tanggal 14 Desember 1990 Tentang Pedoman PBB tentang Pencegahan Tindak Pidana Anak (Riyadh Guidelines). Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 45/110 tanggal 14 Desember 1990 tentang Peraturan Standar Minimum PBB untuk Upaya Non Penahanan (Tokyo Rules) --------------, 2007.Antologi Tulisan Ilmu Hukum Jilid 3,Cet.Pertama,Bandung :Alumni. ---------------, 2006. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana, cetakan ke satu, Bandung : Alumni. Resolusi Majelis PBB No. 663C (XXIV) Tahun 1957 tanggal 31 Juli 1957 dan Resolusi PBB No. 2076 (LXII) Tahun 1977 tanggal 13 Mei 1977 tentang Standar Minimum Perlakuan terhadap Tahanan. 260 EKSPLORASI Volume XXIX No.2 - Februari Tahun 2017