BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

Nova Paulina 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. B. Pengertian dan Pemahaman Umum Mengenai Non Government. Apa sebenarnya NGO itu? NGO merupakan singkatan dari Non Government

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era pasar terbuka saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

DAFTAR ISI...I MUKADIMAH...1 DEFINISI...5 KODE ETIK...6 STANDAR PROFESI...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB II LANDASAN TEORI. menurut para ahli. Adapun pengertian audit internal menurut The Institute of

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. pembangunan di segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM

Brink s Modern Internal Auditing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi merupakan suatu sistem yang mempunyai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem, Informasi, dan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut bisa tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjualan Produk Garmen PT. X Periode Januari 2008-Juni 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan karyawan tidak dapat diabaikan dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian pengendalian intern

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan HIPOTESIS. Pada umumnya audit merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap suatu

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada umumnya bertujuan untuk memperoleh laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1)

BAB I PENDAHULUAN 50% 10% 10% 15% 10% 5% Total 100% Komponen pendapatan Persentase (%) - Jasa iklan barang - Jasa iklan kelembagaan 40% 5%

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk merencanakan, mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung untuk memajukan perusahaan. (Tugiman, 2006 : 167).

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Halaman I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Komaruddin (1994:768), yang dimaksud peranan adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB I PENDAHULUAN. pola kehidupan manusia sebagai makhluk yang dinamis pun turut berubah dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, berkembang pula

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) yang akan dimulai akhir tahun Dampak berlakunya MEA adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Harapan membaiknya kondisi ekonomi nasional tampaknya sulit menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian global yang sudah berlangsung dewasa ini, didukung

menyimpang dalam mengambil keputusan, manajemen membutuhkan informasi mengenai aspek atau keadaaan perusahaan. Informasi merupakan alat bagi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan berdirinya berbagai jenis perusahaan, diantaranya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan dalam lingkungan bisnis sangat cepat sehingga

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mendengarkan dalam hal ini adalah memperhatikan dan mengamati

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Dalam menjalankan usahanya, pimpinan perusahaan memerlukan alat bantu yang mempunyai peranan dalam mengarahkan dan mengendalikan setiap aktivitas perusahaan. Pengertian tentang peranan yang dikemukakan oleh Soekanto (2003:244) adalah sebagai berikut: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan suatu konsep yang dapat dilakukan oleh individu dalam suatu perusahaan yang memiliki peraturan agar dapat membimbingnya untuk melaksanakan tugas individu sesuai posisinya pada perusahaan tersebut.

7 2.2 Audit Internal Auditor internal adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas audit atau pemeriksaan di internal perusahaan. Auditor internal berusaha menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Keberadaan atau alasan diadakannnya audit, khususnya audit internal dalam organisasi adalah audit tersebut ditunjukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Audit internal dapat berbentuk suatu fungsi dalam perusahaan, suatu divisi, departemen, maupun suatu seksi, unit bisnis dan sebagainya. 2.2.1 Pengertian Audit Internal Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang dipersiapkan dalam organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan ini meliputi audit dan penilaian efektivitas kegiatan unit yang lain. Pengertian audit internal menurut The Institute of Internal Auditors (1995:3) : Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to organization. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian audit internal diatas yaitu audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan sebagai layanan untuk organisasi.

8 Sedangkan pengertian audit internal terbaru menurut The Institute of Internal Auditors Board of Directors (1999) : Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization s operations. It helps and organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes. Kesimpulan dari pengertian audit internal diatas adalah audit internal adalah aktivitas independen, objektif yang memberikan jaminan dan konsultasi untuk menambah nilai dan meningkatkan organisasi dalam mencapai tujuannya dengan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan. (2004:5) : Adapun pengertian audit internal menurut Standar Profesi Audit Internal Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance. Pengertian audit internal menurut Arens et al (2008:836) sebagai berikut : Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes.

9 Mulyadi dan Puradireja (2002:211) memberikan definisi mengenai audit internal sebagai berikut : Audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi dan kegiatan lain untuk memberikan jasa kepada manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa audit internal adalah suatu aktivitas penilaian yang sistematis dan objektif terhadap operasi dan kontrol untuk memberikan nilai tambah serta meningkatkan kegiatan organisasi perusahaan. Audit internal membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuan dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin dan sistematik untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan pengelolaan organisasi 2.2.2 Fungsi Audit Internal Tujuan audit internal yang dikemukakan oleh The Institute of Internal Auditors dan dikutip oleh Boynton et al (2001:980) adalah sebagai berikut : It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process. Pernyataan tersebut menjelasakan bahwa audit internal membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian, dan pengaturan proses serta pengelolaan organisasi.

10 Pada dasarnya tujuan audit internal adalah membantu anggota organisasi lainnya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab secara efektif melalui analisis penilaian, rekomendasi, konsultasi dan peninjauan ulang atas informasi-informasi yang berhubungan. Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:19) menyatakan bahwa : Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi. Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektivan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil yang serupa berupa saran atau rekomendasi dan member nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan untuk mengambil keputusan atau tindakan selanjutnya. 2.2.3 Unsur-unsur Audit Internal Menurut Tugiman dalam Franklin Samuel (2006:12) tiga unsur dalam audit internal yaitu : 1. Memastikan/ memverifikasi (verification) Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan dan kebenaran data dan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem akuntansi sehingga dapat dihasilkan laporan akuntansi yang akurat yaitu cepat dan dapat dipercaya. Catatan yang telah diverifikasi dapat ditentukan oleh audit internal tertentu

11 apakah terdapat kekurangan dan kelemahan dalam prosedur pencatatan untuk diajukan saran-saran perbaikan. 2. Menilai/ mengevaluasi (evaluation) Merupakan aktivitas penilaian secara menyeluruh atas pengendalian akuntansi keuangan dari kegiatan menyeluruh berdasarkan kriteria yang sesuai. Hal ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kesimpulan yang menyeluruh dari kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan. 3. Rekomendasi (recommendation) Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan terhadap ketaatan pelaksanaan dan prosedur akuntansi, kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan (tindakan korektif kepada manajemen), sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur audit internal, yaitu memastikan/memverifikasi (verification), menilai, mengevaluasi (evaluation) dan rekomendasi (recommendation). 2.2.4 Ruang Lingkup Audit Internal (2004:13) : Lingkup penugasan audit internal menurut Standar Profesi Audit Internal

12 Fungsi Auditor Internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan governance, dengan menggunakan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. Lingkup penugasan audit internal, yaitu : 1. Pengelolaan Risiko Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. 2. Pengendalian Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. 3. Proses Governance (Tata kelola) Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola dalam mencapai tujuantujuan berikut : a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi. b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas.

13 c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat dalam organisasi. d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan informasi diantara pimpinan, dewan pengawasan, auditor internal dan eksternal serta manajemen. Lingkup penugasan audit internal terbaru menurut The Institute of Internal Auditors (2009:2-19) : The internal audit activity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systematic and disciplined approach. Kesimpulan lingkup audit internal diatas adalah aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan proses pengendalian dengan menggunakan pendekatan sistematis dan teratur. 2.2.5 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal Mengenai wewenang dan tanggung jawab audit internal, Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyebutkan bahwa : Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar profesi Audit Internal dan mendapatkan persetujuan dari pimpinan dan dewan pengawas organisasi. Jadi dimaksudkan agar tujuan, kewenangan dan tanggung jawab audit internal harus dinyatakan dalam dokumen tertulis secara formal.

14 Standar Profesi Audit Internal (2004:8) merupakan pedoman bagi audit internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya. 1. Independensi dan Objektivitas Fungsi audit internal harus independen dan auditor internal harus objektif dalam melaksanakan pekerjaanya. 2. Keahlian dan Kecermatan Profesional Menyatakan penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan professional. Fungsi audit internal harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab. 3.Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal Menyatakan penganggungjawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya 4. Pengelolaan Fungsi Audit Internal Menyatakan bahwa penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.

15 5.Lingkup Penugasan Menyatakan fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan tata kelola dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (322) menyatakan secara terperinci mengenai tanggung jawab audit internal sebagai berikut : Audit internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi, memberi keyakinan dan rekomendasi, menginformasikan kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak yang setara dengan wewenang dan tanggung jawab tersebut. Audit internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab auditor internal adalah sebagai berikut : 1. Memberikan saran-saran kepada manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan kode etik yang berlaku agar tercapai tujuan organisasi. 2. Audit internal bertanggung jawab untuk memperoleh persetujuan dari manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis yang formal untuk bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab kegiatan yang mereka periksa.

16 2.2.6 Standar dan Pedoman Praktik Audit Internal Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal, yang terdiri atas : The Institute of Internal Auditors (IIA), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Intern Audit (YPIA), Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) dengan ini perlu memandang untuk menerbitkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI). Standar yang ditetapkan secara bersama-sama ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagian auditor internal dalam melaksanakan kegiatannya. Menurut Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:5) tujuan Standar Profesi Audit Internal adalah sebagai berikut : 1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal. 2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang lingkup dan tujuan audit internal. 3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi. 4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja kegiatan operasioanl organisasi. 5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan kinerja kegiatan opersional organisasi.

17 6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya (International Best Practice). Standar Profesi Audit Internal terdiri dari 3 standar, yaitu : 1. Standar Atribut Standar Atribut berkenaan dengan karateristik organisasi, individu dan pihakpihak yang melakukan fungsi audit internal. Auditor internal harus memberikan jaminan yang efektif dan pelayanan konsultasi, dibagi menjadi empat bagian utama: a. Tujuan, wewenang dan tanggung jawab Fungsi audit internal harus memiliki piagam Negara yang jelas fungsi tujuan, wewenang, dan tanggung jawab dan menyediakan jasa pemberi jaminan dan jasa konsultasi. Piagam tersebut juga harus mengakui fungsi tanggung jawab audit internal untuk mematuhi definisi audit internal,standar dan kode etik. b. Independensi dan objektivitas Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam melakukan pekerjaan mereka. c. Keahlian dan ketelitian profesional yang tepat Penugasan harus dilakukan dengan kemampuan dan ketelitian profesional karena :

18 1) Keahlian, auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk melakukan tanggung jawab masing-masing. Kegiatan audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melakukan tanggung jawabnya. 2) Ketelitian profesional, karena auditor internal harus menerapkan ketelitian dan keterampilan diharapkan auditor internal cukup bijaksana dan kompeten. d. Jaminan kualitas dan program peningkatan Kepala audit eksekutif harus mengembangkan dan mempertahankan jaminan dan peningkatan kualitas program yang dapat dikomunikasikan dengan semua aspek kegiatan audit internal. Persyaratan program jaminan kualitas dan perbaikan menyatakan bahwa program jaminan kualitas dan perbaikan harus mencakup penilaian baik internal maupun eksternal. 2. Standar Kinerja Standar kinerja menggambarkan sifat jasa audit internal dan kriteria. Kinerja layanan ini dapat dinilai, dibagi menjadi tujuh bagian utama: a. Mengelola aktivitas audit internal Kepala audit eksekutif harus secara efektif mengelola kegiatan audit internal untuk memastikan hal itu menambah nilai bagi organisasi.

19 b. Sifat pekerjaan Kegiatan audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian proses dengan menggunakan pendekatan sistematis dan disiplin. c. Perencanaan penugasan Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap keterlibatan, termasuk alokasi tujuan keterlibatan ruang lingkup, waktu dan sumber daya. d. Melakukan penugasan Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan. e. Hasil berkomunikasi Komunikasi harus mencakup keterlibatan dan lingkup serta kesimpulan yang berlaku, rekomendasi, dan rencana aksi. f. Memantau kemajuan Kepala audit eksekutif harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa tindakan manajemen telah dilaksanakan secara efektif atau bahwa manajemen senior telah mengambil tindakan dalam mengantisipiasi risiko. Kegiatan audit internal

20 harus memantau hasil pengaturan keterlibatan konsultasi sejauh disepakati dengan klien. g. Resolusi manajemen senior dalam menerima risiko Ketika kepala audit eksekutif percaya manajemen senior telah menerima tingkat risiko residual yang mungkin tidak dapat diterima oleh organisasi, kepala audit eksekutif yang harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika keputusan mengenai risiko residual tidak terselesaikan, kepala audit eksekutif yang harus melaporkan hal tersebut kepada dewan untuk resolusi. 3. Standar Implementasi Standar implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar implementasi yang akan diterbitkan di masa mendatang adalah standar implementasi untuk kegiatan assurance, standar implementasi untuk kegiatan consulting, standar implementasi untuk kegiatan investigasi dan standar implementasi Control Self Assement. 2.2.7 Kualifikasi Audit Internal yang Memadai a. Independensi Independensi menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton et al (2003:183) adalah : audit. Independence, Internal Auditors should be independent of the activities the

21 1. Organizational status The organizational status of internal auditing department should be sufficient to permit the acoomplishment of its audit responsibilities. 2. Objectily Internal auditors should be objective to performing audit. Agar seseorang auditor internal efektif dalam melaksanakan tugas, auditor internal harus independen dan objektif dalam melaksanakan kegiatannya, hal ini berarti auditor internal harus memberikan penilaian tidak memihak kepada siapapun. Independen dapat dicapai melalui status organisasi dan objektivitas. Independensi menyangkut dua aspek seperti yang dikemukakan oleh Tugiman (2006:16) yaitu : Independensi : audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya. a. Status organisasi : status organisasi dari unit audit internal (bagian pemeriksaan internal) haruslah member keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya. b. Objektivitas : para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah melaksanakan tugasnya secara objektif. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam Standar Profesi Audit Internal (2004:8) menyatakan : Fungsi Audit Internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi dan audit internal harus memiliki sikap mental yang

22 objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (Conflict of Interest). Status organisasi unit audit internal haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Audit internal haruslah memperoleh dukungan dari manajemen senior atau dewan, sehingga mereka akan mendapatkan kerjasama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari campur tangan pihak lain. b. Kompetensi Audit Internal Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan dan berbagai disiplin ilmu yang diberlakukan untuk melakukan pemeriksaan secara tepat dan pantas. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan, seorang auditor internal harus mempunyai kompetensi yang baik. Mulyadi (2002:204) mengemukakan tentang kompetensi auditor internal sebagai berikut : 1) Tingkat pendidikan dan pengalaman profesional auditor internal 2) Ijazah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan 3) Kebijakan, program dan prosedur audit 4) Praktik, yang bersangkutan dengan penugasan auditor internal 5) Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan, dan rekomendasi 6) Penilaian atas kinerja auditor internal

23 Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa auditor internal harus dilakukan oleh orang yang kompeten. Yang dimaksud kompeten adalah orang yang mempunyai pendidikan formal dan memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang yang ditekuninya. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004:9) menyatakan bahwa : Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional. Audit internal harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang kompeten. Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal perlu mempertimbangkan : 1. Ruang lingkup penugasan. 2. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan. 3. Kecakupan dan keefektivitasan manajemen risiko, pengendalian dan proses governance. 4. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan. 5. Pengunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik-teknik analisis lainnya. Pimpinan internal audit harus mengelola bagian auditor internal secara tepat. Menurut SPAI (2004:19) manajemen bagian audit harus menetapkan :

24 1) Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab : pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagi bagian audit internal. 2) Perencanaan : pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. 3) Kebijakan dan prosedur : pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur-prosedur secara tertulis yang akan diperguanakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa. 4) Manajemen personil : pimpinan harus menetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal. 5) Eksternal auditor : pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu (jaminan kualitas) untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal. 2.3 Pengendalian Intern 2.3.1 Pengertian Pengendalian Intern Suatu pengendalian intern yang baik adalah kunci sukses dan efektif tidaknya manajemen suatu perusahaan. Pengendalian ini sangat diperlukan untuk meminimalkan penyelewengan yang dapat terjadi dalam perusahaan. Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) (2013:1) pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut : Internal control is a process, effected by an entity s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting and compliance.

25 Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian di atas yaitu pengendalian intern adalah proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan. 2.3.2 Tujuan Pengendalian Inten Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip oleh Wiliam F Messier (2006:250) adalah sebagai berikut : 1. Realiability of financial reporting. 2. Compliance with applicable laws and regulations. 3. Effectiveness and efficiency of operations. Tujuan pengendalian internal ini dijelaskan sebagai berikut : 1. Realiability of financial reporting (Keandalan laporan keuangan) Pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan data maupun catatan akuntansi yang tersaji dalam bentuk laporan keuangan dan juga laporan manajemen sehingga laporan yang dihasilkan tersebut tidak menyesatkan pemakai laporan tersebut dan dapat diuji kebenarannya. 2. Compliance with applicable laws and regulations (Patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku) Pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan karyawannya terhadap hukum dan peraturan-peraturan yan telah ditetapkan oleh manajemen.

26 Kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan merupakan alat pengendali dari berbagai kegiatan perusahaan yang harus ditaati dan dijalankan setiap unit organisasi. 3. Effectiveness and efficiency of operations (Efektif dan efisiensi kegiatan operasional) Pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari semua operasi yang dilakukan perusahaan sehingga perusahaan dapat mengendalikan biaya yang digunakan uang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi. Ketiga tujuan pengendalian organisasi tersebut merupakan hasil (output) dari suatu pengendalian internal yang memadai, sedangkan komponen-komponen internal merupakan proses untuk menghasilkan pengendalian intern yang memadai pula. Oleh karena itu, agara tujuan pengendalian tercapai maka perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen pengendalian internal. Sesuai dengan Standar For The Proffesional Practise of Internal Auditing (Standar 300) 5 tujuan utama pengendalian intern adalah untuk meyakinkan : 1. Keandalan dan integritas informasi. 2. Ketaatan dan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan. 3. Mengamankan aktiva. 4. Pemakaian sumber daya yang ekonomis dan efisien. 5. Pencapaian tujuan dan sasaran operasi atau program yang ditetapkan.

27 2.3.3. Komponen-komponen Pengendalian Intern Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) yang dikutip Tunggal (2009:79) adalah sebagai berikut : Internal control conclude five categories of control that management design and impement to provide reasonable assurance that management s control objectives will be act. These are called component of internal control and are: 1) The Control Environment; 2) Risk Assessment; 3) Control Activies; 4) Information and Communication; 5) Monitoring. Komponen-komponen pengendalian tersebut merupakan proses yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengendalian intern. Kelima komponen pengendalian tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Control Environment (Lingkungan pengendalian) Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses dan struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian intern di seluruh organisasi. Dewan direksi dan manajemen senior menetapkan nada di atas mengenai pentingnya pengendalian intern dan standar yang diharapkan perilaku. Ada lima prinsip yang berkaitan dengan pengendalian lingkungan : a. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai etika. b. Dewan direksi menunjukkan kemerdekaan dari manajemen dan menjalankan fungsi pengawasan terhadap perkembangan dan kinerja pengendalian intern.

28 c. Manajemen menetapkan, dengan papan pengawasan, struktur, jalur pelaporan, dan wewenang dan tanggung jawab yang tepat dalam mengejar tujuan. d. Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan individu yang kompeten sejalan dengan tujuan e. Organisasi memegang individu bertanggung jawab untuk tanggung jawab pengendalian intern mereka dalam mengejar tujuan. 2. Risk Assessment (Penilaian risiko) Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan entitas, membentuk dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Manajemen mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal dan dalam model bisnis sendiri yang dapat menghambat kemampuannya untuk mencapai tujuannya : Ada empat prinsip yang berkaitan dengan penilaian risiko: a. Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk memungkinkan identifikasi dan penilaian risiko berkaitan dengan tujuan. b. Organisasi mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian tujuan di seluruh entitas dan analisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

29 c. Organisasi ini menganggap potensi penipuan dalam menilai risiko terhadap pencapaian tujuan. d. Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang signifikan dapat mempengaruhi sistem pengendalian intern. 3. Control Activity (Aktivitas pengendalian) Aktivitas pengendalian adalah tindakan yang ditetapkan oleh kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan. Kontrol aktivitas dilakukan di semua tingkat entitas dan pada berbagai tahap dalam proses bisnis dan teknologi terhadap lingkungan. Ada tiga prinsip yang berkaitan dengan mengontrol aktivitas : a. Organisasi memilih dan mengembangkan kontrol aktivitas yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko terhadap pencapaian tujuan ke tingkat yang dapat diterima. b. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivis pengendalian umum atas teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan. c. Organisasi menyebarkan aktivitas kontrol melalui kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang menempatkan kebijakan ke dalam tindakan.

30 4. Information and Communication (Informasi dan komunikasi) Informasi diperlukan untuk entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian intern dalam mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Komunikasi terjadi baik secara internal maupun eksternal dan menyediakan organisasi dengan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan sehari-hari kontrol. Komunikasi memungkinkan personil untuk memahami tanggung jawab pengendalian intern dan arti pentingnya bagi pencapaian tujuan. Ada tiga prinsip yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi: a. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan, kualitas informasi yang relevan untuk mendukung fungsi pengendalian intern b. Organisasi internal mengkomunikasikan informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian intern, diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian intern c. Organisasi ini berkomunikasi dengan pihak luar mengenai hal-hal yang mempengaruhi fungsi pengendalian intern 5. Monitoring (Pemantauan) Evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima komponen pengedalian intern, termasuk pengendalian untuk mempengaruhi prinsipprinsip dalam setiap komponen, hadir dan berfungsi. Temuan dievaluasi dan

31 kekurangan dikomunikasikan secara tepat waktu, dengan hal-hal serius yang dilaporkan kepada manajemen senior dan dewan. Ada dua prinsip yang berkaitan dengan kegiatan monitoring: a. Organisasi memilih, mengembangkan dan melakukan evaluasi berkelanjutan dan / atau terpisah untuk memastikan apakah komponen pengendalian intern yang hadir dan fungsi. b. Organisasi mengevaluasi dan berkomunikasi kekurangan pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan korektif, termasuk manajemen senior dan dewan direksi, yang sesuai. 2.3.4. Keterbatasan Pengendalian Intern Pengendalian yang baik tidak berarti telah mencerminkan suatu keadaan yang ideal, karena bagaimana baiknya suatu pengendalian internal tidak menjamin sepenuhnya bahwa apa yang menjadi tujuan dari perusahaan akan tercapai. Hal ini disebabkan karena memiliki keterbatasan-keterbatasan yang membuat lemah pengendalian intern.keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada pengendalian intern menurut Mulyadi (2002:181) adalah sebagai berikut : Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap strukturstruktur pengendalian intern :

32 a. Kesalahan pertimbangan. b. Gangguan. c. Kolusi. d. Pengabaian oleh manajemen. e. Biaya lawan manfaat. Berikut uraian dari masing-masing keterbatasan pengendalian intern, yaitu : a. Kesalahan dalam pertimbangan Manajemen dan personel lainnya seringkali melakukan kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnin ataupun dalam melakukan tugas-tugas rutin lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, ataupun sebab-sebab lainnya. b. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel keliru dalam memahami perintah yang diberikan atau membuat kesalahan karena kelalaian serta tidak adanya perhatian terhadap tugas. c. Kolusi Tindakan bersama yang dilakukan oleh beberapa individu untuk tujuan kejahatan dapat disebut sebagai kolusi (collusion) kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang telah dibangun untuk melindungi kekayaan entitas serta tidak terungkapnya ketidakberesan ataupun tidak terdeteksinya kecurangan oleh struktur pengendalian intern yang dirancang.

33 d. Pengabaian oleh manajemen Manajemen juga dapat melakukan suatu pengabaian terhadap suatu kebijakan maupun prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan ataupun kepatuhan yang bersifat semu. e. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasi struktur pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diperoleh dari pengendalian tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat dari suatu struktur pengendalian intern. 2.4 Gaji Dalam suatu perusahaan terutama yang bergerak dibidang industri balas jasa, gaji merupakan masalah yang mendapat perhatian cukup besar dari manajemen. Hal ini disebabkan karena kegiatan perusahaan sangat tergantung pada pegawai perusahaan tersebut. Agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan kebutuhan perusahaan, maka diperlukan kesatuan antara pegawai dan perusahaan.

34 Salah satu cara yang dilakukan bagi perusahaan untuk meningkatkan aktivitas kerja, motivasi dan kepuasan adalah dengan memperhatikan balas jasa para pegawai. Jika masalah jasa ini diatur dengan baik maka pegawai akan mendapat kepuasan sehingga dapat memacu motivasi dalam mencapai tujuan perusahaan. 2.4.1 Pengertian Gaji Dalam suatu perusahaan akan selalu diperlukan tenaga kerja manusia yang akan menjalankan aktivitas perusahaan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi aktivitas perusahaan adalah karyawan baik yang bekerja langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas perusahaan dan mereka tentunya mengharapkan imbalan atas jasa pekerjaan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, dalam melangsungkan usahanya perlu diberikan perhatian yang layak kepada mereka agar efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan dapat meningkat. Perusahaanpun harus dapat menetapkan cara-cara terbaik dalam penetapan gaji, agar karyawan mendapatkan reward financial berupa gaji tersebut secara tepat dan layak sesuai dengan jasa yang telah diberikan karyawan terhadap perusahaan. berikut : Menurut Winarni dan Sugiyarto (2008) pengertian gaji didefinisikan sebagai Gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada pimpinan-pimpinan, pengawas-pengawas, pegawai tata usaha dan pegawai-pegawai kantor serta para manajer lainnya, dan biasanya gaji dbayarkan bulanan.

35 berikut : Sedangkan pengertian gaji menurut Hariandja (2002:245) adalah sebagai Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang pegawai yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaji merupakan pembayaran jasa kepada karyawan tetap mulai dari jenjang manajer tingkat bawah sampai ke tingkat yang lebih tinggi yang dibayarkan secara berkala yang jumlahnya relatif konsisten. 2.4.2 Sistem Akuntansi Gaji Sistem akuntansi gaji pada perusahaan harus dapat enetapkan secara cepat dan tepat informasi tentang gaji bagi setiap karyawan. Sistem akuntansi gaji menurut Arens et al (2008:521) terdiri dari : a. Personal and employment (Prosedur kepegawaian dan penempatan karyawan). b. Time keeping and patrol preparation (Prosedur penempatan waktu dan penyiapan pembayaran gaji). c. Payment of payroll (Prosedur pembayaran gaji). d. Preparation of payroll tax returns and payment of taxes (Prosedur penyiapan surat pemberitahuan dan pembayaran pajak). Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

36 a. Personal and employment (Prosedur kepegawaian dan penempatan karyawan) Prosedur pegawai meliputi : 1) Penempatan pegawai baru a. Membuat catatan mengenai pegawai yang berhenti atau diberhentikan dan pelamar-pelamar baru. b. Memelihara hubungan dengan kantor penempatan tenaga kerja, sekolah-sekolah, universitas, dan sumber pegawai lainnya. c. Memasang iklan. 2) Mengadakan interview Menginterview calon pegawai untuk meyakinkan kepandaian, kecakapan dan pendidikan calon pegawai. 3) Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan adanya karyawan baru sebagai berikut : a. Mencari data pribadi karyawan. b. Menyelenggarakan tes kesehatan. c. Membuat formulir penerimaan yang digunakan untuk menempatkan daftar pegawai dalam daftar gaji. 4) Melakukan macam-macam fungsi sebagai berikut : a. Membuat catatan potongan gaji yang diminta oleh pihak luar. b. Membuat catatan mengenai sebab berhentinya pegawai. c. Membuat catatan mengenai riwayat hidup pegawai.

37 d. Membuat catatan mengenai cuti pegawai. Prosedur kepegawaian biasanya dilaksanakan oleh bagian personalia, pengelolaan yang paling dalam masalah personalia meliputi metode formal untuk memberikan informasi mengenai pegawai-pegawai baru kepada pencatatn waktu dan petugas penyiap gaji. Selain itu penting sekali adanya pemisahan tugas antara pegawai yang mempunyai akses terhadap waktu kartu pembuat daftar gaji serta pegawai yang mempunyai akses terhadap catatan pegawai. Pengelolaan lainnya adalah penyelidikan dengan seksama terhadap kemampuan dan kejujuran pegawai baru dan adanya arsip pegawai yang memadai. b. Time keeping and Payroll Preparation (Prosedur Penentuan Waktu dan Penyiapan Pembayaran Gaji) Terdiri dari dua kegiatan pencatatan waktu kerja yaitu : 1. Pencatatan waktu hadir (attendance time keeping) Yaitu pencatatan atas waktu kehadiran karyawan di pabrik atau kantor sejak masuk sampai dengan pulang yang tercantum pada kartu kehadiran (clock card). 2. Pencatatan waktu kerja (shoptime keeping atau jobtime keeping) Yaitu pencatatan waktu kerja sesungguhnya dalam setiap pekerjaan atau setiap departemen. Tujuan sistem dan prosedur pencatatan waktu adalah sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh suatu alat interval check terhadap waktu kehadiran.

38 Agar dapat mencegah karyawan mencatat absensi tetapi tidak bekerja karena pergi atau menyeluruh temannya mencatat absensi tetapi dia tidak hadir. 2. Untuk memperoleh data mengenai produk dan jenis kerja yang diperlukan, untuk menetapkan jumlah gaji insentif (perangsang), untuk penghitungan biaya, juga untuk kepentingan akuntansi biaya. c. Payment and payroll (Prosedur pembayaran gaji) Prosedur pembayaran gaji adalah fungsi bagian pembuat daftar gaji karyawan. Adapun perincian kegiatan penetapan gaji adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan catatan waktu kehadiran dari masing-masing karyawan yang diperoleh dari kartu jam kerja kehadiran. Waktu diperoleh dari 2 bagian yaitu : a. Waktu kerja biasa (straight time) b. Waktu kerja lembur (over time) 2. Selanjutnya mengumpulkan data untuk menghitung gaji yang didasarkan pada prestasi (banyaknya hasil) dan jumlah hasilnya diukur dengan banyak pekerjaan yang telah selesai. Secara garis besar, gaji dapat didasarkan pada waktu kerja atau prestasi yaitu gaji waktu dan gaji prestasi atau gaji potongan (piecework).

39 3. Menghitung tambahan (allowance) yang telah dicatatkan pada jumlah gaji yang telah dihitung berdasarkan waktu atau prestasi. Tambahan tersebut diantaranya : a. Tunjangan perusahaan b. Tunjangan kesehatan c. Tunjangan transport d. Tunjangan lain-lain 4. Menghitung gaji berdasarkan data yang terkumpul, hal ini dapat dilaksanakan antara lain dengan cara mengalikan waktu hadir dengan tarif. d. Preparation of Payroll Tax Return and Payment of Taxes (Prosedur penyiapan surat pemberitahuan dan pembayaran pajak) Prosedur pembayaran gaji dilakukan setelah prosedur pembuatan daftar gaji dijadikan sesuai dengan proses diatas, kemudian dilanjutkan dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pembayaran gaji, membuat formulir dan laporan yang ditetapkan dalam peraturan perusahaan, membuat catatan (jurnal entry) dan berbagai formulir dan laporan dilakukan dengan tahap sebagai berikut : 1. Membuat daftar gaji. 2. Membuat daftar cek pembayaran atau amplop gaji pembayaran atau cek gaji. Jika pembayaran gaji dilakukan secara tunai, maka disusun kebutuhan

40 bermacam yang logam dan uang kertas yang akan dimasukan ke dalam amplop gaji. 3. Membuat daftar earning statement yaitu suatu penjelasan tentang perhitungan gaji yang diberikan kepada masing-masing pegawai yaitu setelah dihitung gaji kotor, allowance dan potongan. 4. Membuat employee s earning record yaitu daftar gaji pada suatu masa yang dibayarkan pada pegawai tersebut. 2.4.3 Lingkungan Pengendalian Intern Gaji Beberapa unsur lingkungan pengendalian mempunyai pengaruh langsung terhadap transaksi penggajian. Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur tersebut : 1. Struktur Organisasi Bagian- bagian yang teribat langsung dalam penggajian adalah : a. Bagian personalia b. Bagian akuntansi dan penggajian Di dalam struktur organisasi tersebut harus terdapat pemisahan fungsi yang jelas, di antaranya : 1) Fungsi penugasan, yang berwenang untuk menyutujui penetapan besarnya gaji. Fungsi ini dipegang oleh kepada bagian personalia.

41 2) Fungsi pencatatan, yang melakukan pencatatan atas transaksitransaksi, absensi, surat keputusan pengangkatan dan lain-lain. Fungsi ini dipegang oleh bagian personalia. 3) Fungsi penghitungan atas gaji. Fungsi ini dipegang oleh bagian akuntansi. Fungsi pembayaran gaji. Fungsi ini dipegang oleh bagian keuangan. 2. Fungsi Audit Internal Secara periodik dan mendadak harus dilakukan pengamatan atas pembayaran gaji dan pecatatan kehadiran serta penilaian prestasi (on the job control). Bagi perusahaan besar dengan jumlah pegawai yang cukup banyak perlu diadakan audit internal atas gaji (audit internal payroll) dan sedapat diadakan cek mengenai kalkulasi gaji antara akuntansi dna bagian internal gaji. 3. Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia (Human resources and practice) Kebijakan dan praktik sumber daya di dalam perusahaan harus meliputi masalah-masalah pengangkatan, penilaian, evaluasi, promosi dan pemberian kepada mereka sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka.

42 2.4.4 Kriteria Pengendalian Intern Penggajian Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai kriteria pengendalian intern atas gaji yang memadai adalah sebagai berikut : 1. Adanya pegawai yang kompeten dan dapat diandalkan. 2. Adanya prosedur yang jelas dan dapat dimengerti sehingga dapat dilaksanakan oleh petugas yang menangani gaji. 3. Adanya formulir dan catatan yang memadai. 4. Adanya peraturan-peraturan yang diketahui dipahami oleh semua pegawai. 5. Adanya pemisahan fungsi antara pencatatan, penghitungan dan pembayaran gaji. 6. Adanya auditor internal yang melakukan audit terhadap pengendalian intern atas gaji. 2.5 Kerangka Pemikiran Setiap pimpinan perusahaan menghendaki agar perusahaannya dapat semakin berkembang di kemudian hari. Oleh karena itu pimpinan perusahaan harus selalu berusaha sebaik mungkin agar perusahaannya terhindari dari faktor-faktor yang dapat menghambat kemajuan dan perkembangan perusahaan (Solihin, 2009). Agar perusahaan berjalan sesuai pada kebijakan yang telah diterapkan sebelumnya, pimpinan perusahaan harus melimpahkan sebagian wewenang dan

43 tanggung jawab kepada bawahannya. Agar pendelegasian wewenang ini berjalan dengan baik, diperlukan adanya suatu alat yang dapat membantu manajemen dalam fungsi pengawasan dan pengendalian. Sedangkan salah satu faktor yang penting bagi keberhasilan sebuah perusahaan adalah memelihara hubungan yang memuaskan antara manajemen dan para karyawannya. Gaji merupakan masalah yang penting seperti yang diungkapkan oleh Mulyadi (2002) definisi dari gaji sendiri adalah sebagai berikut: Gaji merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan seperti manajer. Penggajian dapat diartikan sebagai proses pembayaran upah kepada seseorang atau individu untuk pengganti hasil kerja atau jasa yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan pada pekerja merupakan komponen biaya produksi yang harus dihitung secara cermat oleh setiap perusahaan. Dan gaji merupakan unsur biaya yang sangat besar bagi perusahaan jika dibandingkan dengan unsur-unsur biaya lain (Mulyadi, 2002). Masalah gaji merupakan masalah yang cukup kritis karena sering kali terjadi hal-hal yang merugikan perusahaan, hal ini menyangkut kemungkinan adanya pegawai fiktif, jam kerja yang tidak benar, atau membayar gaji kepada karyawan melibihi jumlah yang seharusnya. Oleh karena itu dibutuhkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja. Suatu pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat menekan sekecil mungkin kesalahan, penyelewengan, dan kecurangan terhadap aktiva maupun harta perusahaan. Pengertian pengendalian internal menurut The Committee Of Sponsoring Organization (COSO) (2013) adalah sebagai berikut :

44 Internal control is a process, effected by an entity's board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and compliance. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian di atas yaitu pengendalian intern adalah proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan. Tujuan pengendalian intern itu dapat tercapai bila elemen dalam pengendalian itu sendiri benar-benar dilaksanakan. Agar pengendalian berjalan efektif, diperlukan suatu bagian tersendiri dalam perusahaan. Bagian tersebut adalah Audit Internal yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan sebagai layanan untuk organisasi. Pengertian mengenai audit internal dikemukakan oleh The Institute of Internal Auditor (IIA) Board Of Directors pada tahun 1999 yang dikutip oleh Boynton et al (2003:980) sebagai berikut: Internal Auditing in an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization operations. It helps an organization accomplish it s objective by bringing a systematic disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management control and governance process. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa internal audit adalah : 1. Suatu aktivitas independent objektif. 2. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultas.

45 3. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi perusahaan. 4. Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya. 5. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian, dan proses pengaturan. Oleh karena itu peran audit internal sangatlah penting dalam membantu manajemen dalam meneliti dan mengawasi apakah prosedur, metode, dan teknik yang menjadi alat dari pengedalian intern itu sudah dilaksanakan. Dalam kedudukannya yang bebas dari aktivitas kegiatan operasional, auditor internal dapat memberikan informasi yang benar dan objektif yang menyangkut keakuratan data yang akan dijadikan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Adanya audit internal yang berjalan dengan baik dapat memberikan alternatif tindakan yang terbaik bagi manajemen untuk memperbaiki dan menunjang pengendalian intern perusahaan yang bersangkutan. Audit internal harus dilakukan secara independen dan berkesinambungan sehingga dapat mencegah kejadian yang dapat merugikan dan juga dapat membantu manajemen untuk segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mempertahankan dan menjaga pengendalian internal yang memadai.

46 berikut : Berdasarkan uraian tersebut, penulis merumuskan kerangka pemikiran sebagai PDAM Auditor Internal Kualifikasi Audit Internal : 1. Independensi 2. Kompetensi 3. Program Audit 4. Pelaksanaan Audit Internal 5. Laporan Hasil Audit 6. Tindak Lanjut atas Hasil Audit Pengendalian Intern atas Penggajian 1. Lingkungan Pengendalian 2. Penilaian Risiko 3. Aktivitas Pengendalian 4. Informasi dan Komunikasi 5. Pemantauan Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran