ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN KOMPONEN HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN ENGINE MARINE 3306 CATERPILLAR

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

HALAMAN PERSETUJUAN. Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing Tugas Akhir untuk

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

1. EMISI GAS BUANG EURO2

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PENDINGINAN MOTOR

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)


ANALISA SISTEM PENDINGIN KAPASITAS GPM PADA MESIN DIESEL DI PLTD TITI KUNING

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

ANALISA PERFORMANCE HEAT EXCHANGER

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

COOLING WATER SYSTEM

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

PROSES MAINTENANCE 500 JAM KERJA TERHADAP UNIT HYDRAULIC EXCAVATOR PC 200-8M0 Di PT. United Tractors Tbk.

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

PENYEBAB PATAHNYA SHAFT WATER PUMP PADA COOLING SYSTEM HD PT. UNITED TRACTOR BATU KAJANG

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB I PENDAHULUAN. mencegah panas yang berlebih. Engine yang terlalu panas (over heating) akan membuat

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

BAB II DASAR TEORI Sistem Pendingin. Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bidang teknologi mesin sekarang ini, khususnya otomotif

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16.

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II DASAR TEORI. mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kalor

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

RETROFIT SISTEM PENDINGIN MESIN UNTUK KAPAL COASTER 1200GT DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KEEL COOLER

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

KEMAMPUAN HEAT EXCHANGER DALAM PELEPASAN KALOR PADA MESIN ALAT BERAT. Cokorda Prapti.,ST. M.Eng.*) Andreas Yulian Novenatus**)

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

SISTEM PENDINGINAN ENGINE

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

Perawatan Engine dan Unit Alat Berat. diunduh dari

Kerusakan Mechanical Seal Pada Pompa 14P7 A Plan 21 Di PT. Pertamina RU 4 Cilacap. Bahrul Luthfi Nasution

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kebocoran Silinder Hidrolik pada Mesin Gravity Casting di Industri Manufaktur

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

PERAWATAN ENGINE DAN UNIT ALAT BERAT

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

Transkripsi:

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN KOMPONEN HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN ENGINE MARINE 3306 CATERPILLAR Faisyal 1), Darma Aviva 2), Mustafa 3) 1),2), Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda Email : faisyalumar@gmail.com Abstrak. Proses perpindahan kalor pada dunia otomotif pada saat ini, merupakan proses kunci kerja dalam suatu engine, karena semua engine bekerja dalam temperatur yang cukup tinggi. Salah satu alat penukar kalor (Heat Exchanger), yang digunakan untuk mempertukarkan kalor antara fluida kerja yang berbeda temperaturnya. Oleh karena itulah penggunaan Heat Exchanger perlu diperhatikan kinerjanya. Dimana semua itu tidak lepas dari kerja komponen yang ada didalamny. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kerusakan komponen dari Sistem Pendingin Engine Marine 3306 Caterpillar. Penelitian ini menggunakan sistem kualitatif dimana komponen yang mengalami kerusakan langsung dianalisa, apa penyebabnya berdasarkan literature yang ada, dan apakah komponen tersebut masih dapat digunakan atau tidak. Dari hasil penelitian diperoleh Physical damage yang terjadi pada komponen tube bundle heat exchanger terdapat pada tubes yang berada di sisi luar tube bundle dan pada dua tubes yang berdekatan. Hasilnya adalah tube tersebut tidak dapat di gunakan kembali, karena akan mempengaruhi flow fluida, penyerapan panas dan dapat terjadi kebocoran di kemudian hari.corrosion yang terjadi pada komponen shell/expansion tank heat exchanger disebabkan karena penggunaan coolant yang tidak tepat dan tidak melakukan perawatan pada cooling system sesuai dengan service manual. Hasilnya adalah shell/expansion tank tersebut tidak dapat di gunakan kembali. Kebocoran yang terjadi pada bonnet heat exchanger disebabkan karena kerusakan seal o-ring yang mengalami perubahan struktur karena melewati usia pemakaian. Kata kunci: Heat Exchanger, pendingin, Engine Marine 1 Pendahuluan Perkembangan transportasi air sangatlah pesat. Terlebih lagi bumi yang didominasi oleh area perairan. Setiap kapal (marine) yang berlayar tentulah harus didukung dengan kemampuan dan tenaga yang terbaik. Engine pada kapal memiliki peran yang sangat sentral untuk menjaga agar kapal dapat berlayar dengan baik. Power dari engine haruslah selalu dijaga dengan memastikan semua sistem pada engine dapat bekerja dengan baik termasuk sistem pendingin. Engine yang beroperasi akan menghasilkan panas. Fungsi utama dari sistem pendingin ialah untuk mentransfer panas dari dalam engine ke luar engine. Sistem ini dirancang untuk memindahkan panas dari engine dan mempertahankan engine pada temperatur operasinya yang paling efisien atau mencegah overheating, maka dirancanglah system pendinginan yang sesuai untuk kapal. Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang dapat terjadi melalui kontak langsung maupun secara kontak tidak langsung. Fluida yang bertukar energi dapat berupa fluida yang sama fasenya (cair ke cair atau gas ke gas) atau dua fluida yang berbeda fasenya. Heat exchanger sangat berpengaruh dalam sistem pendingin terhadap keberhasilan keseluruhan rangkaian proses, karena kegagalan operasi alat ini baik akibat kegagalan mekanikal maupun opersional dapat menyebabkan berhentinya operasi unit/engine. Maka suatu alat penukar kalor ( Heat exchanger) dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat diperoleh hasil yang maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap suatu operasional unit. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan komponen Heat Exchanger pada engine marine 3306 caterpillar menitik beratkan masalah sebagai berikut : E24. 1

a) Melakukan pemeriksaan visual dan pengukuran pada komponen heat exchanger engine marine 3306 caterpillar. b) Membahas cara kerja, perawatan, penyebab dan akibat terjadinya kerusakan pada komponen heat exchanger engine marine 3306 caterpillar. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sistem kerja dari sistem pendingin engine marine 3306 Caterpillar. 2. Mengetahui sistem kerja heat exchanger engine marine 3306 Caterpillar. 3. Untuk mengetahui apakah heat exchanger aman untuk dipergunakan kembali. 4. Mengetahaui perawatan dan troubleshooting heat exchanger engine marine 3306 Caterpillar. Metode Penelitian Penelitian ini meliputi beberapa tahapan dimulai dengan persiapan awal dengan cara melakukan melepaskan Heat Exchanger dari unit engine. Kemudian melakukan pembersihan, setelah itu tahap pembongkan komponen. Setelah itu dilakukan pengukuran, pengamatan visual dan pengujian pressure. Apakah semua komponen masih dalam standar pabrik atau tidak. Jika tidak sesuai dengan standar yang ada, peneliti melakukan analisa berdasarkan literature. Hasilnya adalah apakah komponen tersebut masih dapat digunakan atau tidak. Tinjauan Pustaka Cooling system berfungsi sebagai penyerap dan pembuang panas berlebihan yang dihasilkan oleh pembakaran dan komponen-komponen engine. Diesel engine sangat tergantung pada cooling system untuk mencapai kemampuan maksimum. Dari ke lima system engine, cooling system merupakan faktor terbesar yang dapat mempengaruhi usia pakai engine. Apabila engine beroperasi tanpa cooling system atau aliran cairan pendingin (coolant) pada engine terhenti walaupun hanya dalam waktu yang singkat, akan beresiko besar terhadap kerusakan engine yang signifikan. Kebanyakan orang berasumsi bahwa system pelumasan merupakan system yang paling banyak menyebabkan kerusakan engine, tapi kenyatannya penyebab terbesar kerusakan engine adalah cooling system yang tidak bekerja dengan baik. Engine yang beroperasi dengan temperature cooling system terlalu dingin menyebabkan pelumasan yang tidak sempurna karena oli tidak mengalir dan melindungi permukaan logam dengan baik, begitu juga jika engine terlalu panas. Pendinginan engine tergantung kepada prinsip konduksi, konveksi dan radiasi panas untuk menjaga engine tetap beroperasi pada temperature operasi. Cairan pendingin (Coolant) menerima panas konduksi dari komponen logam engine seperti silinder block, silinder head dan lain-lain. Cairan pendingin (Coolant) kemudian dipompakan oleh water pump dari engine ke radiator. Pada radiator, energi panas dipindahkan secara konveksi ke udara yang ditiupkan oleh kipas melewati sirip (fin) radiator. Panas yang timbul pada komponen-komponen engine juga diradiasikan ke udara sekeliling. Cooling system tipe ini paling banyak dijumpai pada engine genset, captive dan industrial. Pada saat engine beroperasi, coolant dipompakan oleh water pump melewati oil cooler menuju engine block. Dari cylinder block coolant mengalir menuju cylinder head dan kemudian ke water temperature regulator housing. Pada saat engine belum mencapai temperatur pembukaan water temperature regulator, maka coolant akan dibypass kembali ke water pump. Hal ini dimaksudkan supaya engine dapat dengan cepat mencapai temperature operasi. Pada saat temperatur engine sudah mencapai temperature pembukaan water temperature regulator, maka water temperature regulator akan bermodulasi dalam posisi membuka dan menutup untuk membagi coollant yang akan mengalir melalui bypass atau radiator. Pada saat temperature sudah mencapai pembukaan maksimum water temperature regulator, seluruh coolant akan mengalir melalui radiator. Setelah mengalir melewati radiator, temperature cairan pendingin turun dan cairan pendingin terhisap oleh water pump melalui bagian bawah radiator. Pada engine yang sering berakselerasi, terdapat pipa bypass dari bagian atas radiator ke saluran masuk water pump atau disebut juga shunt line yang berguna menghindari kavitasi. Pada saat akselerasi, kecepatan pompa akan naik dengan tiba-tiba dan tentunya membutuhkan cairan pendingin yang banyak E24. 2

untuk dihisap, sementara supply yang diberikan oleh radiator relatif sedikit. Dengan adanya shunt line, maka cairan pendingin yang berada dibagian atas radiator akan mengalir menuju saluran hisap pompa. 2 Pembahasan Pembahasan ini berujuk pada pemeriksaan secara pengukuran, visual, dan pengukuran yang dilakukan terhadap komponen heat exchanger yang berpedoman pada SIS (Service Information System). Pedoman tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam pemeriksaan secara visual maupun pengukuran dari beberapa komponen heat exchanger yang dapat menjadi acuan apakah komponen dapat digunakan kembali ataupun tidak dapat digunakan kembali. Adapun beberapa kegiatan analisa pada heat exchanger dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melepas komponen heat exchanger dari engine 2. Membongkar komponen heat exchanger 3. Melakukan pembersihan komponen heat exchanger 4. Melakukan pemeriksaan secara visual pada heat exchanger 5. Melakukan pengukuran dan pengetesan pada heat exchanger 6. Merakit kembali komponen heat exchanger. Proses Pembongkaran Heat Exchanger 1. Melepaskan baut dan bonnet. Gambar 1. Bonnet 2. Memasang dua baut 3/8"-16 pada bonnet untuk melepaskan bonnet. Gambar 2. Melepaskan bonnet 3. Melepaskan tube bundle dari tank assembly. Gambar 3. Melepaskan tube bundle E24. 3

4. Melepaskan Zink Rod untuk diperiksa. Gambar 4. Melepaskan zink rod 3 Proses Pemeriksaan Visual Pemeriksaan visual adalah mengamati kondisi fisik pada komponen kemudian membandingkan nya dengan referensi yang ada. Indikasi kerusakan dapat dilihat dengan adanya perubahan fisik komponen, goresan atau gesekan, ataupun perubahan warna dari komponen tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses inspeksi visual antara lain : a. Membersihkan komponen terlebih dahulu agar tanda tanda kerusakan dapat terlihat jelas. b. Mengamati setiap detail komponen dengan teliti. c. Menyediakan referensi yang berhubungan dengan proses inspeksi visual untuk memudahkan dalam memahami setiap indikasi yang ditemukan, Keterangan: (A) Pemeriksaan Aktual, (B) Standar GRPTS. 4 Analisa Tube Bundle Tabel 1. Pemeriksaan visual pada tube Keterangan : Pada gambar (A) telah dilakukan pemeriksaan secara visual pada tube-tube heat exchanger yang berjumlah 116 tubes, terdapat physical damage di dua tube pada sisi luar tube bundle dan membandingkan dengan GRPTS. Hasilnya adalah tube tersebut tidak dapat di gunakan kembali, karena akan mempengaruhi flow fluida, penyerapan panas dan dapat terjadi kebocoran di kemudian hari. (A) (B) Physical damage yang terdapat pada komponen tube bundle heat exchanger disebabkan karena penanganan yang tidak tepat pada komponen tube bundle selama proses pembongkaran, pembersihan, pemindahan, dan penyimpanan. Kerusakan yang terlihat pada komponen tube bundle heat exchanger disebabkan tube bundle terbentur material tumpul. Solusinya dengan lebih memperhatikan prosedur yang benar saat bekerja terutama saat melakukan penanganan dan penyimpanan komponen tube bundle, letakkan tube pada area yang aman dan tidak berada di bawah komponen lain. 5 Analisa Shell/Expansion Tank Tabel 2. Pemeriksaan visual pada shell atau expansion tank Keterangan : Pada gambar (A) telah dilakukan pemeriksaan secara visual pada shell / expansion tank, terdapat cracked dan broken yang disebabkan corrosion. Sesuai dengan standar GRPTS maka shell / expansion tank harus diganti atau tidak dapat digunakan kembali. (A) E24. 4

(B) Ada lima kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya keausan corrosion yang terdapat pada shell/expansion tank, penyebab tersebut antara lain : a. Menggunakan air garam sebagai air pendingin b. Menggunakan air tanpa dicampur dengan supplement coolant additive sebagai air pendingin atau tidak menggunakan supplement coolant additive element. c. Penggunaan coolant dengan kandungan supplement coolant additive kurang atau tidak sesuai dengan spesifikasi, yaitu sebanyak 6-8 % dari volume cooling system apabila tidak menggunakan antifreeze dan 3-6% dari volume cooling system apabila menggunakan antifreeze. d. Menggunakan coolant yang sudah lewat masa pemakaian, cooling system harus dikuras dan dibersihkan menggunakan cooling system cleaner setiap 2000 jam service dan menggantinya dengan coolant baru yang sesuai dengan spesifikasi. e. Tidak menambahkan cooling system conditioner liquid pada preventive maintenance 250 jam. Solusinya adalah dengan menggunakan coolant yang sesuai dengan spesifikasi yaitu air dengan kualitas baik dengan kandungan supplement coolant additive sebanyak 6-8 % dari volume cooling system apabila tidak menggunakan antifreeze dan 3-6% dari volume cooling system apabila menggunakan antifreeze. Serta melakukan pemeliharaan cooling system sesuai dengan anjuran dari service manual. Analisa Thread pada Bonnet Tabel 3. Pemeriksaan thread pada bonnet Keterangan : Pada gambar (A) telah dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap thread pada komponen. Sesuai dengan standard GRPTS, maka komponen bonnet tersebut dapat digunakan kembali dan tidak perlu dilakukan perbaikan karena tidak ada thread yang rusak. (A) (B) Apabila terjadi kerusakan stripped thread pada lubang baut dapat dilakukan perbaikan dengan Caterpillar threaded insert atau dengan menginstall plug logam dan membuat lubang baut dan thread baru. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang threaded inserts ada pada Special Instruction, SMHS8438, yang berjudul "Chart for Heli-Coil Repair". E24. 5

Analisa End Plate Tabel 4. Pemeriksaan visual pada end plate Keterangan : Pada gambar (A) telah dilakukan pemeriksaan secara visual pada end plate heat exchanger. Sesuai dengan standar GRPTS, maka end plate heat exchanger dapat digunakan kembali karena tidak mengalami physical damage atau broken. (A) (B) 6 Pemeriksaan Komponen Zinc Rod Gambar 5. zinc rod Prosedur pemeriksaan pada Zink Rod : 1. Remove zinc rod 2. Periksa zinc rod dari kerusakan fisik,jika rusak ganti dengan zinc rod baru 3. Pukul secara perlahan dengan menggunakan palu kecil, jika zinc rod hancur maka lakukan penggantian. 4. Jika hasil pemeriksaan dapat digunakan kembali, maka kikis lah permukaan zinc rod yang telah teroksidasi sebelum dilakukan pemasangan. Permukaan yang teroksidasi akan mempengaruhi efektifitas kerja zinc rod. Dari hasil pemeriksaan aktual pada komponen zinc rod heat exchanger, komponen zinc rod tidak mengalami kerusakan sehingga dapat digunakan kembali. Penulis hanya mengikis lapisan oksidasi dari zinc rod sebelum memasangnya kembali, karena lapisan oksidasi dapat mengurangi efiktifitas dari zinc rod. Proses Pengetesan Heat Exchanger Gambar 6 Pengetesan kebocoran E24. 6

Tabel 5. Hasil aktual testing pressure Spesifikasi Pengetesan Hasil Maksimal 35 psi ( Tidak boleh melebihi 35 Psi ) Durasi : 1 ( satu) menit 20 Psi ( selama 1 Menit ) Terdapat kebocoran Sumber: system information service caterpillar, media number SENR5062 Pada gambar 4 telah dilakukan pengetesan kebocoran pada heat exchanger, pengetesan dilakukan sesuai dengan panduan yang ada pada service manual dengan menggunakan air pressure yang disarankan yaitu 32 psi dan tidak diperbolehkan melebihi 35 psi selama 1 (satu) menit. Hasil yang diperoleh ialah kebocoran heat exchanger pada sisi bonnet yang berhubungan langsung dengan seal o-ring. Penyebab kebocoran tersebut adalah seal o-ring yang sudah rusak. Proses Perakitan Heat Exchanger 1. Memeriksa kondisi O-ring seal dan gasket sebelum digunakan. Gambar 7. Memeriksa O-ring seal 2. Menempatkan tube bundle pada bonnet assembly dengan pin dowel sejajar dengan lubang di bonnet. Gambar 8. Penempatan tube bundle 3. Menempatkan bonnet di posisi pada tank assembly. Gambar 9. Menempatkan bonnet pada posis 3 Simpulan Dari penelitian Analisa Penyebab Kerusakan Komponen Heat Exchanger pada Sistem Pendingin Engine Marine 3306 Caterpillar diketahui bahwa: a. Physical damage yang terjadi pada komponen tube bundle heat exchanger terdapat pada tubes yang berada di sisi luar tube bundle dan pada dua tubes yang berdekatan. Kerusakan ini disebabkan tube bundle terbentur material tumpul karena penanganan yang tidak tepat. Hasilnya adalah tube tersebut tidak dapat di gunakan kembali, karena akan mempengaruhi flow fluida, penyerapan panas dan dapat terjadi kebocoran di kemudian hari. b. Corrosion yang terjadi pada komponen shell/expansion tank heat exchanger disebabkan karena penggunaan coolant yang tidak tepat dan tidak melakukan perawatan pada cooling system sesuai dengan service manual yaitu pada setiap service 50 jam, 250 jam, dan 2000 jam. Hasilnya adalah shell/expansion tank tersebut tidak dapat di gunakan kembali. E24. 7

c. Kebocoran yang terjadi pada bonnet heat exchanger disebabkan karena kerusakan seal o-ring yang mengalami perubahan struktur karena melewati usia pemakaian. Kebocoran terjadi pada pressure 20 psi dari spesifikasi yang disarankan yaitu 32 psi. Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada P2M Politeknik Negeri Samarinda melalui pendanaan DIPA Politeknik Negeri Samarinda Tahun Anggaran 2016. Daftar Pustaka [1]. Caterpillar Inc. 2003, Heat Exchanger Test, Media Number SENR5062-02, United State of America: Caterpillar Inc [2]. Caterpillar Inc., Heat Exchanger Inspect, Media Number, SEBU7897-08, United State of America: Caterpillar Inc [3]. Caterpillar Inc., General Service Information Cooling System, Media Number LEBV0915-05, United State of America: Caterpillar Inc [4]. Caterpillar Inc., Zinc Rod Inspect, Media Number SEBU7897-08, United State of America: Caterpillar Inc [5]. Caterpillar Inc., 2010, Know Your Cooling System, Media Number SEBD0518-09, United State of America: Caterpillar Inc [6]. Cahya Sutowo. 2013. Analisa Heat Exchanger Jenis Shell and Tube Dengan Sistem Single Pass. Jakarta: Jurnal Penelitin Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Jakarta E24. 8