BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Masyarakat dengan teknologi maju, tingkat pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

PENDAHULUAN STUDI KASUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Tidak terkecuali juga para

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh manusia adalah akan kebutuhan hidupnya. tertarik dan terdorong untuk dapat menukar (menjual) mobilnya dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melakukan panggilan jarak jauh atau jarak dekat dengan teman,

BAB I PENDAHULUAN. mudah sehingga manusia seringkali mengalami ketergantungan terhadap alat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

PERILAKU KONSUMEN. By Eka DJ Ginting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang dikemas melalui periklanan yang begitu menarik. Begitu juga dengan masalah budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga berkembang begitu pesat. Remaja biasanya mempunyai tren tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka. Pada masa remaja akhir dimana mereka mulai memasuki masa dewasa awal, perubahan-perubahan terhadap sikap dan pemikiran telah mulai terlihat. Perwujudan sikap tersebut biasanya terjadi di masayarakat perkotaan yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks. Menyikapi hal tersebut, para remaja seharusnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga mampu melakukan sesuatu dengan sendiri dan mampu mengontrol segala sesuatu yang ada pada dirinya. Menurut Monks (2002: 258), remaja sudah tidak termasuk golongan anak, dan juga tidak termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Jika ditinjau dari segi tersebut mereka masih termasuk golongan kanak-kanak. Remaja pada umumnya adalah mereka yang masih belajar di Sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi. Orang tua harus dapat memahami kapan munculnya masa-masa sulit yang dihadapi oleh anak yang dapat membuat anak lebih rentan dan cenderung menurun kepercayaan dirinya (Hartley, 2000: 217).

Percaya diri itu berawal dari diri sendiri, bagaimana tekad kita untuk melakukan yang kita inginkan dan butuhkan dalam menjalani proses kehidupan. Untuk dapat membentuk kepercayaan diri pada dasarnya berawal dari keyakinan diri kita sendiri, bagaimana kita dapat menghadapi segala tantangan dalam kehidupan sehingga kita mampu berbuat sesuatu untuk menghadapi segala tantangan yang ada (Anjelis, 2002: 10). Ego seorang anak remaja sebagai individu yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya sangat tinggi. Mereka cenderung melakukan berbagai hal untuk menunjukkan eksistensi diri. Mereka tidak mau dianggap anak-anak, sedangkan untuk bertindak secara dewasa mereka belum mampu. Mereka menjadi orang yang sering serba salah dalam bertindak (Laili, 2007: 1). Berdasarkan fakta dan fenomena yang ada, banyak sekali kasus yang terjadi pada mahasiswa dimana mereka masih tergolong remaja akhir. Kasus yang sering terjadi pada mahasiswa adalah perilaku konsumtif. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku konsumtif, salah satunya adalah sikap pendirian pembeli dan kepercayaan terhadap penjual karena pendirian yang tidak stabil maka akan menyebabkan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang tidak mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya (Gunita, 2006:1).

Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat di mengerti bila melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang tren. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya (Tambunan, 2001: 1). Bagi kebanyakan remaja, menganut gaya hidup seperti ini merupakan cara yang paling tepat untuk dapat ikut masuk ke dalam kehidupan kelompok sosial yang diinginkan. Remaja merupakan obyek yang menarik untuk diminati oleh para ahli pemasaran. Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial bagi produsen. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya (Tambunan, 2001:1). Kebutuhan remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila dihubungkan dengan nilai agama, nilai sosial maupun adat kebiasaan masyarakat di sekitar lingkungannya. Remaja dalam perkembangannya akan menerima banyak hal yang dilarang oleh agama yang dianutnya. Hal ini akan menjadikan pertentangan antara pengetahuan dan keyakinan yang diperoleh dengan praktek masyarakat di lingkungannya (Umami, 1999: 30). Perilaku konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keagamaan. Peranan keimanan seseorang menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu dalam bentuk perilaku, selera, sikap-sikap terhadap manusia. Keimanan sangat mempengaruhi sifat

kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual (Khoir, 2011: 2). Perilaku konsumtif pada remaja diduga terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas terhadap kelompok sebaya. Seperti diketahui masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik, sosial dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan jati diri atau identitas diri. Upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan bagaimana remaja menampilkan dirinya. Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari kelompok sebaya mereka. Demi pengakuan tersebut, remaja seringkali bersedia melakukan berbagai upaya meskipun mungkin hal itu bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi mereka bila yang melihat hal itu adalah orang tua atau orang dewasa lainnya (Gunita, 2006: 13). Jika remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka hanya akan menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Bila remaja terjerat dalam hidup yang konsumtif maka kebutuhan yang menjadi prioritas utama menjadi tidak terpenuhi. Akibatnya terjadi pemborosan karena remaja membelanjakan sebagian besar uangnya untuk mengejar gengsi semata. Orang tua pun tentunya akan keberatan jika sebagian besar uang yang diberikan kepada anaknya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat (Gunita, 2006: 15). Perilaku konsumtif mempunyai beberapa dampak negatif yaitu menimbulkan pemborosan. Secara psikologis perilaku konsumtif menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan rasa tidak aman. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi Syafi ah (2006: 76), menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara kesadaran beragama dan perilaku konsumtif pada remaja putri sebesar 41.4%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putra (2003: 6) terhadap loyalitas merek antara konsumen terhadap produk parfum, menyimpulkan bahwa konsumen tipe kepribadian introvert mempunyai loyalitas merek lebih tinggi daripada konsumen dengan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini menunjukkan bahwa faktor internal (dalam diri individu) seperti halnya ciri-ciri kepribadian, turut berperan dalam menentukan perilaku membeli individu. Kecenderungan dalam perilaku konsumsi yang tidak baik dapat ditemukan dalam bentuk sikap boros, royal dan suka menghambur-hamburkan uang yang dilakukan oleh sebagaian besar remaja saat ini, banyak dari mereka yang menganggap bahwa uang yang mereka miliki memang sudah menjadi hak mereka yang dapat digunakan semaunya saja. Perilaku seperti ini merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena Islam tidak membolehkan sikap bermewah-mewah serta melarang sikap boros dan mubazir. Kecenderungan perilaku konsumtif dibentuk oleh banyak faktor, diantaranya menurut Dittmann (dalam Fransisca, 2005: 176) yaitu media iklan. Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang ditujukan kepada khalayak lewat suatu media yang bertujuan untuk mempersuasi masyarakat untuk melakukan suatu tindakan memakai produk yang ditawarkan. Banyak iklan yang menggambarkan seseorang yang tidak percaya diri hingga akhirnya menjadi luar biasa percaya diri setelah menggunakan suatu produk (terutama iklan-iklan kosmetik dan perawatan tubuh). Biasanya orang yang mengalami kenaikan status sosial akan cenderung sangat konsumtif untuk menyesuaikan dengan statusnya yang baru atau untuk tampil lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan "level" barunya. Ada juga orang yang menggunakan barang-barang bermerk untuk

menutupi ketidakpercayaan diri akan fisiknya. Orang yang seperti itu maka akan cenderung berperilaku konsumtif karena kurang kepercayaan dalam dirinya. Mahasiswa yang dijadikan populasi penelitian adalah mahasiswa UIN Maliki Malang. Penampilan mahasiswa UIN sekarang lebih mengikuti tren atau mode saat ini. Contohnya salah satu kerudung atau jilbab yang dipakai mahasiswa sekarang tidak hanya berfungsi sebagai penutup aurat saja melainkan juga sebagai aksesoris untuk menambah kepercayaan diri penggunanya. Para mahasiswa UIN yang dulunya kuliah memakai rok atau celana yang tidak ketat, sekarang berganti menjadi celana pensil (celana yang lagi tren sekarang). Sepatu juga berganti menjadi sepatu high heels atau hak tinggi. Berdasarkan observasi di ma had al- aly (18 Maret 2012 : 09.00) dapat diketahui bahwa banyak dari mahasiswa baru yang memakai pakaian dan barang yang lagi tren saat ini. Kampus UIN yang perkuliahannya didasarkan pada ajaran agama Islam, dimana mahasiswa semester 1 dan 2 diwajibkan untuk tinggal di ma had al- aly seharusnya mahasiswa lebih mampu menekan atau meminimalisir perilaku konsumtif yang terjadi karena dalan ajaran agama Islam, perilaku konsumtif atau boros merupakan perilaku yang tidak disukai oleh Allah swt. Perilaku tersebut sudah termasuk perilaku konsumtif, dimana mahasiswa membeli suatu produk hanya untuk mengikuti tren saja atau hanya karena kesenangan sesaat tanpa mempertimbangkan manfaat dan harga. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q. S. Al- Araf: 31) (Depag RI, 2005: 218). Makna dari ayat di atas adalah larangan bagi umat manusia untuk tidak berlaku berlebihan dalam hal apapun karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Sesuatu yang berlebih-lebihan juga tidak baik bagi umat manusia karena banyak dampak negatif yang nantinya akan terjadi. Berdasarkan observasi di ma had al-aly (12 Mei 2012 : 15.00) diketahui bahwa ada beberapa mahasiswa yang sudah menggunakan teknologi yang lagi tren saat ini seperti telepon genggam (Hp) dengan merek blackberry atau android, laptop mini atau ipad, dsb. Mahasiswa tersebut menggunakan uang saku yang mereka kumpulkan untuk membeli telepon genggam (Hp) tersebut. Hal ini juga didukung oleh pemaparan dari salah satu subyek yang di wawancarai saya membeli BB ini dari uang saku yang saya kumpulkan, karena saya merasa lebih keren jika mempunyai barang yang lagi tren saat ini, saya juga bisa lebih dikenal oleh teman-teman saya. Para mahasiswa menginginkan hal yang lebih, karena ingin terlihat keren, lebih percaya diri dengan mengikuti tren saat ini dan juga agar bisa dikenal oleh teman-temannya sehingga mereka memutuskan dengan cara membeli barang-barang yang kurang dibutuhkan. Kepercayaan diri merupakan keyakinan yang ada pada diri seseorang (Barbara, 2005; 10). Hartley (2000; 165) menambahkan anak laki-laki lebih percaya diri pada usia 14 tahun (ketika kepercayaan diri berada pada titik terendah bagi sebagian besar anak perempuan) dan kurang percaya diri pada usia 19 tahun. Tidak seorangpun dapat mengembangkan kepercayaan diri jika ia tidak mempercayai dirinya atau tidak memiliki harapan teguh bahwa sikap orang lain itu dapat dipercaya dan dapat diprediksi. Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan-nya yang memiliki derajat paling tinggi karena kelebihan akal yang dimiliki, sehingga sepatutnyalah ia percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imron ayat 139. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berada pada usia remaja akhir, alasan pemilihan remaja akhir ini adalah karena remaja tidak lagi

kekanak-kanakan dan mampu membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua dan orang lain. Remaja juga memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (Umami, 1999: 24-25). Untuk mengungkap hubungan antara keduanya maka akan diteliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana dari penelitian ini akan diketahui seberapa tinggikah tingkat kepercayaan diri mahasiswa baru sehingga dapat berperilaku sesuai dengan kemampuannya yang disertai dengan membeli barang sesuai dengan kebutuhannya bukan didasarkan atas keinginan dan kesenangan sesaat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan melihat fenomena-fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Kepercayaan Diri Mahasiswa Baru dengan Perilaku konsumtif remaja Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa baru UIN Maliki Malang? 2. Bagaimana tingkat perilaku konsumtif pada mahasiswa baru UIN Maliki Malang? 3. Apakah ada hubungan antara kepercayaan diri mahasiswa baru dengan perilaku konsumtif UIN Maliki Malang? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa baru UIN Maliki Malang.

2. Untuk mengetahui tingkat perilaku konsumtif pada mahasiswa baru UIN Maliki Malang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri mahasiswa baru dengan perilaku konsumtif remaja UIN Maliki Malang. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik berupa teoritis maupun praktis: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, masukan dan informasi yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi konsumen terutama dalam hal pengaruh perilaku konsumtif remaja terhadap tingkat kepercayaan diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pentingnya pengawasan dan bimbingan terhadap kehidupan remaja khususnya perilaku konsumtif yang sering menimpa kehidupan remaja. b. Bagi Remaja Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi remaja (mahasiswa) dalam pembinaan pribadi yang sehat terutama berhubungan dengan pembelian suatu produk agar dapat lebih mengutamakan kebutuhan yang menjadi prioritas utama bukan berdasarkan keinginan atau gengsi semata.