BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003).

kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama pada permukaan air yang dekat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kimia Analitik KI-3121

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY (AAS) SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan agar tetap segar untuk tentara perang pada masa perang. Pada tahun

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran lingkungan bukanlah suatu hal yang baru karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dari

Fotometri Nyala (Flame Photometry) dan Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophotometry)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daun kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) merupakan daun majemuk dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kentang atau potato sudah lama dikenal dan ditanam di berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Brokoli diperkirakan didomestikasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terletak di kepala) yang terdiri dari cangkang internal yang terletak didalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahasa inggris bernama cassava dan merupakan tanaman tahunan dari negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam penyediaan sumber vitamin dan mineral. Sebagai sumber pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian Rajungan, Ketam Batu dan Lokan. Rajungan karang (Charybdis cruciata) hidup di perairan dekat pantai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) strawberry dikenal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kadar air dalam ikan sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang. Adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salagundi (Vitex trifolia L.) adalah tumbuhan dari famili tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan unsur lingkungan hidup lainnya (SNI ).

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom

Spektrofotometer UV /VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. majemuk, bersirip genap, dan bertulang belakang sejajar. Daun daun membentuk

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-hari,

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1981), taksonomi tumbuhan daun singkong adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari buah naga (Idawati, 2012):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daerah nanas yang terkenal di Negara kita ini adalah Palembang, Riau, Jambi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oksidasi dan Reduksi

BAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 12,84 juta hektar yang menghasilkan padi sebanyak 65,75 juta ton. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi. Udara terdiri dari berbagai gas

SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (AAS)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sungai merupakan salah satu sumber air yang masih banyak digunakan

Analisis Fisiko Kimia. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA/ AAS) Oleh. Dr. Harmita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sungai merupakan pilihan utama untuk membuang limbah industri dari

Sawi merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak. berbulu, dan tidak berkelopak. Pola pertumbuhan daunnya berserak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam hal menciptakan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya mencapai 5 15 m, dengan batang yang bulat, dan mempunyai akar

A. JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Fe pada Air Sumur dengan Instrumen AAS B. TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 5 Mei 2015 pukul 10.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Logam berat adalah golongan logam yang memiliki pengaruh bila logam

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 1994). Ada beberapa pencemaran lingkungan, salah satu diantaranya adalah pencemaran udara. Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu: 1. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh: debu yang beterbangan akibat tiupan angin, proses pembusukan sampah organik, dan lain-lain. 2. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh : hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan di udara (Wardhana, 1995). Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kemasukan benda asing itu, memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut (Palar, 1994). Pada saat (CH 3 CH 2 ) 4 Pb terbakar, menghasilkan tidak hanya karbon dioksida dan air tetapi juga timbal (CH 3 CH 2 ) 4 Pb + 13 O2 CO2 + 10 H 2 O + Pb Timbal yang dihasilkan bereaksi lebih lanjut menjadi timbal oksida 2 Pb + O 2 2 PbO 5

6 B. Sumber Pencemaran Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada prinsipnya merupakan usaha manusia untuk dapat hidup dengan layak dan berketurunan dengan baik, telah merangsang manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi kaidah-kaidah yang ada dalam tatanan lingkungan hidupnya. Akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk yang baru yang cenderung lebih buruk (Palar, 1994). Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran. Bermacam jenis polutan sebagai efek samping dari produk-produk yang diperlukan manusia telah banyak mencemari udara yang kita hirup setiap saat. Bahan pencemar seperti senyawa karbon (CO, CO 2 ), sulfide (SO 2, SO 3 ), nitrogen (NO, NO 2, N 2 O), partikel logam, (Pb, Cd, As, Hg), dan beberapa senyawa kimia lainnya telah terbukti mencemari udara, terutama di daerah industri dan perkotaan. Semakin hari pencemaran udara tersebut bila diteliti dan dianalisis, jumlahnya semakin meningkat sehingga kita harus waspada akan akibat yang ditimbulkannya (Darmono, 2001). C. Logam Berat Timbal (Pb) Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,19 gram/mol, titik lebur 327 C dan titik didih 1725 C (Palar, 1994). Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifatsifatnya yaitu : 1. Mempunyai titik cair yang rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik sederhana dan tidak mahal;

7 2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk; 3. Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai pelindung jika kontak dengan udara lembab (Fardiaz, 1992). Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan timbal (Pb) adalah sering menyebabkan keracunan.keracunan Pb ini kebanyakan disebabkan oleh pencemaran lingkungan atau udara (Darmono, 2001). Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi timbal pada lingkungan adalah pemakaian bensin bertimbal yang masih tinggi di Indonesia untuk mempermudah bensin premium terbakar, titik bakarnya harus diturunkan melalui peningkatan bilangan oktan dengan penambahan timbal dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) (Darmono, 1995). Timbal dapat masuk ke tubuh manusia melalui absorpsi timbal pada sayuran, asap hasil pembakaran Tetra Eethyl Lead (TEL) yang diabsorpsi kulit dan dihirup, serta air minum yang terkontaminasi timbal organik atau ion timbal. Fisik timbal sangat mirip dengan kalsium (Martaningtyas, 2004). D. Pencemaran Lingkungan Akibat Logam Berat Pencemaran logam timbal (Pb) dalam tanaman dapat disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, pupuk pestisida dan air tanah yang mengandung logam Pb. Terdapat dua jalan masuknya cemaran logam ke dalam tanaman: (1) melalui permukaan daun di atas tanah, dan (2) melalui sistem perakaran. Proses melarutnya senyawa metabolit pada permukaan daun menyebabkan senyawa tersebut masuk dalam tanah. Sedangkan yang masuknya melalui sistem perakaran pertama harus melewati tanah. Setelah masuk, logam dapat disebarkan ke bagian lain dari tanaman tersebut, tetapi logam dapat juga tidak bergerak oleh penyerapan ke permukaan atau detoksifikasi oleh perkhelatan dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Secara umum akumulasi logam terjadi di permukaan daun, batang, dan akar (Connel & Miller, 1995)

8 E. Daun Caisin Caisin (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun caisin berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih (Sunarjono, 2004). Di antara sayuran, daun caisin merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun caisin baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, daun caisin dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Daun caisin pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Haryanto et al., 2001). Manfaat daun caisin adalah daunnya digunakan sebagai sayur dan bijinya juga dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Daun caisin banyak disukai karena rasanya serta kandungan beberapa vitaminnya Adapun klasifikasi tanaman caisin adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Sub-kingdom : Tracheobionta Super-divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub-kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea (L.) Czern (Arief, 1990). F. Spektrofotometri Serapan Atom Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan oleh Walsh, Alkalmede dan Melatz (1995) yang ditujukan untuk analisia logam renik dalam sampel yang dianalisis. Sampai saat ini

9 metode SSA telah berkembang dengan pesat dan hampir mencapai sejumlah 70 unsur yang dapat ditentukan dengan metode ilmiah (Mulja dan Suharman, 1995). SSA kegunaanya lebih ditentukan untuk analisis logam alkali dan alkali tanah. Untuk maksud ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: larutan sampel dibuat dengan konsentrasi yang kecil, kadar unsur yang dianalisis tidak lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai (Mulja dan Suharman, 1995). Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energy kimia dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang karakteristik untuk setiap unsur (atau persenyawaan), dan besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan jumlah unsur atau persenyawaan. Di dalam kimia analisis yang mendasarkan pada proses interaksi itu antara lain cara analisis spektrofotometri serapan atom yang biasa berupa cara emisi dan cara absorbs (serapan) (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada cara emisi interaksi dengan energi menyebabkan eksitasi atom yang mana keadaan ini tidak berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan bersifat karakteristik untuk setiap unsur atau intensitasnya sebnading dengan jumlah atom yang tereksitasi dan yang mengalami proses de-eksitasi. Pemberian energy dalam bentuk nyala merupakan salah satu cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang lebih tinggi. Cara tersebut dikenal dengan nama spektrofotometri emisi nyala (Gandjar dan Rohman, 2007) Pada absorbsi, jika pada populasi berada pada tingkat dasar dilewatkan suatu berkas radiasi oleh atom-atom tersebut. Frekuensi radiasi yang paling banyak diserap adalah frekuensi radiasi resonan dan bersifat karakteristik untuk tiap unsur. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar (Gandjar dan Rohman, 2007).

10 1. Prinsip Spektrofotometri Serapan Atom Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atomatom akan menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung sifat unsurnya. Misalnya timbal menyerap pada 217 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Spektrum atomik untuk masing-masing unsur terdiri atas garis-garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya (Khopkar, 1990). Cara kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang dikandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang mengandung unsur yang ditentukan. Alat SSA model flame AAS (sistem nyala) sangat sensitif untuk mendeteksi logam dalam konsentrasi yang sangat kecil dalam sampel (ppb), dengan cuplikan dalam bentuk logam. Biasanya larutan yang diperlukan hanya 1-100 µl dan dengan temperatur pembakaran dapat mencapai 300 C (pembakaran secara elektrik). Proses atomisasi dengan temperatur yang tinggi tersebut dapat menyempurnakan proses. Pengatoman dari suatu larutan sampel yang dapat dideteksi dengan alat ini adalah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn dan sebagainya yang jumlahnya yang relatif sedikit dalam jaringan biologis (Darmono, 1995).

11 (Darmono, 1995) Gambar 1. Bagan dan sistem kerja mesin atomik absorption spektrofotometer (AAS) untuk menganalisa logam atau mineral. Keterangan gambar 1. 1) Lampu Katoda; 2). Baling-baling; 3) Nyala; 4) Pengkabut; 5) Lensa Penyearah; 6) Celah/slit; 7) Lensa Kolimating; 8) Kisi defraksi; 9) Sinar Defraksi; 10) Celah Keluar sinar; 11) Tabung Cahaya; 12) Selang Penghisap cairan; 13) Cairan sampel atau standar; 14) Asetilen; 15) Udara; 16) Alat ukur laju bahan bakar, 17) Penguat signal; 18) Pencatat Digital; 19) Pembuangan cairan. (Darmono, 1995). 2. Instrumentasi a. Sumber sinar Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi.

12 Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi dan unsur-unsur akan terlempar keluar dari permukaan katoda. Atom-atom dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis. b. Tempat sampel Sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless). c. Nyala (flame) Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya dan juga berfungsi untuk atomisasi. d. Monokromator Pada SSA monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis. Di samping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut chopper. e. Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube).

13 f. Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah dikalibrasi untuk pembacaan suatu emisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorban atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).