BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

PENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

LAPORAN KEUANGAN 2014

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 835 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANGG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

TAHUN ANGGARAN Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas per 31 Desember 2015 (audited).

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

B U P A T I K U N I N G A N

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN No. 87, 2016 TENTANG

Pendahuluan Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan SKPD III Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan SKPD Laporan Realisasi Anggaran

BUPATI BENGKULU TENGAH

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. Penyelenggaraan otonomi daerah tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diubah dengan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber pembiayaan berdasarkan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan. Ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Untuk melaksanakan dan mendukung Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah maka

ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 155, disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, sehingga ditetapkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kemudian diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Meskipun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang kemudian telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, akan tetapi sebagian besar ketentuanketentuan dasar mengenai Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah masih mengikuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 232 ayat 5, disebutkan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), entitas pelaporan wajib menyusun laporan keuangan meliputi: Laporan Realisasi Anggaran; Neraca; Laporan Arus Kas; dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD harus disusun dan disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan. Oleh karena itu ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pemerintah Kota Kupang yang dalam hal ini sebagai entitas pelaporan yang terdiri atas lebih dari satu entitas akuntansi yang menurut peraturan tentunya wajib menyusun laporan keuangan. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, Pemerintah Kota Kupang sudah menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Basis akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan adalah basis kas menuju akrual. Dimana pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas, sedangkan pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam neraca menggunakan basis akrual. Dalam hal ini juga kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Kupang yang berkaitan dengan Standar Akuntansi Pemerintah baru dalam tahap draft/rancangan Peraturan Walikota tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, sehingga beberapa kebijakan akuntansi yang harus dipilih atau dijabarkan oleh pemerintah daerah sesuai SAP belum dapat diterapkan. Kebijakan akuntansi berkaitan dengan SAP dimaksud antara lain: a. Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud. Pengakuan dan penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada Keuangan Pemerintah Daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah dan untuk penghapusan sendiri daerah dengan menerbitkan surat keputusan (Pemerintah dan Kepala Daerah) tentang penghapusan Barang milik Pemerintah Daerah. Surat keputusan ini kelak akan membebaskan pengguna atau kuasa pengguna barang atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan tanggung jawab fisik atas barang yang berbeda dalam penguasaannya. b. Kebijakan kapitalisasi pengeluaran.

Kebijakan Kapitalisasi dilakukan untuk menambah dan memperpanjang masa manfaat aset dan kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja yang harus dikapitalisasi kedalam belanja modal sebagai penambahan nilai aset tetap. c. Kebijakan penyusutan aset tetap. Semua aset tetap kecuali tanah yang dimiliki dan digunakan oleh pemerintah daerah untuk beroperasi, akan menyusut nilainya bersamaan dengan berjalannya waktu. Sebab terjadinya penyusutan ini bisa bermacam-macam seperti susut karena dipakai, pengaruh iklim, menjadi tua dan sebagainya. Proses ini akan menyebabkan nilai aset tetap menjadi berkurang dan hal ini disebut penyusutan atau depresiasi. Laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat data berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi Pemerintah Daerah pada suatu saat dan atau periode waktu. Laporan tersebut tercermin dalam laporan neraca dan laporan surplus/defisit anggaran, atau yang sering disebut laporan anggaran. Neraca akan menunjukkan posisi kekayaan, utang dan ekuitas dana suatu organisasi pada saat tertentu, sementara laporan realisasi anggaran lebih sekedar menunjukkan tingkat kepatuhan anggaran, tetapi tidak secara spesifik menginformasikan aktivitas pemerintah daerah dan laporan arus kas bagi pengguna laporan keuangan pemerintah daerah untuk memperoleh gambaran tentang mutasi kas akibat dari aktivitas yang dilakukan pemerintah daerah, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran selama satu periode. Kewajiban penyusunan neraca pemerintah daerah tidak hanya sebatas pada level pemerintah daerah, tetapi satuan kerja juga harus menyusun neraca SKPD. Apabila

penatausahaan asset daerah tidak tertib, maka asset yang disajikan dalam neraca menjadi tidak valid. Akibatnya neraca tersebut tidak mencerminkan nilai asset yang sewajarnya. Artinya asset tersebut bisa saja disajikan lebih rendah dari nilai sesungguhnya atau disajikan lebih tinggi dari nilai yang sesungguhnya yang kelak menjadi kurang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dan berpotensi menyesatkan pengguna laporan keuangan. Pada Tahun Anggaran 2012, Pemerintah Kota Kupang melalui Pengelola Barang Daerah telah berupaya melakukan Inventarisasi Aset Tetap dengan melakukan kompilasi atas data mutasi belanja modal per SKPD Tahun Anggaran 2012 untuk dikapitalisasi sebagai Aset Tetap yang ada di SKPD untuk di input di neraca daerah. Untuk itu pemerintah daerah kota Kupang melakukan rekonsiliasi asset tetap guna mendapatkan data asset yang valid. Berikut ini tabel neraca pemerintah Kota Kupang untuk dapat melihat penyajian dari salah satu unsur dalam neraca yaitu asset tetap yang terdiri atas tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, asset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. Tabel 1.1 Neraca Pemerintah Daerah Kota Kupang Tahun 2012 Uraian 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Tanah Rp. 147.863.174.980,00 Rp. 147.648.174.980,00 Peralatan dan Mesin Rp. 184.005.799.026,00 Rp. 171.357.635.287,00 Gedung dan Bangunan Rp. 468.756.848.345,00 Rp. 457.161.808.076,00 Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp. 745.218.698.361,00 Rp. 697.612.763.938,00 Aset tetap lainnya Rp. 31.156.147.434,00 Rp. 30.286.514.815,00 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp. 1.094.423.880,00 Rp. 20.570.160.520,00 Jumlah Aset Tetap Rp. 1.578.095.092.026,00 Rp. 1. 524.637.057.616.00 Sumber: Neraca (LHP BPK RI Pemerintah Kota Kupang Tahun 2012)

Dari data pada Tabel 1.1 di atas dapat diketahui asset tetap Pemerintah Kota Kupang yang telah diaudit BPK menunjukkan bahwa : 1. Saldo nilai asset tetap untuk tanah pada tahun 2011 sebesar Rp.147.648.174.980,00 yang kemudian dilakukan penambahan atas mutasi asset tetap tahun 2012 sebesar Rp.215.000.000,00 akan menjadi saldo akhir pada tahun 2012 sebesar Rp 147.863.174.980,00. 2. Saldo nilai asset tetap untuk Peralatan dan Mesin pada tahun 2011 sebesar Rp.171.357.635.287,00 yang kemudian dilakukan penambahan atas mutasi asset tetap tahun 2012 sebesar Rp.14.918.840.350,00 akan menjadi saldo akhir pada tahun 2012 sebesar Rp.184.005.799.026,00. Namun terdapat Koreksi kurang atas nilai kapitalisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin tahun 2012, sehingga mengurangi dan tidak dicatat sebagai Aset Peralatan dan Mesin. 3. Saldo nilai asset tetap untuk Gedung dan Bangunan pada tahun 2011 sebesar Rp.457.161.808.076,00 yang kemudian dilakukan penambahan atas mutasi tetap tahun 2012 sebesar Rp.11.229.507.149,00 akan menjadi saldo akhir pada tahun 2012 sebesar Rp.468.756.848.345,00. Namun terdapat Koreksi tambah atas nilai kapitalisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan tahun 2012, sehingga menambah dan dicatat sebagai Aset Gedung dan Bangunan. 4. Saldo nilai asset tetap untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan pada tahun 2011 sebesar Rp.697.612.763.938,00 yang kemudian dilakukan penambahan atas mutasi asset tetap tahun 2012 sebesar Rp.30.515.616.903,00 akan menjadi saldo akhir pada tahun 2012 sebesar Rp.745.218.698.361,00. Namun terdapat Koreksi tambah atas nilai kapitalisasi

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan tahun 2012, sehingga menambah dan dicatat sebagai Aset Jalan, Irigasi dan Jaringan. 5. Saldo nilai asset tetap untuk Aset Tetap Lainnya pada tahun 2011 sebesar Rp.30.286.514.815,00 yang kemudian dilakukan penambahan atas mutasi asset tetap tahun 2012 sebesar Rp.1.370.038.619,00. akan menjadi saldo akhir pada tahun 2012 sebesar Rp.31.156.147.434,00. Namun terdapat Koreksi kurang atas nilai kapitalisasi Belanja Modal Aset Tetap Lainnya tahun 2012, sehingga mengurangi dan tidak dicatat sebagai Aset tetap lainnya. 6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) merupakan belanja modal Tahun Anggaran 2012 yang belum selesai dikerjakan atau masih belum dapat difungsikan hingga akhir tahun anggaran tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 1.094.423.880,00. Nilai Aset Tetap yang disajikan dalam Neraca belum didukung oleh Laporan Barang Milik Daerah dan Daftar Barang Milik Daerah. Nilai Aset Tetap yang disajikan dalam Neraca Daerah merupakan hasil kompilasi dan verifikasi laporan keuangan SKPD yang dilakukan oleh Sub bagian Akuntansi dengan mengkompilasi nilai Aset Tetap yang ada di laporan keuangan SKPD untuk diinput di Neraca Daerah. Nilai saldo awal tahun untuk Aset Tetap adalah nilai pada laporan keuangan tahun sebelumnya yang telah diaudit oleh BPK, kemudian dilakukan penambahan atas realisasi Belanja Modal yang telah dikapitalisasi menjadi Aset Tetap. Nilai Aset di Neraca SKPD beserta lampirannya, diharapkan juga merupakan nilai yang telah diverifikasi oleh Sub bagian Perlengkapan yang merupakan bidang yang mengelola Aset Daerah/Barang Milik Daerah. Namun yang terjadi Sub bagian Perlengkapan tidak melakukan verifikasi selain untuk melakukan penginputan nilai Aset Tetap dari data pengadaan barang yang disampaikan oleh SKPD. Sub bagian Perlengkapan

tidak menggunakan daftar realisasi Belanja Modal dari Sub bagian Keuangan sebagai data pembanding untuk melakukan rekonsiliasi dengan data yang diberikan oleh SKPD, namun langsung dilakukan penginputan data dari SKPD ke dalam Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah. Dampaknya, hingga akhir Tahun Anggaran 2012 Penyajian Aset Tetap Pemerintah Kota Kupang dalam Neraca per 31 Desember 2012 belum didukung Daftar Aset Tetap yang memadai, dan terbuka peluang penyalahgunaan Aset Tetap yang dapat merugikan keuangan daerah. Tabel 1.2 di bawah ini merupakan tabel neraca yang belum di audit oleh BPK yang kemudian bisa dilihat perbedaannya dengan neraca yang telah di audit. Tabel 1.2 Neraca Pemerintah Daerah Kota Kupang Tahun 2012 Uraian 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Tanah Rp 147.863.174.980,00 Rp 147.648.174.980.00 Peralatan dan Mesin Rp 186.101.388.132,00 Rp 171.357.635.287.00 Gedung dan Bangunan Rp 470.372.164.345,00 Rp 457.161.808.076.00 Jalan Irigasi dan Jaringan Rp 746.039.481.361,00 Rp 697.612.763.938.00 Aset Tetap Lainnya Rp 31.572.553.434,00 Rp 30.286.514.815.00 Konstuksi Dalam Pengerjaan Rp 540.690.880,00 Rp 20.570.160.520.00 JUMLAH ASET TETAP Rp 1. 582.489.453.132,00 Rp 1.524.637.057.616.00 Sumber: Neraca Pemerintah Kota Kupang Tahun 2012 (unaudited) Tabel 1.2 diatas menunjukkan neraca yang belum diaudit oleh BPK yang telah mengalami mutasi asset tetap. Sehingga dibandingkan dengan tabel 1.1 aset tetap yang disajikan belum sesuai dengan yang diaudit oleh BPK. Laporan realisasi anggaran yang menjadi salah satu bagian dari mutasi asset tetap di Pemerintah Kota Kupang di lampirkan dalam tabel 1.3 di bawah ini, sebagai berikut : Tabel 1.3 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kota Kupang Tahun 2012

Uraian Tahun 2012 Anggaran Perubahan Realisasi Belanja Tanah Rp 8.994.450.000,00 Rp 215.000.000,00 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 17.898.634.597,00 Rp 14.918.840.350,00 Belanja Gedung dan Bangunan Rp 21.436.458.534,00 Rp 11.229.507.149,00 Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan Rp 33.726.950.952,00 Rp 30.515.616.903,00 Belanja Aset Tetap Lainnya Rp 1.376.410.000,00 Rp 1.370.038.619,00 Belanja Aset Lainnya JUMLAH BELANJA MODAL Rp 83.432.904.083,00 Rp 58.249.003.021,00 Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Kupang Tahun 2012 Berdasarkan tabel 1.3 mengenai laporan realisasi diatas yang akan menjadi mutasi asset tetap Pemerintah Kota Kupang namun terdapat Koreksi kurang atau tambah atas nilai kapitalisasi Belanja Modal. Dari uraian singkat dan data diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul Analisis Penyajian Aset Tetap Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Laporan Keuangan Neraca Pada Pemerintah Kota Kupang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah penyajian aset tetap Neraca Pemerintah Daerah Kota Kupang Tahun Anggaran 2012? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui penyajian aset tetap pada Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Kupang Tahun Anggaran 2012.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak Pemerintah Kota Kupang untuk menyajikan aset tetap yang tergambar jelas dalam neraca sebagai bagian dari laporan keuangan. 2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lanjutan tentang penyajian aset tetap.