BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. kecemasan di ruang Parikesit di RSUD Kota Semarang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hospitalisasi, dan dampak hospitalisasi. tersebut menjadi faktor stresor bagi anak dan keluarganya (Wong, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecemasan Pada Anak Akibat Hospitalisasi. suatu sinyal yang menyadarkan ia memperingatkan adanya bahaya yang

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

HOSPITALISASI. NS. Apriyani Puji Hastuti, S.Kep

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Atraumatic Care

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif, dinamis, antusias, dan hampir seluruh hidupnya disertai oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang didengar atau dilihatnya (Utami, 2014). Dalam kenyataannya tidak semua anak mengalami masa yang menyenangkan, sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak prasekolah karena berhadapan dengan lingkungan yang baru serta melakukan kontak dengan orang asing selain keluarga dan biasanya anak dapat mengalami dampak hospitalisasi (Utami, 2014). Hospitalisasi pada anak mengharuskan anak agar tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada anak. Menurut hasil penelitian Utami (2014) anak dapat mengalami stres hospitalisasi dikarenakan oleh banyak faktor antara lain yaitu lingkungan rumah sakit, berpisah dengan orang yang sangat berarti, kurangnya informasi, hilangnya kebebasan dan kemandirian, pengalaman kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau interaksi dengan petugas rumah sakit. Adanya dampak hospitalisasi ini dapat memberikan efek negatif seperti anak tidak kooperatif dalam pelayanan kesehatan. Di Indonesia, jumlah anak berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2010 sebesar 20,72% dari jumlah total penduduk Indonesia dan diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi. Survei awal penelitian 1

2 yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya didapatkan data umum jumlah anak yang dirawat inap bulan Januari tahun 2017 sebanyak 40 orang anak, bulan Februari tahun 2017 sebanyak 35 orang anak dan dibulan Maret tahun 2017 sebanyak 42 orang anak. Dari jumlah anak yang dirawat, dikelompokkan berdasarkan usia yang terdiri dari usia bayi (3 bulan-1 tahun), toddler (1-3 tahun), anak usia prasekolah (3-6 tahun) dan anak usia sekolah (7-14 tahun). Dilihat dari kelompok umur tersebut, ternyata anak usia prasekolah yang paling banyak dirawat di Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya selama rentang waktu (Januari-Maret 2017). Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya belum menerapkan terapi bermain, sehingga setiap anak yang hospitalisasi dihari pertama menunjukan perilaku tidak kooperatif. Hasil wawancara yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya dengan mewawancarai 10 orang tua yang memiliki anak usia 3-6 tahun dan sedang dirawat didapatkan 7 dari 10 orang anak, setelah dirawat inap pada hari ke 2, orang tua mengungkapkan bahwa anaknya sering menangis dan bahkan tidak mau tidur, anaknya hanya meminta untuk pulang ke rumah. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Menurut Hockenbery & Wilson (2009) stresor dari stres hospitalisasi adalah cemas yang dimulai dari fase protes, fase putus asa dan fase pelepasan. Pada fase protes, anak menunjukan sikap protes dengan menangis terus-menerus dan hanya berhenti jika lelah. Pendekatan orang asing dapat mencetuskan peningkatan stres. Pada fase putus asa perilaku yang dapat diobservasi adalah tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak tertarik terhadap lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke perilaku awal seperti

3 menghisap ibu jari atau mengompol. Pada fase pelepasan perilaku yang dapat diobservasi adalah menunjukkan peningkatan minat terhadap lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang lain, membentuk hubungan baru namun dangkal dan tampak bahagia. Lingkungan rumah sakit juga merupakan stresor anak tidak kooperatif baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. lingkungan fisik mencangkup rumah sakit seperti bangunan ruang rawat inap, bau yang khas dan pakaian putih petugas rumah sakit. Sedangkan lingkungan sosial seperti petugas kesehatan, sehingga perasaan takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami anak. Anak yang dirawat di rumah sakit seringkali takut pada dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya serta anak takut berpisah dengan orang tua dan saudaranya. Perilaku kooperatif anak sangat diperlukan selama menjalani perawatan di rumah sakit untuk mencapai proses penyembuhan yang optimal. Perilaku kooperatif anak merupakan respon atau reaksi anak terhadap rangsangan atau stimulus untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama seperti pemberian obat melalui iv catheter. Perilaku kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan dapat ditingkatkan dengan melalui bermain. Berdasarkan lama anak hospitalisasi, yang mengalami peningkatan perilaku kooperatif paling tinggi menurut penelitian yang di lakukan Rahma (2010) adalah anak yang dirawat dalam waktu sedang yaitu 3-6 hari dan yang paling rendah adalah anak yang dirawat dalam waktu singkat yaitu 1-2 hari. Sesuai dengan teori Gunarsa (2007) lamanya seorang anak dirawat di rumah sakit mempengaruhi pendekatanpendekatan yang harus dilakukan, sedangkan ketepatan melakukan pendekatan dalam perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi proses kesembuhan anak

4 Memberikan aktivitas bermain pada anak dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal yang mencangkup fisik, emosi, mental intelektual, kreativitas dan sosial. Permainan yang dilakukan bersama anak dapat menjadi sebuah terapi yang disebut terapi bermain (Kristiyani, 2008). Melalui kegiatan terapi bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga anak dapat kooperatif saat dilakukan perawatan di rumah sakit. Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan yang terapeutik. Terapi bermain didukung dengan hasil penelitian dari Kusuma (2015) dengan judul penelitian Pengaruh terapi bermain kolase kartun terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah selama prosedur nebulizer di rumah sakit Airlangga, Jombang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh tingkat kooperatif pada anak yang sudah diberikan terapi bermain. Dengan diberikan terapi bermain akan mengurangi stres akibat perpisahan, mengurangi ketegangan dan anak mau untuk dilakukan tindakan keperawatan, tentang pengaruh terapi bermain (Kusuma, 2015). Terapi bermain mewarnai gambar sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan anak khususnya motorik kasar dan halus. Terapi dalam permainan ini menggunakan alat (crayon/pensil warna) yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak sehingga efektif dalam mempercepat proses penyembuhan pada anak yang hospitalisasi lama. Bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak, yang memungkinkan untuk menggali, mengekspresikan perasaan dan pikiran serta mengalihkan

5 perasaan nyeri dan juga relaksasi. Dengan demikian, kegiatan terapi bermain harus menjadi bagian dari pelayanan kesehatan anak di rumah sakit (Putri, 2013). 1.2. Rumusan Masalah Adakah pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang perawatan anak Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian Membuktikan pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang perawatan anak Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian 1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah sebelum diberi terapi bermain di ruang perawatan anak Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya. 1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah sesudah diberi terapi bermain di ruang perawatan anak Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya. 1.3.2.3 Menganalisis pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah di ruang perawatan anak Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Sebagai referensi dan informasi tambahan dalam bidang keperawatan anak terkait pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang perawatan anak Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

6 1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1 Memberikan masukan tentang kegunaan terapi bermain khususnya di ruangan anak. 1.4.2.2 Untuk meningkatkan kualitas perawat anak melalui implementasi fungsi bermain.