BAB II LANDASAN TEORI Definisi Atraumatic Care

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI Definisi Atraumatic Care"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Atraumatic Care Definisi Atraumatic Care Dalam pediatrik, kebutuhan untuk memberikan atraumatic care dikenal secara luas. Atraumatic care merupakan filosofi dari penyediaan perawatan terapeutik melalui penggunaan intervensi yang menghilangkan atau mengurangi distres psikologi maupun fisik yang dialami oleh anak dan keluarga (Wong & Hockenberry, 2003). Meskipun kemajuan luar biasa telah dibuat dalam perawatan anak, banyak hal yang telah dilakukan terhadap anak dalam menyembuhkan penyakit dan memperpanjang kehidupan, tetap saja bersifat traumatis, menyakitkan, menjengkelkan, dan menakutkan. Sayangnya, pengurangan trauma dari intervensi medis tidak sejalan dengan kemajuan teknologi. Dengan pengetahuan stressor diterapkan pada anak yang sakit dan keluarganya dan bersenjatakan intervensi yang aman dan efektif dalam mengeliminasi dan mengurangi stressor, tenaga kesehatan profesional harus mengarahkan 10

2 perhatiannya terhadap pemberian atraumatic care (Hockenberry & Wilson, 2007). Atraumatic care melibatkan bimbingan anak dan keluarganya untuk melewati pengalaman layanan kesehatan menggunakan pendekatan yang berpusat pada keluarga (Kyle, 2008) Komponen Dalam Atraumatic Care Tujuan utama dalam memberikan atraumatic care adalah: tidak membahayakan. Tiga prinsip dalam memberikan kerangka untuk mencapai tujuan ini: (1) mencegah atau meminimalisir perpisahan anak dari keluarganya, (2) mendorong rasa pengendalian diri, dan (3) mencegah atau meminimalisir cedera fisik dan nyeri. Contoh dalam memberikan atraumatic care termasuk mendorong hubungan antara anak dan orang tua selama hospitalisasi, mempersiapkan anak sebelum melaksanakan perawatan dan prosedur yang tidak biasa, mengontrol nyeri, menghargai privasi anak, memberikan kegiatan bermain untuk mengekspresikan rasa takut dan agresi, memberikan pilihan pada anak, dan menghargai perbedaan kultur (Hockenberry & Wilson, 2007). 11

3 Atraumatic care melibatkan bimbingan anak dan keluarganya untuk melewati pengalaman layanan kesehatan menggunakan pendekatan yang berpusat pada keluarga dengan mempromosikan peran keluarga, membina dukungan keluarga, dan menyediakan informasi yang tepat. Perawat juga membantu mereka mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan intervensi yang spesifik untuk dan anak dan sesuai dengan usia. Persiapan dapat membantu anak dan keluarga untuk menyesuaikan diri terhadap penyakit dan hospitalisasi. Perawat menggunakan teknik yang tepat untuk komunikasi terapeutik (tujuan yang terarah, fokus, komunikasi yang terarah), permainan terapeutik (jenis permainan yang menyediakan outlet emosional atau meningkatkan kemampuan anak untuk mengatasi stres penyakit dan hospitalisasi), dan pendidikan pasien untuk membantu anak dan keluarga memahami alasan dari hospitalisasi dan uji yang diperlukan dan prosedur-prosedur yang ada. Persiapan lain juga dapat dengan membantu keluarga dan anggota layanan kesehatan lainnya untuk 12

4 memperoleh sumber dan hubungan yang diperlukan untuk layanan yang optimal (Kyle, 2008). Keperawatan bayi dan anak konsisten dengan definisi keperawatan sebagai "diagnosis dan pengobatan respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial." Definisi ini menggabungkan sifat penting empat dari praktek keperawatan modern: i. Memperhatikan berbagai pengalaman dan tanggapan masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit tanpa batasan orientasi fokus masalah ii. Integrasi data yang obyektif dengan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman pasien atau pengalaman subyektif kelompok iii. Penerapan pengetahuan ilmiah terhadap proses diagnosis dan pengobatan iv. Penyediaan hubungan perawatan yang memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan. Pembentukan hubungan terapeutik adalah dasar penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi. Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan dan 13

5 kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapeutik, caring, batasan yang didefinisikan dengan baik, memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat positif dan profesional dan meningkatkan kendali keluarga atas perawatan kesehatan anak. Keduanya, baik perawat dan keluarga dimampukan dan komunikasi yang terbuka dapat dipertahankan. Dalam hubungan yang tidak terapeutik, batasanbatasan ini tidak terlihat dengan jelas, dan banyak tindakan keperawatan dilakukan hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi, seperti kepentingan untuk dilibatkan dan merasa dibutuhkan, dibandingkan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Kyle, 2008) Prinsip-Prinsip Atraumatic Care Mencegah atau mengurangi stressor fisik, termasuk nyeri, rasa tidak nyaman, imobilitas, kurang tidur, ketidakmampuan untuk makan atau minum, dan perubahan eliminasi. i. Menghindari atau mengurangi prosedur yang menggangu atau menyakitkan, seperti injeksi, tusukan-tusukan, kateterisasi uretra. 14

6 ii. Menghindari atau mengurangi berbagai macam distres fisik, seperti kebisingan, bau, gemetar, restrain, trauma kulit. iii. Mengontrol nyeri melalui pengkajian yang sering dan intervensi farmakologi dan non-farmakologi Mencegah atau mengurangi perpisahan orang tua dan anak. i. Mendukung perawatan yang berfokus pada keluarga, memperlakukan keluarga sebagai pasien. ii. Menggunakan perawatan inti. iii. Mempertimbangkan hasil penelitian yang berhubungan dengan preferensi orang tua dan anak dan apakah tidak saling berhubungan Mendukung rasa kendali i. Memperoleh pengetahuan keluarga tentang anak dan kondisi kesehatannya, mempromosikan kemitraan, keberdayaan, dan kemampuan. ii. Mengurangi rasa takut yang tidak diketahui melalui pendidikan, artikel yang 15

7 dikenal, dan mengurangi ancaman lingkungan. iii. Memberikan kesempatan untuk kontrol, seperti berpartisipasi dalam perawatan, mencoba untuk menormalkan jadwal harian, dan memberikan saran secara langsung (Hockenberry & Wilson, 2007) Hospitalisasi Hospitalisasi Pada Anak Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan (Supartini, 2004). Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini 16

8 suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat, maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya, apabila kondisi anak dalam kondisi kritis atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga (Supartini, 2004) Dampak Hospitalisasi Pada Anak Kyle, 2008 menyatakan stressor yang dialami oleh anak selama hospitalisasi dapat menyebabkan berbagai reaksi. Anak dapat bereaksi menjadi stres karena hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi, dan setelah keluar dari rumah sakit. Pertahanan perilaku seperti marah, perasaan bersalah, regresi, dan berakting dapat terjadi. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah dan tingkat reaksi anak, mungkin pengalaman, dan faktor ini dapat meningkatkan atau mengurangi rasa takut pada anak. Respon anak pada stressor rasa takut, kecemasan 17

9 saat perpisahan, dan kehilangan kendali juga akan beragam tergantung pada umur dan tingkat perkembangan mereka. Anak dengan penyakit kronis yang mempunyai berbagai pengalaman selama hospitalisasi mungkin mempunyai reaksi yang berbeda. Bayi Bayi baru lahir dan bayi beradaptasi untuk hidup di luar rahim dan masih bergantung pada orang lain untuk diasuh dan dijaga. Sayangnya, selama sakit dan hospitalisasi, pola penting dari makan, kontak, rasa nyaman, tidur, eliminasi, dan stimulasi terganggu, mengakibatkan ketakutan, kecemasan saat perpisahan, dan kehilangan kendali. Pada usia lima sampai enam bulan, bayi telah mengembangkan kesadaran diri sebagai yang terpisah dari ibunya. Sebagai hasil, bayi pada umur ini sadar akan adanya pengasuh utama mereka dan menjadi takut terhadap orang yang tidak dikenal (Kyle, 2008). Balita Balita lebih sadar terhadap diri sendiri dan dapat mengomunikasikan keinginan mereka. Karena anatomi mereka sedang berkembang, balita membutuhkan 18

10 guru untuk mengurangi perkembangan rasa malu dan ragu. Balita sering takut terhadap orang asing dan dapat mengingatkan mereka kepada peristiwaperistiwa traumatis. Hanya berjalan menuju ruang perawatan dimana peristiwa traumatis sebelumnya terjadi dapat mengakibatkan gangguan ekstrim pada balita. Ketika balita berpisah dari orang tua atau pengasuhnya di lingkungan yang asing, kecemasan saat pemisahan akan semakin parah. Respon untuk kecemasan ini, balita akan mendemonstrasikan perlakuan seperti memohon agar orang tuanya tetap tinggal, secara fisik mencoba pergi setelah orang tuanya, melemparkan amarah, menolak untuk memenuhi rutinitas biasanya (Kyle, 2008). Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah mempunyai kemampuan perkembangan dan verbal yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi yang bervariasi, namun sakit dan hospitalisasi tetap menjadi tekanan. Anak usia sekolah dapat memahami bahwa mereka mengalami hospitalisasi karena mereka sakit, namun mereka tidak dapat memahami penyebab penyakit yang mereka alami. Secara keseluruhan, anak usia 19

11 prasekolah berpikir konkret, egosentris, dan berpikiran magis (jenis pemikiran yang memungkinkan untuk berfantasi dan kreatif) membatasi mereka untuk memahami, jadi komunikasi dan intervensi harus dalam tingkat pemahaman mereka (Kyle, 2008). Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah mampu berpisah dengan orang tua. Meskipun mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecemasaan saat perpisahan, mereka lebih berorientasi terhadap realita. Jika ditangani dengan baik, hospitalisasi akan dipandang oleh anak usia sekolah sebagai petualangan dimana mereka dapat belajar banyak hal dan mempunyai teman baru. Untuk mengurangi rasa takut, perawat dapat memberikan penjelasan prosedural, memperbolehkan anak untuk berpartisipasi dalam perencanaan, melakukan perawatan sendiri, dan memberikan instruksi dan jawaban yang jujur tentang sakit dan perjalanan penyakit yang dialami oleh anak (Kyle, 2008). Remaja Remaja mungkin dapat atau bahkan tidak mengekspresikan ketakutannya. Perawat diharapkan mendidik remaja dengan jujur. Remaja yang lebih 20

12 muda lebih membutuhkan penjelasan yang konkret, sedangkan remaja yang lebih tua dapat memproses konsep yang abstrak dengan lebih baik (Kyle, 2008) Penelitian-Penelitian Terkait Hospitalisasi Pada Anak Dan Atraumatic Care Pet-therapy (terapi menggunakan hewan peliharaan) juga termasuk salah satu atraumatic care. Dalam penelitian Kaminski, Pellino & Wish (2002) menyatakan anak-anak dan orang tua atau care givers melihat kehidupan anak dan terapi hewan peliharaan sebagai pengalaman yang positif. Anak-anak dalam kelompok terapi hewan peliharaan tampaknya mengalami kegembiraan antisipatif ketika mereka melihat anjing; pre-intervensi nadi lebih tinggi dalam kelompok ini dibandingkan kelompok terapi kehidupan anak. Anak-anak yang berada dalam kelompok terapi hewan peliharaan cenderung mengatakan ingin bersama binatang peliharaan dan menginginkan untuk bermain lebih sering daripada kelompok terapi kehidupan anak. Penggunaan terapi hewan memberikan pengalihan perhatian yang diperlukan atau juga berupa persahabatan tanpa syarat untuk 21

13 beberapa pasien, seperti mereka yang beberapa kali masuk atau mungkin untuk mereka yang dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Hewan dapat membuat rumah sakit yang asing lebih seperti suasana di rumah, meningkatkan persepsi keluarga, dan mungkin meningkatkan pemulihan. Penelitian Hendon & Bohon (2007) menyatakan atraumatic care dengan menggunakan terapi musik mendapatkan hasil yang signifikan (M=12.43, SD=4.83) dimana anak lebih banyak tersenyum selama tiga menit dibandingkan dengan menggunakan terapi bermain (M=5.74, SD=3.10). Terapi musik juga membantu agar pengalaman saat dihospitalisasi dapat menjadi hal yang positif bagi anak dengan memberikan mereka kenyamanan bersama orang yang menyenangkan, melalui upaya dukungan koping, dan menyediakan saluran komunikasi agar rasa takut, marah, sedih, dan kesepian dapat diungkapkan (McDonnell, 1983). Dalam penelitiannya, Bossert (1994) menghasilkan enam kategori peristiwa tekanan: peristiwa mengganggu, gejala fisik, intervensi 22

14 terapeutik, aktivitas terbatas, perpisahan, dan lingkungan. Ketika penyakit sudah cukup serius untuk memerlukan perawatan seseorang di rumah sakit, proses dari hospitalisasi dapat menghasilkan stres (bagi semuanya) yang independen yang ditimbulkan oleh penyakit itu sendiri. Penyakit mungkin dapat menjadi situasi yang menimbulkan stres tidak hanya terhadap orang yang diserang, tetapi juga terhadap anggota keluarganya (Skipper et al.) Dampak Hospitalisasi Pada Anak Pengumpulan data yang dilakukan Kennedy et al. (2004) dalam penelitiannya di Cina umumnya terjadi kemudian dalam urutan sementara ini, ketika balita lebih cenderung menunjukkan perilaku menarik diri. Anak prasekolah yang dihospitalisasi menunjukkan masalah, secara signifikan berupa kecemasan. Jessee, Strickland, Lipper & Hudson (1986) mengatakan stres yang dialami oleh anak-anak karena hospitalisasi terus menjadi perhatian utama dari spesialis kehidupan anak. Kemampuan untuk mengatasi stres ini dapat ditingkatkan dengan positif, 23

15 kegiatan produktif mengundang keterlibatan sensorik serta memuaskan rasa ingin tahu alami anak tentang dunianya. Empat kegiatan khusus juga telah direncanakan untuk mempromosikan keterlibatan lebih jauh dengan alam di luar rumah sakit. Empat kegiatan tersebut antara lain belajar mengenai tanaman, melukis keadaan luar, merancang sebuah kolase alam, dan meneliti lingkaran pohon. Sebagai satu unit, pengalaman ini memberikan pendekatan yang komprehensif terhadap terapi bagi anak yang sedang dihospitalisasi dan menambahkan hal positif. Stres dihasilkan oleh hasil hospitalisasi dan pembedahan dari kesepian, duka cita, rasa ditinggalkan, rasa terpenjara, dan ancaman dari luka fisik, seperti halnya kebutuhan lebih untuk cinta, kasih sayang, dan perlindungan dari seorang ibu (Skipper et al.). Serupa dengan studi terbaru tentang distres emosional pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi pediatrik, temuan dalam penelitian Mabe, Treiber, & Rilley (1991) menyatakan bahwa anak yang dihospitalisasi akan mengalami distres yang tidak lebih besar dari yang dicatat untuk anak-anak di populasi umum. Faktanya, dari 80 anak yang diteliti, hanya 24

16 tujuh yang melaporkan gejala-gejala depresi yang menunjukkan distres yang signifikan (yaitu, memperoleh skor 19 atau lebih tinggi pada CDI) dan hanya lima yang melaporkan gejala-gejala kecemasan yang menunjukkan distres yang signifikan (yaitu, memperoleh t-skor 70 atau lebih pada CMAS-R). Penelitian yang dilakukan oleh Moghaddam, Moghaddam, Sadegmoghaddam, & Ahmadi (2011) menunjukkan bahwa hospitalisasi anak dapat membawa perubahan negatif dan tekanan mental dan spiritual pada anak dan orang tua, dan dapat membahayakan kesehatan mereka. Walaupun anak pada usia menuju sekolah dapat beradaptasi lebih baik dalam hal perpisahan, stres dari penyakit atau hospitalisasi memaksa mereka untuk dapat meningkatkan kebutuhan perlindungan dan bimbingan dari orang tua mereka. Anak usia sekolah (usia sekolah menengah pertama dan menengah atas) menunjukkan reaksi lebih besar dalam perpisahan dari aktivitas mereka saat ini seperti halnya aktivitas sosial dari pada perpisahan dengan orang tua. Perasaan kesepian, perpisahan, depresi, dan kekesalan merupakan hal yang biasa. Hal tersebut penting untuk 25

17 membedakan apakah reaksi tersebut disebabkan oleh perpisahan dibandingkan penyakit atau penyembuhan atau oleh kondisi rumah sakit Peran Dan Implementasi Perawat Tentang Atraumatic Care Penelitian Brown & Ritchie (1990) menunjukkan bahwa pemberdayaan keluarga, partisipasi orang tua dalam perawatan dan pengambilan keputusan, dan mendukung komunikasi perawat-orang tua yang selaras dengan lingkungan rumah sakit yang telah membatasi pola komunikasi, meningkatkan kontrol orang tua oleh perawat, dan dimana model medis bantuan berlaku. Perubahan akan terjadi jika perawat menerima pendidikan dasar dan berkelanjutan yang relevan, jika mereka mempraktikkan penggunaannya dan memberdayakan model perawatan, dan jika mereka berlatih dalam lingkungan yang secara aktif mempromosikan dan mendukung komunikasi perawat-orang tua, perawatan holistik, dan pemberdayaan keluarga. Penelitian ini juga menemukan bahwa dalam banyak situasi perawat mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya terhadap orang tua anak-anak dirawat di rumah sakit. 26

18 Semua perawat mengakui bahwa merawat orang tua adalah bagian dari peran mereka, dan bahwa perawatan mereka terhadap anak-anak didasarkan pada apa yang mereka percaya adalah terbaik untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa perawat mungkin bersedia menemukan cara untuk merawat keluarga dimana perawatan psikososial orang tua harus didahulukan daripada kebutuhan dalam kontrol orang tua. Namun, perawat hanya dapat membuat perubahan ini dengan peluang pendidikan yang sesuai, dan jika mereka mampu untuk berlatih di lingkungan yang mendukung dan memungkinkan mereka untuk memberikan pemberdayaan perawatan berpusat pada keluarga. Studi Danemon, Macaluso, & Guzzetta (2003) mengungkapkan bahwa sikap pemberi layanan kesehatan anak yang multidisiplin menerima ke arah partisipasi keluarga dalam perawatan. Perbedaan dalam sikap ditemukan diantara bagian PPAS terpilih dan di antara responden yang berhubungan dengan jenis kelamin, jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tipe bagian (umum, bidang khusus, atau perawatan kritis) dimana pemberi layanan kesehatan 27

19 bekerja. Dalam studi ini, wanita lebih menerima partisipasi keluarga dibandingkan pria; biarpun kedua kelompok masuk dalam jangkauan sikap penerimaan. Seperti dalam studi terbaru, peneliti menemukan sikap mendukung yang lebih didasarkan pada tingkat pendidikan tertinggi, namun secara keseluruhan, sikap yang menerima ke arah partisipasi keluarga tanpa memperhatikan pendidikan. Berdasarkan hasil, dapat disebutkan bahwa orang tua dalam penelitian ini menerima tingkat dukungan yang tinggi (4.1 ± 0.7) dari perawat. Dalam penelitian ini, dukungan instrumental dan satu dari pertanyaan, perasaan optimis anak, mempunyai nilai tertinggi. Disebutkan sebelumnya, subskala ini mencakup jenis dukungan yang termasuk pemberian perawatan, dukungan finansial, waktu, tenaga kerja, dan modifikasi lingkungan. Hasil studi saat ini menunjukkan bahwa beberapa lingkungan yang melekat dan faktor budaya (seperti reaksi emosional yang berat oleh orang tua selama prosedur) dapat menghambat perawat pediatrik dalam membina, tetapi tidak semua, komponen dari peran orang tua. Temuan penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 28

20 orang tua dengan tingkat pendidikan rendah dikatakan menerima dukungan emosional yang tinggi. Penemuan lain menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara dukungan instrumental dan jenis kelamin dari orang tua, dengan ayah menerima dukungan lebih dibandingkan ibu. Hasil ini menyarankan ayah dapat menemukan dukungan finansial, waktu, dan faktor lingkungan yang lebih penting sebagai pendukung (Sanjari, Shirazi, Heidari, Salemi, Rahmani, & Shoghi, 2009). Temuan Stratton (2004) memiliki kesamaan dengan badan dari literatur pada perawatan kualitas kesehatan untuk anak. Penemuan penelitian saat ini menyatakan bahwa hubungan antara pemberi layanan kesehatan yang lain dan keluarga/anak sama penting. Dalam pembicaraan tentang pemberi layanan kesehatan, penelitian ini menemukan bahwa orang tua tidak tertuju pada kemampuan teknik pemberi layanan kesehatan kecuali kecelakaan spesifik yang menimbulkan ketidak nyamanan, distres atau nyeri. Pada penelitian Kennedy, Kools, Kong, Chen, Franck, & Wong (2004) menyatakan pola perilaku nampak menjadi spesifik dalam stase perkembangan. 29

21 Anak-anak mempunyai masalah yang lebih besar ketika keluarganya menunjukkan keterlibatan yang cenderung kurang. Sebelum anak memasuki rumah sakit, sudah ada kepercayaan yang mungkin hadir jika orang tua akrab dengan atau memiliki pengalaman yang baik sebelumnya dengan rumah sakit, dan/atau jika mereka sudah memiliki keyakinan dalam penyedia layanan kesehatan (Thompson, Hupcey, & Clark, 2003). Orang tua yang berpartisipasi dalam studi yang dilakukan Espezel & Canam (2003) memiliki interaksi umum yang positif dengan perawat yang merawat anak-anak mereka, tetapi interaksi ini tidak digolongkan sebagai hubungan kolaboratif. Orang tua dan perawat sering dapat mengadakan hubungan dan berbagi dalam memberikan perawatan anak. Pengalaman hospitalisasi pada anak dapat mempertimbangkan proses upaya untuk mengembalikan kesehatan, secara keseluruhan, mendapatkan kembali status individu di dunia. Perawat dapat mendorong proses ini dengan menunjukkan pentingnya pengalaman dan perasaan individu pada saat hospitalisasi dan membantu orang- 30

22 orang untuk mengadaptasikan diri terhadap lingkungan barunya (Moghaddam et al., 2011). Kemampuan tim medis untuk berkomunikasi dengan pasien, sangat penting untuk proses perawatan kesehatan. Kualitas hubungan dan komunikasi dengan pasien anak dan keluarga mempengaruhi semua aspek perawatan pasien, seperti proses diagnostik, keputusan pengobatan, kepatuhan dengan rekomendasi. Selain itu, pediatrik berbeda dan tidak hanya membutuhkan komunikasi antara pasien dan keterampilan dokter, tetapi juga komunikasi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya, dan pemahaman keluarga dinamika dan tahap kognitif dan perkembangan anak (Rider, Volkan & Hafler, 2008) Kerangka Konseptual Berdasarkan studi literatur yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang menjalani perawatan di rumah sakit atau hospitalisasi akan mengalami dampak dari hospitalisasi tersebut. Dampak yang terjadi dapat berupa dampak yang buruk yaitu berupa stres yang dapat menimbulkan trauma pada anak. Selama hospitalisasi, anak 31

23 akan didukung dan didampingi oleh orang tua/primary care giver. Dari dampak-dampak yang muncul perawat akan memberikan perawatan yang dapat mengurangi hingga tidak menimbulkan trauma pada anak atau dapat disebut dengan atraumatic care. Dalam pelaksaannya, orang tua/primary care giver tetap dilibatkan. Akan tetapi fenomena yang terjadi adalah saat perawat sudah melakukan prinsip atraumatic care, anak masih saja menangis bahkan takut ketika berhadapan dengan perawat dan tidak mau bertemu perawat. Maka dari itu peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan atraumatic care oleh perawat terhadap anak selama hospitalisasi dilihat dari pandangan orang tua/primary care giver. Sakit Hospitalisasi Dampak yang terjadi saat hospitalisasi Anak tidak mau menemui perawat Anak masih menangis Penerapan atraumatic care Yang akan diteliti: Pelaksanan atraumatic care perawat dilihat dari pandangan orang tua/primary care givers 32

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan. Dalam penelitiannya, Bossert (1994) menemukan bahwa anakanak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan terhadap orang tua atau primary care giver dari pasien anak yang dirawat minimal dua hari di Ruang Dahlia RSPW

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang unik, yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hospitalisasi Pada anak 2.1.1 Konsep Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan makhluk rentan dan tergantung yang selalu dipenuhi rasa ingin tahu, aktif, serta penuh harapan. Masa anak-anak suatu awal kehidupan untuk masa-masa berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Saat anak dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun. 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah tunas bangsa, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Oleh karena itu anak perlu mendapat kesempatan yang seluasluasnya untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Atraumatic Care 1.1 Definisi atraumatic care Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Anak 2.1.Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain merupakan suatu aktivitas

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 1-3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut harus dijaga kelangsungannya dengan upaya stimulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari awal kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia

Lebih terperinci

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan   ABSTRAK ATRAUMATIC CARE MENURUNKAN KECEMASAN HOSPITALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DI RUANG ANGGREK RSU dr. SOEGIRI LAMONGAN (The Atraumatic Care Reduce Anxiety Hospitalization Preschool Children in Anggrek Room

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Terkait 2.1.1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kuatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Ratus,

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat anak mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan suatu bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan terhadap krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak. Hal ini memberi konsekuensi pada masalah kesehatan anak antara lain masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi dapat menyebabkan kejadian yang traumatik dan stres yang dialami oleh anak dan orang tua, dimana anak harus tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL 98 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 2. (2) Agustus 2016 ISSN. 2407-7232 KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL CHILD ANXIETY TODDLER VIEWS FROM THE HOSPITAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KETRAMPILAN PERAWAT 1. Ketrampilan Perawat dalam Mengurangi Stres Akibat Hospitalisasi Menurut Nursalam (2008), anak membutuhkan perawatan yang kompeten dan sensitif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak jika anak di rawat dirumah sakit. Anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak,

Lebih terperinci

KONSEP PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK

KONSEP PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK KONSEP PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK Paradigma keperawatan anak Manusia Sehat-Sakit Lingkungan Keperawatan A. Defenisi 1. Defenisi Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Discharge Planning 2.1.1 Definisi Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk memberikan asuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hospitalisasi, dan dampak hospitalisasi. tersebut menjadi faktor stresor bagi anak dan keluarganya (Wong, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hospitalisasi, dan dampak hospitalisasi. tersebut menjadi faktor stresor bagi anak dan keluarganya (Wong, 2009). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep hospitalisasi Konsep hospitalisasi meliputi definisi hospitalisasi, stresor dan reaksi anak terhadap hospitalisasi, dan dampak hospitalisasi. 1.1 Definisi hospitalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan jenis penelitian studi korelasi. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan anak pada masa balita sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatannya pada masa bayi baru lahir. Dengan demikian, derajat kesehatan anak tidak dapat

Lebih terperinci

Hasil Uji Validitas. Corrected Item- No. Total Correlation Penyataan (r hitung)

Hasil Uji Validitas. Corrected Item- No. Total Correlation Penyataan (r hitung) Tabel 1 Hasil Uji Validitas Corrected Item- No. Total Correlation Penyataan (r hitung) r tabel Keterangan 1 0,431 0,374 Valid 2 0,473 0,374 Valid 3 0,449 0,374 Valid 4 0.761 0,374 Valid 5 0,685 0,374 Valid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Anak tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani

Lebih terperinci

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN Eliza Hafni*, Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden 46 47 48 49 Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth : Bapak/Ibu/saudara/i Di Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S1-Keperawatan) akan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit pada anak dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat, lingkungan yang asing, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit. Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit. Anak merupakan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu keadaan tidak menyenangkan pada anak saat sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga harus menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Azis, 2010). Bermain merupakan

Lebih terperinci

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya Hospitalisasi menimbulkan krisis O/K : Stress Keterbatasan

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep KONSEP HOSPITALISASI BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep SAKIT & DIRAWAT DI RUMAH SAKIT MERUPAKAN KRISIS DI DALAM HIDUP ANAK. DI RAWAT DI RUMAH SAKIT BERARTI ANAK HARUS BERURUSAN DENGAN LINGKUNGAN YANG ASING,

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M. Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang Elza Sri Pratiwi a, Deswita a a Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitaslisasi pada anak merupakan sebuah proses yang mengharuskan anak menjalani proses perawatan di rumah sakit dengan alasan yang terencana atau darurat

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Ika Agustina*Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit untuk. menjalani terapi dan perawatan, anak mengalami dampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit untuk. menjalani terapi dan perawatan, anak mengalami dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan, anak mengalami dampak hospitalisasi, seperti stress, ketakutan, kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut : A. Latar Belakang Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

By. Lufthiani, S.Kep, Ns

By. Lufthiani, S.Kep, Ns By. Lufthiani, S.Kep, Ns Optimalkan tumbuh kembang anak artinya : Pencapaian optimal pada setiap aspek tumbuh kembang asah asih asuh Pencapaian tergantung kesehatan dan tahapan tumbuh kembang sangat individual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam

Lebih terperinci

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian PENYAKIT TERMINAL PENGERTIAN Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci