TANTANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DALAM PUTUSAN SENGKETA PILKADA Oleh MUHAMMAD SIDDIQ ARMIA, MH., PhD Email: msiddiq@ar-raniry.ac.id Disampaikan dalam diskusi publik Klinik Etik dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 3 April 2017 1
1. Kewenangan MK (UUD 1945) Menguji UU Terhadap UUD 1945. Memutuskan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara Memutuskan Pembubaran Partai Politik Memutuskan Perselisihan Tentang Hasil Pemilu Memutuskan Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran Oleh Presiden dan Wakil Presiden 2
2. Kewenangan Tambahan MK Dalam UU No. 12 tahun 2008 perubahan UU No. 32 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 236C dikatakan bahwa "Penanganan sengketa hasil perhitungan suara pemilihan kepala daerah dan waki kepala daerah oleh MK paling lama 18 bulan sejak UU itu diundangakan". Berdasarkan isi pasal tersebut jika kita kaitkan dengan UUD 1945 maka MK juga diberikan kewenangan dalam pasal 24C ayat 1 UUD 1945. Jadi fokus kewenangan MK dalam pasal ini ialah pada penyelesaian hasil Pemilihan umum yang terstruktur, sistematis dan masif. 3
3. Tantangan MK Secara struktur kelembagaan MK tidak dirancang untuk menangani sengketa Pilkada, akan tetapi hanya untuk Pemilu DPR/DPD dan Pilpres, dilaksankan 5 tahun sekali. Akibat yang ditimbulkan sulit untuk mencapai keadilan pemilu, karena singkat nya waktu penyelesaian perkara. 4
3. Tantangan MK... (analogi stastistik) Pada tahun 2013, terdapat 178 Pilkada in Indonesia, 160 kasus disengketakan di MK. Kalau dlm setahun = 300 hari kerja Maka setiap 2 hari MK harus menyelesaiakan 1 kasus. Sedangkan sidang hanya ada tiga tahapan, kemudian mendengarkan putusan. Dengan logika seperti ini akan sulit mencapai keadilan pemilu. 5
3. Tantangan MK... (TSM) Memberikan penjelasan yang jelas dalam regulasi tentang kriteria Terstruktur, Sistematis, dan Masif; Tetap memutuskan pilkada ulang jika terindikasi TSM, meskipun secara hitungan matematis tidak akan menang secara total. Hal ini bertujuan untuk mencapai electoral justice (keadilan pemilu), karena MK bukan peradilan kalkulator. 6
3. Tantangan MK... (jumlah hakim) Jumlah 9 hakim MK tidak sesuai dengan rasio perkara. Austria = 20 (including 6 substitute judges) UK = 12 judges (Supreme Court) South Africa = 11 Judges German = 8 Judges (+4 saat panel) 7
4. Kewenangan Komisi Yudisial (KY) Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan; Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim; Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan Mahkamah Agung; Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). 8
5. Tantangan KY dlm Pilkada Memperluas norma Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Norma ini juga bisa diberlakukan untuk hakim MK. Perilaku hakim saat menangani kasus Pilkada perlu dipantau dengan mekanisme khusus; Belajar dari kasus Akil, bahwa Pilkada merupakan ladang yang sangat rawan untuk korupsi; Monitoring perilaku hakim sebagai bentuk check and balances dalam sistem ketatanegaraan. 9
6. Penutup KY dan MK harus kembali lagi bersinergi dalam memantau perilaku hakim khususnya sengketa Pilkada, perlu regulasi yang mengatur ini; Penyelesaian sengketa Pilkada oleh MK terlihat bersifat temporer. Perlu peradilan khusus yang menangani sengketa Pilkada; Sengketa Pilkada juga harus memasukkan sengketa tahapan Pilkada, yaitu sebelum Pilkada. Pengguguran bakal calon dalam tahapan Pilkada telah melanggar electoral justice. 10
Biography Muhammad Siddiq Armia, MH., PhD S3 : Anglia Ruskin University, Cambridge, Inggris. Disertasi: Constitutional Courts And Law Reform: A Case Study of Indonesia S2 : Fakultas Hukum, Universitas Indonesia S1 : Fakultas Syariah, IAIN Ar-Raniry Comparative Studies: 1. Supreme Court of United Kingdom, London. 2. Bundesverfassungsgericht (MK Jerman), Karlsruhe. 11