Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

dokumen-dokumen yang mirip
- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dirancang dan dibangun sebelumnya. Sumberdaya Air oleh PT. Indra Karya Consulting Engineer pada tahun 2013

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

Lampiran 1. Citra Landsat DAS Cipunagara Tahun 1972 (Kombinasi Band 421)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ZONASI DAERAH BAHAYA LONGSOR DI KAWASAN GUNUNG TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar 1).

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Evaluasi Ringkas Geologi Waduk Penjalin

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada morfologi punggungan hingga perbukitan di wilayah timur dari

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

PERANCANGAN PERKUATAN LONGSORAN BADAN JALAN PADA RUAS JALAN SUMEDANG-CIJELAG KM MENGGUNAKAN TIANG BOR TUGAS AKHIR. Oleh :

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Lampiran 1 Lokasi, altitude, koordinat geografis dan formasi geologi titik pengambilan sampel bahan induk tuf volkan Altitude

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

BAB II TINJAUAN UMUM

GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II KERANGKA GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana transportasi darat harus selalu dalam kondisi yang baik, hal ini adalah untuk kelancaran lalu lintas yang berada diatasnya, namun pada kenyataannya seringkali jalan tidak dapat berfungsi dengan baik yang diakibatkan oleh kerusakan jalan sehingga memberikan efek terhadap kegiatan distribusi barang dan jasa serta terganggunya kelancaran lalu lintas. Untuk sebagian wilayah Indonesia khususnya daerah-daerah berbukit dengan curah hujan yang cukup tinggi, seringkali terjadi longsoran yang bisa berakibat pada terganggunya transportasi didaerah tersebut. Bencana alam tanah longsor merupakan peristiwa alam yang pada saat ini frekuensi kejadiannya semakin meningkat. Bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai lokasi di Indonesia, umumnya terjadi pada musim penghujan. Salah satunya berada di Pulau Jawa di daerah Sumedang. Ruas Jalan Sumedang- Cijelag merupakan Jalan Arteri Primer yang menghubungkan antara Bandung- Cirebon. Intensitas curah hujan yang tinggi, secara alami akan dapat memicu terjadinya bencana alam tanah longsor. Kekuatan tanah tergantung dari ikatan antara partikel penyusun tanah. Mengingat pentingnya fungsi jalan sebagai prasarana transportasi darat yang harus selalu dalam kondisi yang baik, maka diperlukan penanganan yang serius mengenai hal ini agar dapat mengurangi efek yang terjadi terhadap kegiatan-kegiatan yang berlangsung di daerah tersebut. 1.2. Lokasi dan Kondisi Eksisting 1.2.1. Lokasi Studi Lokasi pengamatan terletak di Kampung Cau Desa Sidareja Kabupaten Sumedang, Ruas Jalan Sumedang-Cijelag km 61+430 dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1-1

Km 61+430 Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi 1.2.2. Kondisi Eksisting Kondisi geologi ruas jalan Sumedang-Cijelag berada pada deposit material lempung serpih yang merupakan bagian dari Formasi Subang dapat dilihat pada gambar 2. Deposit dari Formasi Subang ini mempunyai sifat mekanis yang buruk, karena mempunyai slake durability yang rendah, maka tidak mengherankan bila terjadi keruntuhan lereng disepanjang jalan ini. Sepanjang ruas jalan ini termasuk kedalam zona yang mempunyai tingkat kerawanan gerakan tanah paling tinggi (Sugalang&Sugianto,1994), lihat pada gambar 3. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1-2

Hasil Gunung Api Muda Tak Teruraikan : Breksi, Lava bersifat andesit dan basal, pasir tufa, lapili berasal dari G. Tampomas. Biasanya batuan ini membentuk dataran atau perbukitan rendah berwarna abu-abu, kuning kemerah-merahan, termasuk kala quarter Anggota Batu Lempung Formasi Subang : Batu lempung mengandung lapisan batu gamping, napalan abu-abu tua termasuk kala miosen Gambar 1.2 Peta Geologi Regional Sekitar Ruas Jalan Sumedang-Cijelag km 60 km 70 (Lembar Arjawinangun, Djuri, 1995) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1-3

Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah : daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada umumnya daerah datar sampai landai bergelombang dengan sudut lereng alam kurang 15%. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah : Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk gerakan tanah. Pada zona ini umumnya jarang terjadi gerakan tanah kecuali bila mengalami gangguan pada lereng alamnya. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah : Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah dapat terjadi pada zona ini, terutama pada daerah yang berbatasan dengan sungai, gawir, tebing galian jalan dan pada lereng yang mengalami gangguan maupun dibeberapa tempat pada daerah sekitar kontak ketidak selarasan antara satua batuan Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi : Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah sering terjadi pada zona ini. Gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih ada dan aktif akibat dipicu curah hujan tinggi dan proses erosi yang kuat. Umumnya terjadi pada batu lempung Formasi Subang, batuan gunung api, serpih dan perselingan antara batu pasir, batu lempung dan serpih Gambar 1.3 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah sekitar ruas jalan Sumedang-Cijelag km 60 km 70 (Sugalang dan Sugiyanto, 1994) Dan berdasarkan hasil perhitungan stabilitas lereng dengan cara perhitungan software slope/w mendapatkan nilai faktor keamanan 1 (1.000) yang berarti lereng rawan longsor. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1-4

Gambar 1.4 Perhitungan Stabilitas lereng dengan Slope/W 1.3. Tujuan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah merancang desain perkuatan hasil dari alternatif terpilih pada Studi Kasus dengan menggunakan Tiang Bor untuk mengatasi permasalahan pada longsoran badan yang terjadi di ruas jalan Sumedang-Cijelag 1.4. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam Tugas Akhir ini kami hanya membahas desain perancangan penanganan alternatif terpilih yaitu dengan menggunakan tiang bor. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk dapat menganalisa dan merencanakan suatu penyelesaian pada permasalahan kelongsoran badan jalan, maka penulisan tugas akhir ini dibagi dalam beberapa tahapan dalam bentuk sistematika penulisan. Adapun tahapantahapan penulisan laporan tugas akhir ini sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian umum tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1-5

Membahas mengenai uraian dasat teori, langkah-langkah perhitungan, rumusrumus yang digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi dan pembahasan. BAB III METODOLOGI Berisi tentang tahapan-tahapan dalam pelaksanaan tugas akhir dari awal sampai dengan selesai.. BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Membahas tentang perhitungan tekanan tanah, analisa daya dukung pondasi, perhitungan penulangan dan rencana anggaran biaya perkiraan. BAB V PENUTUP Berisi tentang uraian kesimpulan dan saran dari hasil perancangan yang telah dilakukan. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1-6