BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

Lampiran 1 : Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres. Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

KOPING STRES WANITA MENIKAH YANG BELUM DIKARUNIAI ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION

BAB III METODE PENELITIAN. dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

STRESSOR DAN KOPING MAHASISWA PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

STUDI KASUS GAMBARAN COPING STRES PADA MAHASISWI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi fisik dan reaksi psikologis. Adapun reaksi fisik yang muncul seperti sakit kepala, mudah lelah, sulit tidur, jantung berdebar lebih cepat, nafsu makan berkurang dan juga adanya perubahan pada siklus menstruasi, misalnya menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. Sedangkan reaksi psikologis yang ditunjukkan oleh kelima subjek adalah konsentrasi terganggu, perasaan kebingungan, sedih, kecewa, malu, kesepian, hampa, gelisah, khawatir, minder, rasa iri, merasa tidak sempurna sebagai wanita, menyalahkan diri sendiri, dan adanya perasaan tidak nyaman dengan komentar dari orang lain mengenai kondisi mereka. Selain itu mereka juga menunjukkan reaksi perilaku sosial, yakni dengan menghindari orang lain, mencari kenyamanan dengan orang lain atau dengan melakukan keduanya. Stres yang dialami oleh para subjek dalam kondisi belum dikarunia anak terdiri dari stresor internal seperti harapan yang tinggi akan memiliki anak, adanya kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga stresor eksternal seperti tuntutan dari lingkungan untuk memiliki keturunan sesuai dengan peran seorang wanita dewasa yang telah menikah. 178

Adapun gambaran stres internal dan stres eksternal yang dimiliki oleh para subjek dalam kondisi belum dikarunia anak yaitu Sexual concern dimana para subjek selain subjek H lebih fokus untuk mendapatkan anak dibandingkan dengan mencapai kenikmatan, adanya perasaan tidak menyenangkan saat berhubungan dan juga kenikmatan seksual menjadi berkurang. Social concern dimana kelima subjek mendapatkan komentar maupun perlakuan yang tidak menyenangkan, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Kemudian ada Relationship concern, dimana tiga orang subjek penelitian yakni DD, TS dan KH, memiliki kesulitan untuk membicarakan kondisi infertilitas dengan suami, kecurigaan suami berselingkuh, kekhawatiran diceraikan atau dipoligami, suami menuntut diberikan seorang anak, menyalahkan kondisi infertilitas kepada istri, dan adanya perubahan perilaku yang cenderung negatif pada suami. Need for parenthood yaitu kelima subjek memiliki kebutuhan untuk mengasuh dan meyalurkan kasih sayang yang seharusnya diberikan kepada anak mereka sendiri. Dan yang terakhir Rejection of childfree lifestyle, dimana kelima subjek menganggap bahwa anak merupakan sumber kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga, sehingga tanpa adanya anak hidup mereka terasa kurang bahagia, kesepian dan tidak lengkap. Selanjutnya coping stress yang digunakan oleh kelima subjek dalam menghadapi kondisi belum dikarunia anak adalah dengan menggunakan kedua jenis coping yaitu problem focused coping dan juga emotion focused coping. Adapun coping stress yang dominan muncul pada para subjek penelitian adalah melakukan usaha untuk mengubah situasi dan menggunakan usaha untuk 179

memecahkan masalah (Planful problem-solving) dan mencoba untuk memperoleh informasi dari orang lain (Seeking informational support). Selain itu mereka mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain (Seeking social emotional support), mengkhayal mengenai situasi yang menyenangkan atau melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan (Escape avoidance), mengatur perasaan dan tindakan mereka agar masalah yang ada tidak semakin rumit (Self control), berusaha untuk menerima kondisi yang ada dengan tetap berusaha melakukan pengobatan (Accepting responsibility coping) serta mencoba untuk membuat suatu arti positif atau mencari hikmah dari kondisi ini. (Positive reappraisal). 5.2. Diskusi Kehadiran anak dalam sebuah pernikahan merupakan hal yang didambakan bagi tiap pasangan. Pada umumnya para subjek mengatakan bahwa anak merupakan penerus keturunan, pewaris harta, pelengkap keluarga, investasi masa depan, penghibur dan sebagai penyemangat hidup. Namun sayangnya, tidak semua pasangan yang telah menikah mendapatkan anak dengan mudah meskipun telah berusaha. Kondisi tersebut disebut dengan involuntary childlessness yang biasanya disebabkan oleh kondisi infertilitas. Pada subjek TS dan DM mereka mengalami infertilitas primer yaitu belum pernah mengalami kehamilan, sedangkan pada subjek DD, KH dan H mereka mengalami infertilitas sekunder yaitu sudah pernah hamil namun mengalami keguguran. Baik infertilitas primer dan sekunder sama-sama berpotensi menjadi sumber stres bagi para istri. Dilihat berdasarkan sumber stres, kondisi infertilitas 180

merupakan mayor life event. Pendapat ini didukung oleh Menning (1980) bahwa infertilitas merupakan krisis kehidupan yang komplek, mengancam secara psikologis dan sangat menimbulkan stres secara emosional (Hidayah, 2006). Kemudian jika kita perhatikan stressor yang dimiliki oleh para subjek yakni berasal dari stressor internal seperti harapan yang tinggi untuk memiliki keturunan dan juga dirinya yang menolak gaya hidup childfree sedangkan stressor eksternal yaitu tuntutan dari lingkungan untuk memiliki anak biologis sesuai dengan peran seorang wanita dewasa yang telah menikah. Gambaran stres yang dialami para subjek dalam penelitian ini terdiri atas stres internal maupun eksternal. Stres internal pada subjek meliputi Sexual concern dimana mereka lebih fokus untuk mendapatkan anak dibandingkan dengan mencapai kenikmatan, adanya perasaan tidak menyenangkan saat berhubungan dan juga kenikmatan seksual menjadi berkurang. Hal ini selaras dengan ungkapan Braverman (2003) bahwa banyak pasangan infertil yang mengalami perubahan dalam kehidupan seksual mereka. Keintiman seksual mungkin diganti menjadi hubungan seksual yang terjadwal (Hidayah, 2006). Selain itu ada pula Need for parenthood yaitu subjek yang memiliki kebutuhan untuk mengasuh, mendidik dan meyalurkan kasih sayang yang seharusnya diberikan kepada anak mereka sendiri, dan tanpa adanya anak mereka menjadi tidak bisa menyalurkan keinginan tersebut. Yang terakhir adalah Rejection of childfree lifestyle, dimana para subjek menganggap bahwa anak merupakan sumber kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga, sehingga 181

tanpa adanya anak hidup mereka terasa kurang bahagia, kesepian dan tidak lengkap. Pada dasarnya empat dari lima subjek penelitian yaitu DD, TS, KH dan H memiliki siasat untuk mengatasi stres pada dua aspek diatas. Mereka berkeinginan untuk mengadopsi atau mengangkat anak. Namun sayangnya sampai saat ini keinginan mereka belum terlaksana karena beberapa hal, misalnya karena prosedur pengadopsian resmi yang cukup rumit dan juga suami yang masih belum mau melaksanakannya dengan beberapa alasan. Sedangkan stres eksternal yang dialami para subjek adalah Social concern dimana kelima subjek mendapatkan komentar maupun perlakuan yang tidak menyenangkan, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Ada pula Relationship concern, dimana para istri memiliki kesulitan untuk membicarakan kondisi infertilitas dengan suami, kecurigaan suami berselingkuh, kekhawatiran diceraikan atau dipoligami, suami menuntut diberikan seorang anak, menyalahkan kondisi infertilitas kepada istri, dan adanya perubahan perilaku pada suami. Kesempatan yang biasanya menimbulkan stres pada para subjek yaitu ketika menstruasi masih tetap datang setiap bulannya, saat berhubungan intim yang mana mereka lebih fokus untuk mendapatkan anak dibandingkan menikmati kehidupan seksual, dan juga ketika bertemu dengan keluarga besar atau temanteman yang telah dikarunia anak. Dalam keadaan demikian istri yang belum dikarunia anak dituntut untuk menangulangi perasaannya yang disebut dengan coping. Usaha penanggulangan terhadap stres yang disebut dengan coping stress perlu dilakukan agar stres tidak 182

berkelanjutan dan mempengaruhi keseimbangan fisiologis dan psikologis istri. Adapun coping stress yang dominan muncul pada para subjek penelitian adalah Planful problem-solving, Seeking informational support, Seeking social emotional support, Escape avoidance, Self control, Accepting responsibility coping, serta Positive reappraisal. Planful problem-solving dilakukan mungkin karena didorong keinginan yang kuat untuk memperoleh keturunan sehingga mereka berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut, Seeking informational support merupakan salah satu cara agar mereka dapat keluar dari masalah tersebut dengan mencari informasi dari pihak lain. Dalam proses pencarian usaha untuk mengatasi masalah tadi para subjek membutuhkan bantuan dari luar diri mereka yaitu dengan mencari dukungan emosional dan sosial dari suami, keluarga, teman, atau orang yang memiliki nasib yang sama (Seeking social emotional support). Mereka juga melakukan aktifitas lain atau menghayalkan sesuatu yang menyenangkan agar dapat menghilangkan pikiran terkait masalah tersebut (Escape avoidance). Selain itu mengatur perasaan dan tindakan mereka dalam menghadapi masalah juga dilakukan oleh mereka (Self control). Dan ketika usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah belum menunjukkan keberhasilan maka yang dilakukan adalah dengan berusaha menerima sambil tetap melakukan upaya lain (Accepting responsibility coping) serta mereka mencoba untuk membuat suatu arti positif dari masalah yang dihadapi (Positive reappraisal). Dapat terlihat dalam penelitian ini bahwa stres internal lebih banyak ditemukan oleh para subjek penelitian dibandingkan dengan stres eksternal, 183

sehingga mereka memahami bahwa bersikap pasrah adalah jalan terakhir dalam menghadapi cobaan ini atau dapat keluar dari tekanan stres, hanya saja dalam kehidupan mereka belum sepenuhnya bersikap pasrah. Ada kalanya mereka masih belum menerima dirinya yang belum dikarunia anak dan berusaha kembali melakukan berbagai hal untuk mendapatkan anak dengan menggebu-gebu, sehingga pola stres tersebut kembali lagi kepadanya. Dengan kata lain mereka terjebak dalam lingkaran masalah yang tidak berujung. Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang perlu diselidiki lebih jauh yaitu: 1. Penelitian ini menjelaskan reaksi dan gambaran stres yang muncul dan juga mampu menemukan kesempatan yang biasanya menimbulkan stres pada subjek, namun sayangnya peneliti tidak menggali mengenai proses terjadinya stres. Untuk itu diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai proses terjadinya stres pada istri yang belum dikarunia anak. 2. Pada penelitian ini hanya menggunakan desain penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang lengkap dan mendalam mengenai gambaran stres dan coping stress pada istri yang mengalami involuntary childlessness. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan metode penelitian kuantitatif sebagai data penunjang, misalnya untuk mengetahui level stres yang sebenarnya yang dialami para subjek. 3. Penelitian ini menggali tidak hanya stres yang dialami pada saat ini saja tetapi juga pada saat awal pernikahan atau ketika stres muncul pertama kali, hanya saja peneliti tidak menggali terlalu mendalam. Diharapkan pada penelitian selanjutnya hal ini dapat diteliti lebih lanjut untuk 184

mendapatkan gambaran stres yang lebih jelas pada saat awal stres pada subjek. 4. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan data terhadap significant others dari masing masing subjek, seperti suami dan sahabat dekat tetapi kurang mendalam, sehingga hal ini menjadi satu saran pada penelitian selanjutnya untuk menggali informasi dari significant others secara lebih mendalam agar data yang didapat menjadi lebih kaya. 5. Dalam penelitian ini, subjek diberikan tugas menulis selama tiga hari berturut-turut. Tugas menulis ini membantu menguatkan data sehingga peneliti lebih mudah dalam membandingkan hasil wawancara yang dilakukan dengan partisipan, hasil wawancara terhadap significant others dan juga hasil narasi yang ditulis oleh partisipan. Dalam penelitian ini, ketiga sumber informasi menunjukkan pernyataan yang sama sehingga peneliti tidak perlu mengkonfirmasi ulang mengenai perbedaan pernyataan yang tidak terdapat dalam tiga sumber data tersebut. 5.3. Keterbatasan Penelitian dan Saran Berikut ini adalah saran-saran perbaikan yang ingin peneliti berikan berdasarkan proses dan hasil penelitian: A. Saran metodologis Penelitian selanjutnya yang juga menggunakan tema serupa diharapkan dapat memperbaiki kekurangan metodologis yang terdapat pada penelitian ini. 185

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memilih partisipan yang lebih bervariasi. Variasi tersebut dapat berupa kriteria usia pernikahan partisipan lebih dari 10 tahun. 2. Dapat mengkaji lebih jauh topik bahasan penelitian serta lebih memperhatikan poin-poin dalam pedoman wawancara sehingga wawancara benar-benar dapat menggali data yang diharapkan secara mendalam. 3. Peneliti pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih baik dalam menginterpretasikan data yang terkait dengan referensi dan teroi-teori yang mendukung penelitian sehingga data yang dihasilkan dapat lebih baik. 4. Hendaknya observasi dilakukan tidak hanya pada saat wawancara berlangsung 5. Penelitian ini mengalami keterbatasan dalam waktu pengumpulan data yang singkat, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat memanajemen waktu dengan baik B. Saran praktis Peneliti juga mengajukan saran-saran: 1. Istri yang mengalami invoulntary childlessness: Adanya kesiapan mental untuk menghadapi kondisi belum dikarunia anak. Adanya pemahaman bahwa dukungan suami sangat berperan dalam menghadapi kondisi belum dikarunia anak maka dengan demikian pihak istri diharapkan terbuka dalam mengkomunikasikan perasaan, kebutuhan dan harapan-harapan kepada suami. Dengan 186

begitu suami menjadi paham akan kecemasan dan ketakutan istri. Adanya pemahaman bahwa tidak semua usaha itu harus berakhir dengan sukses dan kegagalan pun mempunyai makna tersendiri. 2. Suami: Diharapkan para suami tergugah untuk mulai berempati terhadap istrinya, selalu mendukung dan secara bersama-sama menghadapi permasalahan involuntary childlessness ini. 187