HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN RESILIENSI PADA PENGHUNI LAPAS DI KELAS II A SAMARINDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN RESILIENSI PADA SISWA PENGHUNI RUMAH DAMAI

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Mahasiswa Perantau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN RESILIENSI PADA SISWA PENGHUNI RUMAH DAMAI

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

(Bryman, 2006; Tashakkori& Teddlie, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB III METODE PENELITIAN

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

Kontribusi Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI di SMA PGRI 1 Padang

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. (X) dengan perilaku caring perawat sebagai variabel terikat (Y). Alat ukur yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT. Keywords: Parenting parenting, School Physical Environment, Emotional Intelligence And Learning Motivation PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variable- variabel yang digunakan penelitian ini adalah Variabel (X) : kecerdasan emosional

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: TIKA PRADINA NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Laelatul Arofah, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN RESILIENSI ISTRI YANG MENGALAMI INVOLUNTARY CHILDLESS

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 320 siswa. Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

Journal of Social and Industrial Psychology

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA

Transkripsi:

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN RESILIENSI PADA PENGHUNI LAPAS DI KELAS II A SAMARINDA Rini gustiana Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Resiliensi merupakan faktor yang berperan penting untuk dapat bertahan mengatasi masalah dan mempertahankan optimisme dalam menghadapi lingkungan yang beresiko. Resiliensi berhubungan dengan cara seseorang untuk bisa berdiri tegak menghadapi permasalahan, dan mencari solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi. Resiliensi juga dikatakan sebagai daya tahan seseorang untuk bisa bertahan dalam segala kondisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan kecerdasan emosi dengan resiliensi pada penghuni lapas di kelas II A Samarinda. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, media elektronik, media cetak dan wawancara. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 78 subyek narapidana Lapas Kelas II A Samarinda. Analisis data dilakukan dengan mengunakan teknik purposive sampling dan bantuan program statistik SPSS 20 for window. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini diterima. Hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan resiliensi pada penghuni lapas Kelas IIA Samarinda. Dengan hasil analisis menunjukan bahwa koefisien korelasi r=0,278 dengan p=0,000 (p<0,01) dimana jika kecerdasan emosi tinggi maka resiliensi tinggi, jika kecerdasan emosi rendah maka resiliensi rendah. Kata Kunci : Kecerdasan Emosi, Resiliensi Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 1

ABSTRACT Resilience is a factor that plays an important role in order to survive troubleshooting and maintaining optimism in the face of environmental risk. Resilience related to how someone can stand upright face problems, and find solutions to the problems being faced. Resilience is also said to be a person's endurance to survive in all conditions. The purpose of this study was to see whether there is a relationship of emotional intelligence to the resilience of the occupants of prisons in the class II A Samarinda. Source data from this study were obtained from books, journals, electronic media, print media and interviews. Subjects in this study amounted to 78 subjects narapina Prison Class II A Samarinda. Data analysis was done by using purposive sampling technique and help SPSS 20 for windows. These results indicate that the hypothesis proposed in this study received. Positive relationship between emotional intelligence and resilience in prison occupant Class IIA Samarinda. With the results of the analysis showed that the correlation coefficient r = 0.278, p = 0.000 (p <0.01) in which if a high emotional intelligence, the high resilience, if the emotional intelligence is low, low resilience. Keywords: Emotional Intelligence, Resilience Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 2

PENDAHULUAN Resiliensi merupakan 15). Holaday dan McPhearson faktor yang berperan penting (dalam Issacson, 2002: 29) untuk dapat bertahan mengatasi menyatakan beberapa karakteristik masalah dan mempertahankan optimisme dalam menghadapi lingkungan yang beresiko. Issacson (2002: 4) menyatakan bahwa resiliensi berarti kemampuan untuk mengatasi kesulitan traumatis. Selain itu juga untuk merespon tekanan hidup sehari-hari secara fleksibel. Seseorang harus memiliki kemampuan untuk mengontrol atau mengatur diri untuk tetap efektif di dalam menghadapi masalah yang dihadapi, hal ini disebut dengan emotion regulation (Jackson, 2004: 15). Selain itu, seseorang harus memiliki kemampuan untuk tetap positif memandang masa depan dan bersikap realistis dalam perencanaannya (Jackson, 2004: individu yang resilien yang dapat mempengaruhi adalah kemampuan untuk bangkit kembali, goodnatured personality, focus pada bakat, otonomi, tanggung jawab, kesabaran, optimisme, kemampuan memecahkan masalah, tujuan di hidup, kreativitas, moral, rasa ingin tahu, coping skills, empati dan religiusitas. Menurut Santrock (2003: 557) stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Menurut Williams (2007:67) dalam artikel Prison Health and the Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 3

Health of the Public, situasi ketika awal masuk penjara adalah keadaan yang paling mempengaruhi psikologis narapidana. menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Seligman (dalam Goleman, Dalam mengembangkan 2009) mengungkapkan bahwa resiliensi, peran kecerdasan emosional sangatlah penting hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alcoholics Anonymous dan program pemulihan obat terlarang yang didasarkan pada lebih dari 200 orang pasien pecandu heroin dapat disembuhkan dengan mengajarkan kecerdasan emosional yang mendasar cenderung akan menghilangkan keinginan untuk menggunakan obat terlarang (dalam Goleman, 2007). Menurut Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2009), kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu yang cerdas emosinya akan bersikap optimis, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan dapat teratasi kendati ditimpa kemunduran atau frustrasi. Hasil penelitian Gottman (2003) menunjukkan fakta bahwa pentingnya kecerdasan emosional dalam berbagai aspek kehidupan. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu menghadapi tantangan dan mempertahankan semangat hidup (Patton, 1998). KAJIAN PUSTAKA memantau dan mengendalikan Resiliensi berhubungan perasaan sendiri dan orang lain, serta dengan cara seseorang untuk bisa Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 4

berdiri tegak menghadapi permasalahan, dan mencari solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi. Resiliensi juga dikatakan sebagai daya tahan seseorang untuk bisa bertahan dalam segala kondisi. Menurut Reivich dan Shatte (2002,43), resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya. Issacson (2002: 4) menyatakan bahwa resiliensi berarti kemampuan untuk mengatasi kesulitan traumatis. Selain itu juga untuk merespon tekanan hidup sehari-hari secara fleksibel. Seseorang yang menjalani pembinaan dalam proses hukum pidana membutuhkan resiliensi yang tinggi untuk mampu menjalani tekanan peradilan dan optimisme dalam menghadapi putusan. Seseorang harus memiliki kemampuan untuk mengontrol atau mengatur diri untuk tetap efektif di dalam tekanan yang menerpa, hal ini disebut dengan emotion regulation (Jackson, 2004: 15). Selain itu, seseorang harus memiliki kemampuan untuk tetap positif memandang masa depan dan bersikap realistis dalam perencanaannya (Jackson, 2004: 15). Paradigma resiliensi didasari oleh pandangan kontemporer yang muncul dari lapangan psikiatri, psikologi, dan sosiologi tentang bagaimana anak, remaja, dan orang Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 5

dewasa sembuh dari kondisi stres, trauma dan resiko dalam kehidupan mereka (Deswita, 2006: 228). Reivich dan Shatte (2002,43) juga mamaparkan tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut: a. Emotion Regulation Emotion regulation adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan (Reivich & Shatte, 2002,44-45). b. Impulse Control Impulse control adalah c. Optimism Optimism adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang (Reivich & Shatte, 2002;44). Optimism yang dimiliki oleh seorang individu menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan. d. Causal Analysis Causal analysis merujuk pada kemampuan individu untuk kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara mengendalikan keinginan, akurat penyebab dari dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri (Reivich & Shatte, 2002;44). permasalahan yang mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 6

tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama. e. Empathy Empati sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda- tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain (Reivich & Shatte, 2002;45). f. Self Efficacy g. Reaching Out Reaching out merupakan kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa (Reivich & Shatte, 2002;45). 1. Faktor-faktor Pengaruh Resiliensi a. Faktor resiko Faktor resiko mencakup Self merepresentasikan efficacy sebuah hal-hal yang dapat menyebabkan dampak buruk keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai atau menyebabkan individu beresiko untuk mengalami gangguan perkembangan atau kesuksesan. Kepercayaan gangguan psikologis akan kompetensi membantu individu untuk tetap berusaha, dalam situasi yang penuh tantangan dan (Garmezy, dalam Davis, 2002;83). b. Faktor Pelindung Faktor pelindung merupakan mempengaruhi kemampuan faktor yang bersifat menunda, untuk mempertahankan meminimalkan, bahkan harapan. menetralisir hasil akhir Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 7

yang negatif. Masten dan resilensi, yaitu hubungan Coatsworth (dalam Davis, yang dekat dengan orangtua 2002;83) mengemukakan tiga faktor pelindung yang yang memiliki kepedulian dan perhatian, pola asuh berhubungan dengan yang hangat, teratur dan resiliensi pada individu, yaitu: kondusif perkembangan bagi individu, 1) Faktor Individual sosial ekonomi yang Faktor individu merupakan berkecukupan, memiliki faktor-faktor yang bersumber hubungan harmonis dengan dari dalam individu itu sendiri, yaitu mempunyai anggota lain. keluarga-keluarga intelektual yang baik, namun individu yang mempunyai intelektual yang tinggi belum tentu individu itu resilien, sociable, self confident, self-efficacy, harga diri yang tinggi, memiliki talent (bakat). 3) Faktor masyarakat disekitarnya Faktor dari masyarakat yang memberikan pengaruh terhadap resiliensi pada individu, yaitu mendapat perhatian dari lingkungan, aktif dalam organisasi 2) Faktor Keluarga Faktor-faktor keluarga yang kemasyarakatan lingkungan tempat tinggal. di berhubungan dengan Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 8

Menurut Para Ahli, Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Slovey dan Mayer (Goleman, 2009: 513) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional (emotional inteligence) adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (bekerjasama) dengan orang lain (Golemen, 2009: 45). Lebih lanjut pengertian tentang kecerdasan emosi dijelaskan juga oleh Ginanjar (2007;43) yang mengutip pendapat Robert K. Cooper Phd. yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam mengubahnya dari sesuatu yang kita pikirkan menjadisesuatu yang kita jalani. Menurut Goleman (2009;112) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional yaitu: 1) Pengenalan diri (self awareness), 2) Pengendalian diri (self regulation), 3) Motivasi (motivasion), 4) Empati (emphaty), dan 5) Keterampilan sosial ( Sosial skill). Sementara itu, Cooper dan Sawaf (2000: 496) menyatakan Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 9

bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh yang manusiawi. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 2001-10). Pendapat lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Baron pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2009:180). Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2009:50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai dkecerdasan emosi. Menurut Slovey (dalam Goleman, 2009: 58) terdapat lima indikator kecerdasan emosional, yaitu: a. Mengenali emosi diri. Yaitu kesadaran diri atau kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 10

b. Mengelola emosi. Yaitu kemampuan menangani agar perasaan dapat terungkap dengan pas atau selaras e. Membina hubungan. Adalah mampu mengenali emosi masing-masing individu dan mengendalikannya. Sebelum hingga tercapai dapat mengendalikan emosi keseimbangan dalam diri orang lain, seseorang harus individu. mampu mengendalikan c. Memotivasi diri sendiri. Yaitu kemampuan untuk menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan. d. Mengenali emosi orang lain. Kemampuan untuk mengenali orang disebut juga empati. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyalsinyal sosial yang emosinya sendiri dan mampu berempati. Individu yang hebat dalam membina hubungan dengan orang lain akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Menurut Goleman (2009:7), asal kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti tersembunyi yang menggerakkan, bergerak, ditambah mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain keluar awalan e- untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan dari kesusahannya. bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 11

emosi, emosi memancing tindakan (Kecerdasan emosional dan akar dorongan untuk bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah dengan seketika. Menurut Goleman adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta (2009:45) kecerdasan emosi merujuk kecerdasan emosi sebagai pada kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan sebuah sumber energi manusia, informasi, hubungan, dan menghadapi frustasi, pengaruh). mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, dan berempati. Cooper dan Sawaf (dalam Efendi, 2005 : 172) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagaimana di bawah ini : Emotional Intelligence is the ability to sense, understand, and effectivelly apply the power and acumen of emotions as a source of human energy, information, connection, and influence. Menurut Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2009 : 513) kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Seperti dikatakan oleh Doug Lennick seorang executive vice president di Amerika Express Financial Services (dalam Goleman, 2009 : 36) bahwa yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan ketrampilan intelektual, Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 12

tetapi orang memerlukan kecakapan emosi untuk Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan memanfaatkan potensi bakat mereka secara maksimal, jadi tingkat-tingkat sesuatu kesahihan instrumen kecerdasan emosional dapat membantu seseorang dalam (Arikunto, 2006). Pengukuran validitas dalam menggunakan kemampuan penelitian ini menggunakan kognitifnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara maksimum. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu menghadapi tantangan dan mempertahankan semangat hidup (Patton, 1998). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Validitas dan Reliabilitas sebanyak 78 orang dengan kriteria 63 orang narapidana laki-laki dan 15 orang narapidana perempuan Pada Penghuni Lapas di Kelas II A Samarinda. validitas isi (content validity) dan validitas item (item validity). Validitas isi mengacu pada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksud untuk diukur dan dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang telah diajarkan (Sugiyono, 2011). Sedangkan cara untuk mengetahui validitas item Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 13

ini yaitu dengan hitung > r tabel (0,194). menggunakan teknik Skala resiliensi yang korelasi corrected item-total correlation. Uji validitas dengan teknik korelasi berjumlah 72 aitem yang diberikan kepada 78 subyek didapatkan 71 aitem yang corrected item-total memenuhi indeks correlation dilakukan diskriminasi aitem dan 1 dengan cara mengorelasikan aitem dinyatakan gugur. masing-masing skor item Realibitas adalah dengan skor total, lalu melakukan koreksi atau perbandingan dengan nilai koefisien korelasi yang overestimasi (r-tabel). Taraf indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Realibilitas kepercayaan yang menunjukkan sejauh mana digunakan dalam uji validitas item pada hasil pengukuran akan tetap konsisten apabila dilakukan penelitian ini adalah 95% pengukuran berulang. dengan jumlah subyek penelitian 78 (N=78). Pada Menurut Arikunto (2006) realibitas menunjuk pada penelitian ini peneliti akan tingkat keterandalan memilih nilai corrected sesuatu, artinya dapat item yang memiliki nilai r Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 14

dipercaya jadi dapat diandalkan. dengan bantuan program SPSS (Statistical Packade for Social Skala resiliensi Science) 20 for Windows. terdapat 1 aitem gugur Pada no 33 dari 72 aitem jumlah keseluruhan, karena nilai r hitungnya lebih besar dari nilai r table yaitu 0,149. HIPOTESIS Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan kecerdasan emosi dari penghuni Lapas Kelas IIA HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data yang dilakukan untuk pengolahan data penelitian adalah dengan menggunakan korelasi product moment untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan resiliensi pada penghuni lapas kelas II A Samarinda. Sebelum dilakukan analisis untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan, terlebih dahulu dilakukan analisis data berupa analisis deskripsi, uji normalitas, dan uji linieritas. Perhitungan statistik dilakukan Samarinda. Uji hipotesis ini mengunakan teknik korelasi product moment dari pearson dengan mengunakan bantuan program SPSS for windows 20. Tabel 11 Hasil Analisis Korelasi Variabel R r 2 p Keterangan Resiliensi * Kecerdasan emosi 0,278 0,077 0,000 Sangat Signifikan Hasil analisis menunjukan bahwa koefisien korelasi r =0,278 dengan p=0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil tersebut dapat Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 15

dilihat bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara resiliensi dengan kecerdasan emosi dari penghuni Lapas Kelas IIA Samarinda. tinggi pula resiliensi pada penghuni lapas Kelas IIA Samarinda begitu juga sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin rendah pula resiliensi pada penghuni Analisis koefisien lapas Kelas IIA Samarinda. Dari determinasi (r 2 ) dengan resiliensi sebesar 0,077. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosi memberikan sumbangan sebesar 70,7% terhadap tingkat resiliensi penghuni Lapas Kelas IIA hasil uji hipotesis di peroleh hasil yaitu terdapat korelasi yang positif dan sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan resiliensi pada penghuni lapas kelas II A Samarinda. Samarinda. SARAN KESIMPULAN Berapa Berdasarkan hasil Berdasarkan penelitian penelitian yang diperoleh, maka yang telah dilakukan, peneliti menemukan hasil bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan resiliensi pada penghuni lapas Kelas IIA Samarinda. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin peneliti ingin mengemukakan beberapa saran, yaitu: 1. Bagi Subjek penelitian, Penelitian ini diharapkan dapat membantu subjek dalam hal ini penghuni lapas Kelas IIA Samarinda untuk Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 16

menyadari bahwa kecerdasan emosi berkontribusi terhadap resiliensi. Pada subjek 3. Bagi peneliti selanjutnya, Peneliti lain dapat mengambil variabel-variabel lain yang senantiasa diharapkan mempengaruhi resiliensi meningkatkan kecerdasan seperti dukungan keluarga, emosi dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan YME sehingga tantangan, hambatan dan kondisi apapun yang dihadapi tidak akan mempengaruhi masalah dalam menjalani pengalaman hidup, sosial ekonomi, dan usia. Skala penelitian untuk mengungkap resiliensi dan kecerdasan emosi dapat dikhususkan lagi sehingga hasil yang didapat lebih memuaskan. kehidupan. 2. Kepada pemerintah khusunya pejabat pengelola Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Samarinda harus dapat melaksanakan pembinaan yang positif dan bermanfaat untuk para narapidana yang bisa di pakai setelah keluar dari lapas. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S., (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Ginanjar, A.,(2007). Rahasia Sukses Membngun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. (ed 33). Jakarta: Arga Maret. Goleman, D., (2009), Emotional Intelligence; Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 17

Lebih Penting dari IQ.,Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama Gottman, John. Joan Deklaire. 2003. Kiat-kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Issacson, B.,(2002)., Characteristics And Enhancement Of Resiliency In Young People. London: University of Wisconsin- Stout. Jakcson, R & Watkin, C., (2004). The Resilience inventory: Seven essential skills for overcoming life s obstacles and determining happiness. Journal Selection and Development Review. 20/6: 13-17. Patton, P, 1998, Kecerdasan Emosional di Tempat Kerja, Alih Bahasa : Zaini Dahlan, Pustaka Delaprata, Jakarta Peters, R.D., Leadbeater, B., & Mc Mahon, J.(2005). Resilience in Children Families, and Communitie. New York: Klewer Academic/ Plenum Publisher. Santrock, J. W. (2003). Adoplescene (Edisi ke-6). Jakarta : Erlangga. Sugiyono,(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta. Williams, N. H., (2007). Prison health and the health of the public: Ties that bind. Community Voice Healthcare for the Underserved. Atlanta: National Center for Primary Care. Website Davis, N. J. (2002 September). Subtance Abuse and Mental Health Services Administration Center for Mental Health Services Division of Program Development, Special Populations & Projects Special Programs Development Branch (301). pp.443-2844. Status of Research and Research-based Programs. [on-line]. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014 dari http://mentalhealth.samhsa.gov/schoolviolence/ Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor,seven keys to finding your inner stregth and overcoming life's hurdles. New York: Broadway Books. Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 18