BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined.

PENGELOMPOKAN CITRA BATIK MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS BERDASARKAN FITUR TEKSTUR DENGAN METODE GLCM

KLASIFIKASI BATIK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRICES (GLCM)

TEMU KEMBALI CITRA UNTUK PENGENALAN BATIK PADA CITRA 2D MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN DAN FUNGSI JARAK CANBERRA

KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES

Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method

IMPLEMENTASI EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRICES (GLCM) UNTUK PENGELOMPOKAN CITRA TENUN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengenalan Pola. K-Means Clustering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI TENUN MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRICES (GLCM)

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

IDENTIFIKASI JENIS KAYU MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION BERDASARKAN FITUR TEKSTUR GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX

BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Journal of Control and Network Systems

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI BIOMETRIK FINGER KNUCKLE PRINT MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI PCA DAN GLCM

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

Atthariq 1, Mai Amini 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA

KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION

BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR

KLASTERISASI PROSES SELEKSI PEMAIN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

JURNAL KLASIFIKASI JENIS TANAMAN MANGGA BERDASARKAN TULANG DAUN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

PENERAPAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK KLASIFIKASI CITRA TENUN BERDASARKAN FITUR TEKSTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR...

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB III METODE PENELITIAN

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM DAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SEGMENTASI CITRA. thresholding

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Tanaman Buah Berdasarkan Fitur Bentuk, Warna dan Tekstur Daun Berbasis Pengolahan Citra dan Learning Vector Quantization(LVQ)

CONTEND BASED IMAGE RETRIEVAL UNTUK PENGENALAN CITRA 2D BATIK MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR WARNA DAN FUNGSI JARAK MINKOWSKI

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pemanfaatan Algoritma FCM Dalam Pengelompokan Kinerja Akademik Mahasiswa

BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

II. TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI DAN ANALISIS SISTEM KLASIFIKASI SONGKET PALEMBANG MENGGUNAKAN STATISTIC, COLOR HISTOGRAM, DAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA CITRA DIGITAL

Bab 2 Tinjauan Pustaka

ARTIKEL PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

DATA MINING. Pertemuan 9. Nizar Rabbi Radliya 3 SKS Semester 6 S1 Sistem Informasi

PENGELOMPOKAN DAMPAK GEMPA BUMI DARI SEGI KERUSAKAN FASILITAS PADA PROVINSI YANG BERPOTENSI GEMPA DI INDONESIA MENGGUNAKAN K-MEANS-CLUSTERING

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang

Galeri Songket Di Palembang BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB III METODE PENEITIAN 3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data citra tenun yang berasal dari beberapa daerah yang ada di indonesia, yakni tenun dari daerah Bali, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan Dan Nusa Tenggara. Data tenun yang digunakan diperoleh dari buku yang berjudul Tenunku dari penulis Ibu Ani Yudhoyono yang berada pada perpustakaan daerah Jawa Tengah beralamat jl. Sriwijaya No. 9 A, Jawa Tengah. Dataset tenun yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 53 buah gambar motif tenun yang tergolong antara lain [] : a. Tenun Bali Motif khas yang dimiliki tenun Bali yaitu motif klasik tenun sutera patola dari Gujarat dengan pewarna alami yang diambil dari berbagai jenis tananaman yang terpelihara subur dilingkungan pengrajin tenun. Hanya tiga warna yang digunakan, yaitu kuning, biru, merah dan hitam, tenun Bali menurut masyarakat sekitar dianggap memberi tameng terhadap penyakit, atau kekebalan. Bahkan menyimpan tiga warna suci tersebut di anggap memberi perlindungan. Gambar 3.: Tenun Bali [] 7

8 b. Tenun Sumatra Ciri khas yang terdapat pada tenun Sumatra terdapat pada motifnya yang mengacu pada hasil kebudayaan Melayu, dan unsur-unsur kebudayaan luar yang pernah masuk ke Jambi seperti kebudayaan Jawa, India, China. atar agama Islam yang kuat serta hubungan akrab dengan India dimasa lampau mewarisakan tradisi seni kerajinan tenun yang sangat menarik. Keahlian pada perajin tenun aceh dalam mengerjakan efek sulam pada tenunan, dengan menambahkan benang emas atau benang perak, menghadirkan kain-kain Songket yang pantas dikagumi sebagai mahakarya. Pengaruh kebudayaan luar tersebut telah mengakar cukup kuat dalam kebudayaan pada tiap-tiap daerah di Sumatra. Dibalik keindahan tampilan motif-motif tenun tersebut, terkandung nilai filosofis yang menggambarkan keluhuran budaya Melayu yang berkembang di Sumatra. Gambar 3.: Tenun Jambi [] c. Tenun Sulawesi Keragaman motif tenun di sulawesi semakin diperkaya dengan adanya salah satu senin kerajinan tenun di Donggala. Seni tenun Donggala memiliki enam jenis motif diantaranya adalah Kain palekat Garusu bermotif dominan kotak-kotak, Buya Subi memiliki motif bunga-bunga lepas seperti disulam satu per-satu,

9 Buya Bomba Subi yang menampilkan ragam motif bungabungaan (Bomba) yang dikombinasikan dengan ragam hias teknik songket (Subi), Buya Bomboba Kota menampilkan motif bunga-bungaan berbentuk kotak, Buya Awi, dan motif Buya Bomba yang memiliki ciri ragam motif berbentuk bunga-bungaan yang dibuat dengan teknik ikat dan menggunakan suatu bentuk motif flora sebagai penghias semata. Gambar 3.3: Tenun Sulawesi Buya Bomba Subi [] d. Tenun Kalimantan Tenun Kalimantan tak terpisahkan dengan benang emas karena unggul mutunya karena selain ringan, tahan lama dan warnanya tidak mudah pudar, sehingga tenun Kalimantan dijuluki Kain Benang Emas. Motif yang paling mengemuka adalah bungabunga warna cerah yang senantiasa diberi makna petuah bijaksana. Gambar 3.4: Tenun Kalimantan []

3 e. Tenun Nusa Tenggara Motif tenun Nusa Tenggara terdapat beberapa motif yang pertama motif rincik motif zig zag yang menggunakan benang emas dan didalamnya diberi hiasan motif bentuk Kristal warnawarni. Kedua motif ragi lomak dengan corak garis-garis. Kemudian yang ketiga motif rante motif geometris dengan jalinan rantai menyerupai sarang lebah dan diberi hiasan bunga dan panah. f. Dataset Tenun Gambar 3.5: Tenun Nusa Tenggara [] Dataset tenun yang digunakan sebagai data training antara lain : Tabel 3. Dataset Tenun Kota Asal Jenis Jumlah Dataset Tenun Nusa Tenggara Tenun Songket 5 Bali Tenun Songket 4 Sulawesi Tenun Ikat/Songket 9 Kalimatan Tenun Ikat 5 Sumatra Tenun Ikat/Songket 53 Jumlah Dataset 53

3 3. angkah Implementasi Sistem 3.. Ekstraksi fitur citra tenun menggunakan GCM angkah-langkah ekstraksi fitur citra tenun menggunakan GCM adalah :. Membuat area kerja matriks dari citra tenun.. Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. 3. Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. 4. Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya untuk menjadikannya simetris. 5. Normalisasi matriks untuk mengubahnya ke bentuk probabilitasnya. 6. Menghitung nilai fitur ekstraksi dari normalisasi yang didapat. 3.. Pencocokan citra tenun menggunakan algortima k-means Data dari fitur-fitur tekstur yang telah diperoleh dikelompokkan kedalam cluster yang memiliki kemiripan karakteristik dari setiap fitur-fitur tekstur yang diperoleh. Pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan perhitungan jarak Euclidean dengan algoritma k-means untuk mengetahui jarak terdekat dari citra. 3.3 Validasi Cluster Validitas cluster dilakukan dengan menggunakan metode daviesbouldin index (DBI) dari data clustering yang didapat untuk mengetahui seberapa baik kemurnian cluster yang dihasilkan dari proses clustering dan purity untuk mengetahui kualitas (kemurnian) cluster yang dihasilkan.

3 3.4 Desain Blok Diagram Sistem Data Citra Tenun Ekstraksi fitur tekstur menggunakan GCM :. Membuat area kerja matriks.. Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. 3. Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. 4. Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya untuk menjadikannya simetris. 5. Normalisasi matriks untuk mengubahnya ke bentuk probabilitasnya. 6. menghitung fitur-fitur ekstraksi Data hasil ekstraksi Mengklasifikasikan citra tenun menggunakan algoritma k-means Hasil Gambar 3.6: Diagram Sistem angkah kerja dari CBIR adalah dengan melakukan ekstraksi fitur tekstur terhadap dataset citra yang digunakan, yakni citra tenun menggunakan algoritma GCM. Sebelum melakukan penghitungan untuk mengetahui nilai dari fitur-fitur tekstur, citra tenun terlebih dahulu dibuat

33 kedalam bentuk matrik untuk menentukan hubungan spasial antara piksel referensi dengan piksel tetangga dari empat sudut yang berbeda, yakni sudut, 45, 9 dan 35. Dari penentuan hubungan spasial antar piksel tersebut akan diperoleh empat matrik kookurensi dengan empat sudut yang berbeda. Untuk membuat matrik kookurensi tersebut menjadi simetris, dilakukan penjumlahan antara matrik kookurensi dengan matrik hasil transposenya. Untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, hasil penjumlahan matrik sebelumnya perlu dinormalisasikan sehingga jumlahnya bernilai. Matrik hasil normalisasi inilah yang akan digunakan untuk menghitung fitur-fitur tekstur dari citra tenun. Hasil dari fitur-fitur tekstur yang diperoleh akan dikelompokkan menggunakan algoritma k- means dengan perhitungan jarak euclidean. Pengelompokan dilakukan dengan menghitung jarak euclidean dari setiap fitur-fitur tekstur dataset citra tenun. Jarak hasil perhitungan yang diperoleh dikelompokkan kedalam cluster yang memiliki kedekatan jarak yang sama. Semakin kecil jarak yang diperoleh maka citra tersebut memiliki tingkat kemiripan semakin besar. 3.5 Contoh Perhitungan a). angkah - langkah ekstraksi fitur tekstur menggunakan GCM. ). Membuat area kerja matriks. Matrik [ ] Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga,,,

34,,,,,, ). Menentukan hubungan spasial antara piksel referensi dengan piksel tetangga, untuk nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan sudut θ adalah : Citra asli 3). Menghitung jumlah kookurensi antara citra asli dengan area kerja matrik Nilai piksel referensi dan Nilai piksel tetangga, kemudian mengisikannya pada jumlah pasangan piksel (matrix framework). 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya agar menjadi matriks yang simetris. Matriks dari jumlah pasangan piksel kemudian ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. 4 [ ] + [ ] [ ] 5). Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai elemen untuk masing-masing piksel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial.,333,83,83

35 [ 4 ],83,83,83,83,67 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisasi didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM.. ASM ASM (GCM(i, j)) ASM,333 +,83 +,83 +,83 + +,83 +,83 +,83 +,67 ASM, +,6 +,6 +,6 + +,6 ASM,73 +,6 +,6 +,7. Kontras Kontras n { GCM(i, j) n i j n } i j GCM(i, j) i j Kontras ( x,333) + ( x,83) + ( x,83) + ( x,83) + ( x ) + ( x,83) + ( x,83) + ( x,83) + ( x,67) Kontras +,83 +,33 +,83 + +,83 +,33 +,83 + Kontras,996 3. IDM IDM (GCM(i, j)) + (i j)

36 IDM (,333 ) + (,83,83 + +( ) ) + ( +( ) ) + (,83 ) + ( + + ) + (,83 +( ) ) + (,83 ) + + (,83) + + (,67) + IDM,8 +,34 +,3 +,34 + +,34 IDM,549 +,3 +,34 +,79 4. Entropi Entropi (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) Entropi ( (,333) log (,333)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( () log ()) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,67) log (,67)) Entropi ( (,333) x (,477)) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83)x (,8)) + ( ()x ( )) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83) x (,8)) + ( (,67) x (,777)) Entropi,588 +,897 +,897 +,897 + +,897 Entropi,867 5. Mean μ i μ j +,897 +,897 +,97 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ i ( x,333 ) + ( x,83 ) + ( x,83) + ( x,83 )

37 + ( x ) + ( x,83 ) + (3 x,83 ) +(3 x,83 ) + (3 x,67 ) μ i,333 +,83 +,83 +,66 + +,66 +,49 +,49 +,5 μ i,83 μ j ( x,333 ) + ( x,83 ) + (3 x,83) + ( x,83 ) + ( x ) + (3 x,83 ) + ( x,83 ) +( x,83 ) + (3 x,67 ) μ j,333 +,66 +,49 +,83 + +,49 +,83 +,66 +,5 μ j,83 6. Varian σ i σ j GCM(i, j) (i μ i ) GCM(i, j) (j μ j ) σ i (,333 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (,83)) + ( x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (3,83)) + (,83 x (3,83)) + (,67 x (3,83)) σ i,9 +,57 +,57 +, + +, +,3 σ i,8 +,3 +,8 σ j (,333 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (3,83)) + (,83 x (,83)) + ( x (,83)) + (,83 x (3,83))

38 + (,83 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,67 x (3,83)) σ j,9 +, +,3 +,57 + +,3 +,57 +, +,8 σ j,794 7. Korelasi dengan standart deviasi i σ i σ i dan standart deviasi j σ j σ j Korelasi (ij)(gcm(i,j) μ i μ j σ i σ j (i μi )(j μj )(GCM(i,j)) σ i σ j Korelasi ((,83)x (,83)x(,333)) (,8) x (,794) ((,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((,83)x (3,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((,83)x (,83)x()) + (,8) x (,794) ((,83)x (3,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((3,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794)

39 ((3,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((3,83)x (3,83)x(,67)) + (,8) x (,794) Korelasi,8 + (,45) + (,63) +,45 + +,63 +(,63) + (,63) + 8 Korelasi,36 b). angkah-langkah ekstraksi fitur pada matrik ke-. ). Membuat area kerja matriks. Matrik [ ] 3 Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga 3,,,,3,,,,3,,,,3 3 3, 3, 3, 3,3 ). Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan θ : Piksel asli 3 3). Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja.

4 Jumlah pasangan piksel (matrix framework) 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya agar menjadi matriks yang simetris. Matriks dari jumlah pasangan piksel kemudian ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. [ ] + [ ] [ ] 5). Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai elemen untuk masing-masing piksel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial. [ ],67,83,67,67,83,83,67,67 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisas didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM. Dengan cara perhitungan fitur GCM yang sama dengan matrik maka diperoleh hasil fitur matrik yaitu :

4. ASM ASM ASM,53 (GCM(i, j)). Kontras Kontras i j i j GCM(i, j) Kontras,33 3. IDM IDM IDM,634 (GCM(i, j)) + (i j) 4. Entropi Entropi Entropi,976 (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) 5. Mean μ i μ j μ i,5 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ j,334 6. Varian σ i GCM(i, j) (i μ i )

4 σ j σ i, GCM(i, j) (j μ j ) σ j,838 7. Korelasi standart deviasi i σ i σ i standart deviasi j σ j σ j Korelasi (i μi )(j μj )(GCM(i, j)) σ i σ j Korelasi,87 c). angkah-langkah ekstraksi fitur pada matrik 3. ). Membuat area kerja matriks. 4 Matrik 3 [ 3] 4 Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga 3 4,,,,3,4,,,,3,4,,,,3,4 3 3, 3, 3, 3,3 3,4 4 4, 4, 4, 4,3 4,4

43 ). Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan θ : Piksel asli 4 3 4 3). Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. Jumlah pasangan piksel (matrix framework) 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposeenya untuk menjadikannya simetris. Matriks yang diperoleh ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. + [ ] [ ] [ ] 5). Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai

44 elemen untuk masing-masing piksel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial [ ],7,7,,7,7,,,, 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisas didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM. Dengan cara perhitungan fitur GCM yang sama dengan matrik maka diperoleh hasil fitur matrik 3 yaitu :. ASM ASM ASM, (GCM(i, j)). Kontras Kontras i j i j GCM(i, j) Kontras 4,4 3. IDM IDM IDM,3688 (GCM(i, j)) + (i j) 4. Entropi

45 Entropi Entropi,9 (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) 5. Mean μ i μ j μ i,9 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ j 9 6. Varian σ i σ j σ i,7 GCM(i, j) (i μ i ) GCM(i, j) (j μ j ) σ j,5 7. Korelasi standart deviasi i σ i σ i standart deviasi j σ j σ j Korelasi (i μi )(j μj )(GCM(i, j)) σ i σ j Korelasi 5,66

46 d). angkah-langkah ekstraksi fitur pada matrik 4. ). Membuat area kerja matriks. 3 Matrik 4 [ 3 3 ] Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga 3,,,,3,,,,3,,,,3 3 3, 3, 3, 3,3 ). Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan θ : Piksel asli 3 3 3 3). Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. Jumlah pasangan piksel (matrix framework)

47 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposeenya untuk menjadikannya simetris. Matriks yang diperoleh ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. [ ] + [ ] [ ] 5). Normalisasi matriks untuk mengubahnya ke bentuk probabilitasnya. Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai elemen untuk masing-masing sel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial. [ ],67,8,8,67,8,8,8,8,67 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisas didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM. Dengan cara perhitungan fitur GCM yang sama dengan matrik maka diperoleh hasil fitur matrik 4 yaitu :. ASM ASM ASM, (GCM(i, j))

48. Kontras Kontras i j i j GCM(i, j) Kontras 3,96 3. IDM IDM IDM,53 (GCM(i, j)) + (i j) 4. Entropi Entropi Entropi,96 (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) 5. Mean μ i μ j μ i,696 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ j,696 6. Varian σ i σ j σ i,335 GCM(i, j) (i μ i ) GCM(i, j) (j μ j )

49 σ j,335 7. Korelasi standart deviasi i σ i σ i standart deviasi j σ j σ j Korelasi (i μi )(j μj )(GCM(i, j)) σ i σ j Korelasi,57 e). Proses Klusterisasi. Tabel 3. Fitur GCM Matrik ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,73,996,549,867,36,53,33,634,976 -,87 3, 4,4,3688,9-5,66 4, 3,96,53,96 -,57 Tabel 3. diatas berisi nilai fitur GCM untuk pengukuran yang digunakan adalah jarak Euclidean, dengan cluster (k) dan ambang batas untuk perubahan fungsi objektif adalah,. Dalam menghitung K- Means langkah pertama yang dilakukan adalah:. Inisialisasi

5 Memilih K data sebagai Centroid awal, misal data ke dan sebagai Centroid awal. Nilai fungsi objektif awal.. Iterasi Menghitung jarak setiap data ke centroid terdekat menggunakan Euclidean Distance. a) Data ke- d(x - C) n (x c ) (,73,73) + (,996,996) +(,549,549) + (,867,867) +(,36,36) d(x - C) (,73,53) + (,996,33) b) Data ke- d(x - C ) +(,549,634) + (,867,976) +(,36 (,87)),4 +,7848 +,83 +,8 +,,45 n (x c ),45 d(x - C) n (x c ) c) Data ke-3

5 d(x3 - C) n (x 3 c ) (,,73) + (4,4,996) +(,3688,549) + (,9,867) (( 5,66),36),8 +,68 +,457 +,9 + 56,7685 6,383 d(x3 - C) n (x 3 c ) (,,53) + (4,4,33) +(,3688,634) + (,9,976) (( 5,66),87), + 4,849 +,93 +, + 48,3 5,887 d) Data ke-4 d(x4 - C) n (x 4 c ) (,,73) + (3,96,996) +(,53,549) + (,96,867) ((,57),36),6 + 4,4 +,3 +,79 +,683,67 d(x34 - C) n (x 4 c ) (,,53) + (3,96,33) +(,53,634) + (,96,976)

5 ((,57),87),9 +,583 +, + +,59,643 Setelah menghitung masing-masing jarak data dengan Centroid awal yang sudah di tentukan yaitu data ke dan, kemudian didapatkan hasil yang di tunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Kelompok Cluster Iterasi Data ke- Jarak ke Centroid Terdekat Cluster yang diikuti,45,45 3 6,383 5,887 5,887 4,67,643,643 3. Selanjutnya menentukan centroid baru dengan menghitung nilai rata-rata dari data yang ada pada centroid yang sama. a) Cluster anggota Data anggota Tabel 3.4 Kelompok Cluster ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,73,996,549,867,36

53 b) Cluster 3 anggota Data anggota Tabel 3.5 Kelompok Cluster ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,53,33,634,976 -,87 3, 4,4,3688,9-5,66 4, 3,96,53,96 -,57 4. Hasil yang di dapatkan dari kedua Cluster tersebut membentuk Centroid baru yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.6 Centroid Baru Centroid ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,73,996,549,867,36,3,578,6,98-5,3 5. Selanjutnya dihitung nilai fungsi objektif yang didapat dari Euclidean distance antara setiap data dengan Centroid dari Cluster yang diikuti. a) Data ke-. d(x - C) n (x c ) (,73,73) + (,996,996) +(,549,549) + (,867,867)

54 +(,36,36) b) Data ke-. d(x - C) (,53,3) + (,33,578) +(,634,6) + (,976,98) +((,87) ( 5,3)),4 +,65 +,39 + + 7,96 5, c) Data ke-3. d(x3 - C) (,,3) + (4,4,578) +(,3688,6) + (,9,98) +(( 5,66) ( 5,3)), + 3,36 +,58 + + 7,39,5 d) Data ke-4 d(x4 - C) (,,3) + (3,96,578) +(,53,6) + (,96,98) +((,57) ( 5,3)),8 +,68 +,53 + + 6,47 5,7 6. Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 3.7 Hasil Nilai Fungsi Objektif Data ke-i Cluster Cluster

55 5, 3,5 4 5,7 Dari nilai fungsi objektif pada Cluster dan Cluster seperti yang ditunjukan pada tabel 3.7 diatas, didapatkan hasil penjumlahan nilai fungsi objektif,9. Dan untuk perubahan fungsi objektif didapat,9 79,86. Jika perubahan fungsi objektif masih diatas ambang batas yang ditetapkan, maka dilanjutkan ke Iterasi selanjutnya.