BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terbesar indonesia bersumber dari sektor pajak. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALI NAMA KENDARAAN BERMOTOR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penurunan Kemacetan di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 059 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat)

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstrak. Kata kunci: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak kendaraan, daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 096 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon (022) Faks (022) BANDUNG 40115

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI)

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Pada umumnya negara. pendapatan yang besar untuk kesejahteraan kehidupan

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

210 TAHUN 2015 PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 056 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan. pemerintahan daerah otonom. Pemberlakuan Otonomi daerah sejak

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peranan serta wajib pajak untuk secara langsung dan sama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung jawab atas pelaksanaan pemungutan pajak sebagai cermin kewajiban masyarakat itu sendiri pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah (UU Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan UU Nomor 18 tahun 1997) Afrizal (2009: 48). Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasil digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan didaerah. 1

Pajak daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Adapun data penerimaan pajak daerah pada 3 tahun terakhir di Dinas Pendapatan Provinsi Riau yaitu tertulis pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Daftar Jumlah Pajak Daerah Pada Periode Tahun 2010-2012 No Jenis Penerimaan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1 Pajak Kenderaan Bermotor 453.968.499.435,00 547.180.491.055,00 672.275.214.574,00 Sedan, jeep, station wagon (pribadi) 145.813.789,00 187.911.703.733,00 227.811.956.124,00 Sedan, jeep, station wagon (umum) 1.163.902.665,00 1.115.286.594,00 1.118.760.474,00 Bus, micro bus (pribadi) 15.196.804.181,00 8.525.248.755,00 11.102.256.543,00 Bus, mikro bus (umum) 1.053.029.693.00 1.658.887.880,00 1.067.197.132,00 Truck, pick up (pribadi) 134.787.696.482,00 161.780.414.475,00 189.874.261.061,00 Truck, pick up (umum) 11.099.191.251,00 14.712.273.946,00 22.796.963.141,00 Kenderaan khusus (pribadi) 101.033.280,00 20.557.505.00 39282.870,00 Kenderaan khusus (umum) 65.536.949,00 - - Kenderaan bermotor roda 2 143.391.656.857,00 170.239.242.923,00 171.847.545.201,00 Kenderaan bermotor roda 3 116.158.500,00 7.258.069,00 5.594.487,00 Alat-alat berat dan alat-alat besar 1.179.700.384,00 1.209.617.175,00 1.568.352.491,00 2 Pajak kenderaan di air 14.020.650,00 135.685.100,00 43.045.050,00 Pajak kenderaan di air 14.020.650,00 135.685.100,00 43.045.050,00 3 Bea balik nama kenderaan bermotor 578.097.462.751,00 807.819.817.824,00 815.227.913.932,00 Sedan, jeep, station wagon (pribadi) 181.859.659.910,00 256.060.082.790,00 302.421.893.368,00 Sedan, jeep, station wagon (umum) 509.046.600,00 496.945.347.00 1.716.017.546,00 Bus, micro bus (pribadi) 2.106.583.904,00 2.167.467.587,00 2.737.772.132,00 Bus, micro bus (umum) 574.137.365,00 2.886.118.837,00 1.027.771.400,00 Truck, pick up (pribadi) 116.170.672.408,00 170.978.158.641,00 192.129.507.657,00 Truck, pick up (umum) 17.671.300.632,00 20.379.751.955,00 53.114.143.593,00 Kenderaan khusus (pribadi) 982.600,00 34.447.000,00 53.418.500.600 Kenderaan khusus (umum) - 1.224.000,00 - Kenderaan bermotor roda 2 259.104.982.641,00 354.157.624.269,00 261.039.481.557,00 Kenderaan bermotor roda 3 1.632.000,00 6.375.000,00 5.763.000,00 Alat-alat berat dan alat-alat besar 98.464.691,00 651.622.358,00 982.145.179,00 4 Bea balik nama kenderaan di air - - - Bea balik nama kenderaan di air - - - 5 Pajak bahan bakar kenderaan 585.265.853.836,24 323.654.556.974,00 375.947.396.685,00 bermotor Premium 133.904.941.481,00 152.154.380.708,00 172.421.229.706,00 Pertamax 1.633.311.820,00 3.774.761.022,00 5.920.266.996,00 Solar 188.116.303.673,00 220.018.254.955,00 406.924.357.134,24 2

6 Pajak air permukaan / air bawah tanah 58.456.441.783,00 42.538.498.482,47 30.826.768.620,00 Pajak air permukaan 46.333.031.757,00 42.538.498.482,47 30.826.768.620,00 Air bawah tanah 12.123.410.026,00 - - 7 Pendapatan denda pajak 43.363.181.650,00 54.164.769.632,00 59.998.037.288,00 Denda PKB 42.750.998.364,00 53.254,643.183,00 58.807.240.093,00 Denda pajak BBN-KB 610.216.494,00 899.377.123,00 1.131.773.137,00 Denda pajak kenderaan di air - 1.349.758,00 92.500,00 Denda pajak bea balik nama kenderaan di - - - air Denda pajak air permukaan 557.850,00 399.508,00 58.931.558,00 Denda pajak air bawah tanah 1.408.942,00 - - JUMLAH 1.457.554.163.243,00 1.827.786.658.778,47 2.118.593.788.250,24 Sumber: Dinas Pendapatan Provinsi Riau, 2013 Dengan adanya pendapatan asli daerah sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah yaitu penerimaan yang sepenuhnya dari daerah itu sendiri. Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber pembiyaan pemerintah daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini di harapkan dan di upayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang bersal dari daerah sendiri sehingga akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat di gunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Dengan ini akan semakin memperbesar keleluasan daerah untuk mengarahkan penggunaan keungan daerah sesuai dengan rencana, yang berguna untuk memenuhi kebutuhan daerah yang bersangkutan. Dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah, maka daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah 3

pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Namun, tidak semua daerah memiliki kekayaan alam. Hal ini tentu akan membuat daerah yang kaya akan potensi daerah yang memiliki akan semakin maju yang mana tentunya bertolak belakang bagi daerah yang memiliki potensi yang kurang. Kiranya dengan asas ini pemerintah perlu memberikan jalan keluar agar seluruh daerah yang ada di Indonesia berkembang secara merata. Di dalam undang-undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendataan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak. Pendapatan asli daerah sendiri terdiri dari: a. Pajak daerah b. Retribusi daerah c. Hasil perusahaan untuk daerah d. Kekayaan daerah yang di pisahkan e. Dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Pemungutan pajak daerah ini merupakan salah satu cara meningkatkan pendapatan asli daerah dan pemungutan ini di kenakan kepada anggota masyarakat wajib pajak dan badan sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan. Sumber pendapatan daerah menurut undang-undang No 18 tahun 1997 dan undang-undang No 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berasal dari pungutan pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota, salah satu pungutan pajak daerah yaitu pajak kenderaan bermotor yaitu pajak atas 4

kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Jadi, wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaran bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan tehnik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak. Pemungutan PKB didasarkan pada undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 dan peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah. Selain itu penerapan PKB pada suatu daerah provinsi didasarkan pada peraturan daerah provinsi yang bersangkutan yang merupakan landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan PKB didaerah provinsi yang bersangkutan serta keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor pada provinsi dimaksud. 5

6

7

Dari tabel diatas menerangkan tentang data penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tiga tahun terakhir di Dinas Pendapatan Provinsi Riau masih bersifat fluktuatif (naik turun). Penurunan penerimaan tersebut Dapat dilihat pada tahun 2011 hanya 103,22 % di bandingkan pada tahun 2012 dan 2010. Ini dikarenakan banyak masyarakat yang menolak membayar pajak, karena ketidak puasan masyarakat atas pelayanan dan mekanisme pajak, juga kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak serta masyarakat beranggapan bahwa uang pembayaran pajak mereka takut dikorupsi oleh pegawai pajak sendiri (Mardiasmo 2009:8). Adapun hambatan dalam pemungutan pajak yaitu: 1. Perlawanan pasif Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain: a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat. b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat. c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. 2. Perlawanan aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Berikut ini antara lain: a. Tax acoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang. 8

b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak) Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti masalah pajak kendaraan bermotor khususnya yaitu untuk meningkatkan penerimaan Pajak Kenderaan Bermotor (PKB). Hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi terhadap pembayaran pajak kenderaan bermotor (PKB) pada kantor Dinas P endapatan Provinsi Riau. Sehingga wajib pajak perlu menyadari bahwa pentingnya pembayaran pajak kenderaan bermotor agar peningkatan pendapatan daerah lebih baik. Selama ini masyarakat selalu dilihat dari sisi kewajibannya, maka paradigma baru yang berkembang pada saat ini adalah hak pajak dan retribusi dari masyarakat untuk menuntut adanya penigkatan pelayanan. Berkaitan dengan realisasi penerimaan yang belum optimal khusunya di sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), maka dalam rangka mengatasi masalah tersebut penulis sangat tertarik untuk mengambil sebuah penelitian dengan judul STRATEGI PENIGKATAN PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DIPENDA PROVINSI RIAU. 9

I.2. RUMUSAN MASALAH Dengan adanya latar belakang masalah bahwa yang ada pada dinas pendapatan Provinsi Riau, dapat dirumskan permasalahan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana strategi menigkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) pada Dinas Pendapatan Provinsi Riau. b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi belum optimalnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya disektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada Dinas Pendapatan Provinsi Riau. I.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.3.1. Tujan Penelitian a. Untuk menganalisis strategi peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Provinsi Riau. b. Untuk mengetahui faktor-faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap belum optimalnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PK B) pada Dinas Pendapatan Provinsi Riau. 10

I.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah: a. Untuk kantor Dinas Pendapatan Provinsi Riau. dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kantor dinas pendapatan provinsi riau guna menjalankan penerapan pemungutan pajak kendaraan bermotor. b. Untuk penulis Aspek pengembangan ilmu dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu terutama dibidang perpajakan. c. Untuk lembaga pendidikan Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan I.4. METODE PENELITIAN I.4.1. Lokasi Penelitian Adapun tempat pelaksanaan Penelitian yaitu di kantor Dinas Pendapatan Propinsi Riau yang terletak di Jl. Jend. Sudirman No 6. I.4.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Provinsi Riau yaitu pada bulan September-Desember tahun 2013. 11

I.4.3. Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah: a) Data Primer Data Primer yaitu Data diperoleh secara langsung dari sumbernya dengan cara observasi dan wawancara dengan pegawai kasi penerimaan pajak daerah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi riau. b) Data Sekunder Data Skunder yaitu Data yang diperoleh dari sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang sedang di teliti seperti buku-buku, dokumen-dokumen ataupun referensi lainnya yang memiliki relevansi dengan pembahasan yang penulis teliti pada saat ini. I.4.4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a) Metode wawancara Penulis melakukan wawancara, yaitu tanya jawab langsung dengan karyawan/staff kasi penerimaan pajak daerah, dan wajib pajak (masyarakat) untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini 12

b) Metode observasi Dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung dikantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Riau yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. I.4.5. Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa Kualitatif Deskriftif. Yaitu, menganalisa data-data berdasarkan persamaan jenis dari data tersebut, kemudian diuraikan antara suatu data dengan data yang lainnya. Sehingga diperoleh gambaran umum yang utuh tentang masalah yang diteliti I.5. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini, penulis membaginya menjadi beberapa BAB dan masing-masing BAB dibagi dengan uraian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM Pada bab ini akan diuraian mengenai sejarah singkat berdirinya kantor dinas pendapatan daerah Provinsi Riau, visi 13

dan misi, struktur organisasi serta uraian tugas dari masingmasing bidang yang ada di instansi tersebut. BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK Pada bab ini akan diuraikan tentang pengertian dari pajak pusat, pengertian pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah, tarif pajak daerah, pemungutan dan pembayaran pajak daerah, fungsi pajak, tata cara pemungutan pajak, manfat pajak, pengelompokan pajak, tinjauan pajak dalam islam, pengertian strategi, manajemen strategi, pengertian peningkatan, pengertian penerimaan, pengertian pajak kenderaan bermotor, pengertian pendapatan asli daerah dan sumber-sumber pendapatan asli daerah. BAB IV PENUTUP Bab ini adalah bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang dikemukakan atas dasar penelitian yang telah dilakukan. 14