PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. serangkaian situasi dan digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau jawa mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,


BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Transkripsi:

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA 30-50 TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: RATIH DWI SEPTIYANI J 210080107 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Jumlah kasus hipertensi meningkat secara sangat signifikan dari tahun ke tahun. Hipertensi atau tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di Amerika (Fields LE. et al., 2004). Diperkirakan pada tahun 2025 di negara berkembang terjadi peningkatan kasus hipertensi sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15 milyar. (Armilawaty et al., 2007). Hipertensi merupakan faktor risiko utama kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Peningkatan umur harapan hidup dan perubahan gaya hidup meningkatkan faktor risiko hipertensi di berbagai negara. Hipertensi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. (Depkes RI, 2009)

Angka kejadian atau prevalensi hipertensi di Indonesia menurut beberapa hasil survey adalah sekitar 5-10% pada orang dewasa dan akan lebih dari 20% pada kelompok umur 50 tahun ke atas. Penderita hipertensi lebih banyak pada perempuan yaitu 37% dari pada laki-laki hanya 28%. (Karnadi, 2007) Hipertensi dibagi menjadi tiga derajat, menurut JNC-VI yaitu derajat I (ringan), derajat 2 (sedang) dan derajat 3 (berat). Penentuan derajat hipertensi sangat bermanfaat untuk menentukan pengobatan hipertensi. (Manjoer et al., 2001) Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 45 tahun ke atas namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. (Wolf, 2006) Beberapa hal yang dapat memicu tekanan darah tinggi adalah ketegangan, kekhawatiran, status social, kebisingan, gangguan dan kegelisahan. Pengendalian pengaruh dan emosi negative tersebut tergantung juga pada kepribadian masing-masing individu. Pasien yang menderita penyakit hipertensi biasanya mengalami penurunan derajat atau kenaikan derajat. Hipertensi dapat dipengaruhi oleh gaya hidup (merokok, minum alkohol), stress, obesitas (kegemukan), kurang olahraga, keturunan dan tipe kepribadian. (Wolf, 2006)

Menurut Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (2000) Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan si individu. Perbedaan faktor individu (kepribadian) mempengaruhi perilaku dan gaya hidup. Hal-hal tersebut mempengaruhi tingkat atau derajat hipertensi pasien. Tipe kepribadian berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi karena dilihat dari cara seseorang menggunakan koping stressnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ray Rosenman & Meyer Friedman, dua orang ilmuan kardiologi, menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara tipe kepribadian yang berdasarkan pola perilaku yaitu tipe A dan tipe B dengan penyakit kardiovaskuler. (Robbins, 2003) Menurut Rosenman dan Friedman dalam Wolf (2006), Kepribadian tipe A memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran rendah, tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang tinggi untuk bersaing, agresif, dan mudah marah. Kepribadian tipe B memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, santai dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang rendah untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang rendah untuk bersaing, kurang agresif, dan tidak mudah marah. Pada umumnya seseorang berada di antara kedua tipe tersebut, dengan menyadari berkembangnya kecenderungan stress dalam diri individu dapat menolong mengurangi resiko terhadap stress. (Karnadi, 2007)

Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu. (Robbins, 2003) Menurut Sher, Kepribadian jenis - baik tipe A dan tipe D - menyebabkan tanggapan yang tidak sehat untuk stres psikologis sehari-hari. (Kumar & Goel, 2008) Menurut Regland dan Brand, Kepribadian tipe A, kecemasan dan hypervigilance diarahkan keluar sebagai kompetitif, agresif, mudah tersinggung, dan kadang-kadang perilaku bermusuhan. Tipe kepribadian A memiliki mendapat perhatian sebagai faktor risiko kardiovaskular potensi selama dua dekade, hasinya tipe kepribadian ini benar-benar berhubungan dengan kejadian kardiovaskular. (Kumar & Goel, 2008) Puskesmas Gilingan merupakan salah satu puskesmas di Surakarta. Hipertensi merupakan penyakit ketiga terbesar setelah ISPA dan arthritis di puskesmas gilingan berdasar rekam medis di puskesmas Gilingan Surakarta pada tahun 2008. Jumlah pasien hipertensi di puskesmas Gilingan Surakarta sebanyak 75 orang (13,5 %) pada bulan Januari sampai Agustus 2009. Pasienpasien tersebut cenderung berjenis kelamin wanita yang berumur 30-60 tahun, yaitu sebesar 60%. Pasien hipertensi di Puskesmas Gilingan Surakarta mayoritas selalu berkunjung dengan keluhan yang sama yang mengarah ke tanda dan gejala

hipertensi. Wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap pasien hipertensi di Puskesmas Gilingan Surakarta, ternyata 12 dari 20 pasien mengatakan bahwa dirinya cenderung mudah marah, kompetitif, memiliki ambisi yang kuat dan suka tergesa-gesa. Beberapa pola perilaku tersebut mengarah ke tipe kepribadian tipe A. Pasien-pasien tersebut juga memiliki derajat hipertensi yang berbeda-beda. Faktor psikologis, misalnya emosi-emosi negatif terjadi seperti marah dan cemas, juga merupakan faktor resiko terjadinya gangguan kardiovaskuler. Pola perilaku tersebut diidentifikasikan suatu pola kepribadian disebut pola perilaku tipe A (type A Behavior Paterrn). (Nevid et al., 2005) Hipertensi memang tidak dapat disembuhkan tetapi hipertensi dapat dikontrol sehingga pasien hipertensi tetap dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan mengurangi komplikasi. (Wolf, 2005) Bertitik tolak pada hal-hal di atas maka peneliti ingin mengetahui tipe kepribadian dan derajat hipertensi pasien hipertensi tersebut, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Wanita Usia 30-50 Tahun di Puskesmas Gilingan Surakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini: Adakah pengaruh tipe kepribadian dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi wanita usia 30-50 tahun di puskesmas Gilingan Surakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui adakah pengaruh tipe kepribadian dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi wanita usia 30-50 tahun di puskesmas Gilingan Surakarta. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tipe kepribadian pada pasien hipertensi wanita usia 30-50 tahun di puskesmas Gilingan Surakarta. b. Untuk mengetahui derajat hipertensi pada pasien hipertensi wanita usia 30-50 tahun di puskesmas Gilingan Surakarta. c. Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh antara tipe kepribadian dan derajat hipertensi pada pasien hipertensi wanita usia 30-50 tahun di puskesmas Gilingan Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada berbagai kalangan pendidikan mengenai pengaruh antara tipe kepribadian dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi. 2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memberikan tambahan masukan yang dapat dipakai oleh pemberi pelayanan kesehatan di puskesmas Gilingan Surakarta sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan disesuaikan dengan tipe kepribadian masing-masing dalam upaya peningkatan kesehatan pada masyarakat.

3. Bagi Peneliti Dapat dipakai sebagai dasar untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi serta mengembangkan wawasan peneliti dalam bidang penelitian di klinik. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini belum ada yang meneliti sehingga penelitian di bawah ini adalah penelitian yang hampir sama, yaitu: 1. Hasurungan (2002) Faktor faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan hipertensi. Sampel dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia secara rancangan stratifikasi proporsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada responden di Kota Depok sebesar 57.4%. Berdasarkan analisis didapatkan hasil sebagai berikut bahwa responden dengan derajat stres tinggi berpeluang mendapat hipertensi 3.02 kali (95% CI: 1.5262-6.0087; p=0.0015) dibandingkan yang derajat stres rendah, dan responden dengan derajat stres sedang berpeluang mendapat hipertensi 2.47 kali (95% CI: 1.3594-4.4900; p=0.0030). Penelitian ini melihat hubungan antara umur, stress dengan hipertensi. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu pada penelitian yang sekarang melihat faktor yang mempengaruhi derajat hipertensi dari tipe kepribadiannya. 2. Sulistiani (2005) mengenai analisis faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas kroya di

kabupaten cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kroya I. Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian dengan desain Case Control Study yang merupakan kejadian epidemiologi analisis observasional. Responden dalam penelitian ini ada 118 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, konsumsi daging, faktor genetik dan faktor stress psikologis merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu pada penelitian yang sekarang melihat faktor yang mempengaruhi derajat hipertensi dari tipe kepribadiannya. 3. Yasinta (2009) mengenai hubungan antara kepribadian dengan hipertensi. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi usia 45-60 tahun di UPTD Puskesmas Mulyorejo, Malang pada bulan Juni 2009. Analisis korelasi menggunakan formula korelasi Product Moment Correlation dengan taraf signifikansi 5%. Analisis menggunakan program SPSS 12.00 for Windows. Hasil penelitian ini didapatkan semakin kepribadian cenderung ke tipe A maka semakin tinggi tingkat kejadian hipertensi. Atau sebaliknya, semakin kepribadian cenderung ke tipe B maka semakin rendah tingkat kejadian hipertensi. Beda penelitian ini dengan penelitian yang sekarang yaitu variabel penelitiannya yaitu bukan angka kejadian hipertensi tetapi lebih difokuskan terhadap derajat hipertensinya.