PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG MAWAR (Rosa damascena Mill.)

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

PERBANYAKAN TANAMAN PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) SECARA GENERATIF DAN VEGETATIF DI PERSEMAIAN

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ)

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk.

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin (GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia)

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata

PENAMBAHAN NAA DAN BAP TERHADAP MULTIPLIKASI SUBKULTUR TUNAS GAHARU

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Setiawan dan Andoko (2005), sistematika tanaman

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth)

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

Repositori FMIPA UNISMA

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TUMBUH DAN DIAMETER STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JERUK NIPIS TANPA BIJI (Citrus aurantifolis S)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Farida Nur Hasanah*, Nintya Setiari* * Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum) di Pottray

3. METODE DAN PELAKSANAAN

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

PENGARUH KONSENTRASI ROOTONE-F TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR STEK DAUN Sansivieria trifasciata lorentii

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP PERKEMBANGAN SUBKULTUR GAHARU

III. BAHAN DAN METODE

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Tipe perkecambahan epigeal

III. METODE PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat dan Bahan Rancangan percobaan Perlakuan Model

PENGARUH MACAM MEDIA TANAM DAN ZAT PENGATUR TUMBUH GROWTONE TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TANAMAN JARAK PAGAR ( Jatropa curcas Linn )

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

Pengaruh Penambahan Hormon Iba Terhadap Pembentukan Akar Stek Pucuk Zaitun (Olea Europaea L.) Dengan Teknik Micro-Cutting

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK ORGANIK AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN INDEKS MUTU BIBIT GAHARU (AQUILARIA MALACCENSIS LAMK) DI PERSEMAIAN

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

Teknik Perbanyakan Jambu Air Citra Melalui Stek Cabang

PROPAGASI BIBIT POHON

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora. Study on Propagation Technique Application of Rhizophora mucronata Using Hypocotyl Cutting System

Transkripsi:

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU ( Aquilaria malaccensis Lamk) (Auksin Effect on the Growth of Natural Breeding Scraped Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Gusniar Purwanti, Togar F. Manurung, Herlina Darwati Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 Email : gusniarpurwanti@gmail.com ABSTRACT Seeds scraped nature is one seed source alternative to breed the type of agarwood (Aquilaria malaccensis Lamk). To support of its growth is very essential role of growth hormone in particular is auxin. The aim of this research is to determine the effect of auxin on the growth of seedlings of natural chum aloes (A. malaccensis Lamk). Treatment of hormone auxin concentration and immersion time gives a good 1effect on the percentage of the speed of life and sprout, for the parameters of leaves just long immersion treatment which gives a good effect. Of all the treatments, the concentration of auxin treatment and a good long soaking the seeds for the growth of natural chum aloes (A. malaccensis Lamk) is a treatment A2B2 (5 gr/200 ml of auxin concentration and soaking time 5 minutes). Keywords: Auxin, Aquilaria malaccensis Lamk, seeds scraped nature. PENDAHULUAN Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) merupakan salah satu tanaman yang memiliki peluang pasar yang sangat besar pada saat ini. Berkembangnya ilmu dan teknologi industri serta berkembangnya paradigma dunia pengobatan untuk kembali memanfaatkan tumbuhan alami (back to nature), gaharu memiliki nilai guna sebagai parfum, kosmetika serta sebagai bahan baku obat herbal, sehingga tumbuhan gaharu dapat dikelompokan sebagai tumbuhan berguna Indonesia (Heyne dalam Sumarna, 2007). Budidaya jenis gaharu dapat dilakukan dengan berbagai cara, dikarenakan potensi dari jenis ini. Budidaya pohon penghasil gaharu dapat dilakukan melalui cara generatif maupun vegetatif. cabutan alam adalah salah satu cara generatif untuk membudidayakan jenis ini. Bibit cabutan alam diperoleh dengan cara mengambil anakan tumbuhan yang ada di alam. Cara pengambilam bibit ini dapat dilakukan dengan cara dicabut langsung dan dengan cara putaran (tanah disekitar bibit digemburkan terlebih dahulu kemudian bibit dicabut). Keberhasilan perkembangbiakan tanaman dengan cara cabutan alam dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor dari tanaman itu sendiri. Faktor lingkungan terdiri dari media tumbuh, suhu, kelembaban, intensitas cahaya matahari dan lain lain. Faktor dari tanaman diantaranya berupa sifat genetik dari tanaman tersebut. Hormon (zat pengatur tumbuh) adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Dalam mendukung keberhasilan pertumbuhan bibit cabutan alam ini peran hormon sangatlah penting. Salah satu hormon tumbuhan yang digunakan dalam pembudidayaan 6

tanaman adalah hormon auksin. Hormon auksin berperan dalam proses pemanjangan sel, terdapat pada titik tumbuh pucuk tumbuhan yaitu pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan. Dalam kegiatan pembudidayaan tanaman biasanya digunakan hormon buatan (zat pengatur tumbuh) untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat diartikan sebagai senyawa yang mempengaruhi proses fisiologi tanaman, pengaruhnya dapat mendorong dan menghambat proses fisiologi tanaman (Nuryanah dalam Nurnasari dan Djumali, 2012). Proses pertumbuhan tanaman dapat berhasil dengan baik jika pemberian hormon ini sesuai dengan respon tanaman tersebut terhadap hormon yang digunakan. Menurut (Nuryanah dalam Nurnasari dan Djumali, 2012) pengaruh fisiologis dari auksin antara lain pengguguran daun, absisik daun dan buah, pembungaan, pertumbuhan bagian bunga, serta dapat meningkatkan bunga betina pada tanaman Dioecious melalui etilen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian auksin terhadap pertumbuhan cabutan alam A. malaccensis Lamk dan mengetahui perlakuan auksin terbaik untuk pertumbuhan cabutan alam A. malaccensis Lamk. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kayu Tanam, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. Waktu penelitian selama ± 2 bulan. Bahan yang digunakan adalah bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk), pasir, tanah, hormon auksin yaitu NAA (Napthalene Acetic Acid) dengan merk Rootone F, dan air. Alat yang digunakan adalah gunting, ember, thermohigrometer, gelas ukur, lightmeter, polybag, hand sprayer dan timbangan analitik. Persiapan Bibit Cabutan Alam A. malaccensis Lamk Bibit cabutan alam A. malaccensis Lamk diambil dari dusun Pak Dacing, Desa Ngarak, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. Bibit cabutan alam berasal dari 2 pohon induk yang sama jenisnya. Pengambilan cabutan alam dilakukan dengan cara dicabut kemudian dimasukan dalam ember, kemudian akar cabutan dibasahkan dengan air, supaya akar tetap segar. Selang waktu pengambilan bibit cabutan alam sampai penanaman adalah 3 hari. Kemudian daun tanaman yang ditinggalkan 4 5 lembar dan dipotong 2/3 dari ukuran daun. Penanaman bibit cabutan alam dilakukan setelah bibit diberi perlakuan perendaman dengan hormon auksin. Perlakuan pada penelitian meliputi konsentrasi hormon auksin (A) dan lama perendaman (B). Bibit direndam pada masing masing larutan hormon dengan masing masing konsentrasi (A0 = 0 gr/200 ml/ kontrol; A1 = 4 gr/200 ml; A2 = 5 gr/200 ml; A3 = 6 gr/200 ml dan A4 = 7 gr/200 ml) dan lama perendaman (B0 = 0 menit/ kontrol; B1= 3 menit; B2 = 5 menit; B3 = 7 menit dan B4 = 9 menit), kemudian ditanam dipolybag. Analisa Data Percobaan ini menggunakan Percobaan Faktorial dengan Rancangan 7

Acak Lengkap yang terdiri dari dua faktor, yaitu : Faktor A ( konsentrasi auksin) dan Faktor B (lama perendaman). Faktor A ( konsentrasi auksin) terdiri dari, A0 : kontrol; A1 : 4 gr/200 ml = 20.000 ppm; A2 : 5 gr/200 ml = 25.000 ppm; A3 : 6 gr/200 ml = 30.000 ppm dan A4 : 7 gr/200 ml = 35.000 ppm. Faktor B ( lama perendaman) terdiri dari B0 : kontrol; B1 : 3 menit; B2 : 5 menit; B3 : 7 menit dan B4 : 9 menit. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, jadi jumlah bibit cabutan alam yang digunakan adalah 5 x 5 x 3 = 75 tanaman. Data dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut menggunakan uji Tukey (Beda Nyata Jujur / BNJ). HASIL DAN PEMBAHASAN a. Persentase Hidup Persentase hidup bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk) dapat dilihat pada Gambar 1. Rerata Persentase Hidup (%) Persentase (%) 100 80 60 40 20 0 A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 A0B4 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A3B0 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A4B0 A4B1 A4B2 A4B3 A4B4 Perlakuan Gambar 1. Rerata Persentase Hidup Bibit Cabutan Alam (The Mean Percentage of Seeds Scraped Living Nature) Hasil pengamatan yang dilakukan pada bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk) secara umum menunjukan bahwa konsentrasi hormon auksin memberikan pengaruh yang cukup baik untuk pertumbuhan bibit cabutan alam gaharu. Bibit cabutan alam gaharu (A.malaccensis Lamk) yang tumbuh sebesar 58,67 %. Hasil perhitungann analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi hormon auksin dan lama perendaman memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hidup bibit cabutan alam. Perlakuan A4B0, A4B3 dan A4B4 tidak ada cabutan alam yang berhasil tumbuh. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi hormon yang terlalu tinggi. Jika dibandingkan dengan konsentrasi perlakuan lainnya, cabutan alam dengan konsentrasi tertinggi ( A4 = 7 gr/2000 ml) lebih kecil persentase tumbuhnya dari pada cabutan alam dengan konsentrasi yang lebih 8

rendah (A0 = 0 gr/200ml. A1 = 4 gr/200 ml, A2 = 5 gr/200 ml, A3 = 6 gr/200 ml). Dari beberapa konsentrasi tersebut, A2 = 5 gr/200 ml memberikan jumlah persentase terbanyak dari konsentrasi lainnya, yaitu sebesar 80 %. Perlakuan lama perendaman yang baik dari hasil penelitian ini adalah lama perendaman 5 menit (B2). Bibit cabutan alam yang tumbuh pada perlakuan ini lebih besar jumlahnya dari pada perlakuan lama perendaman lainnya yaitu 80 %. Menurut Sumarna (2008), pengaruh dosis hormon Rootone F 10 ppm memberikan pengaruh yang optimal terhadap pertumbuhan stek pucuk karas (A. malaccensis Lamk) sebesar kurang lebih 85 %. Perbedaan dengan hasil penelitian inii adalah pada dosis hormon yang digunakan. Dosis yang digunakan padaa penelitian ini sangat tinggi sehingga bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk) mati. Menurut Surata (2008), Konsentrasi Rootone F 100 ppm memberikan pengaruh yang baik untuk pertumbuhan stump cendana (Santalum album Linn), dengan lama perendaman untuk semua stump 5 menit. Walaupun jenis tanaman dan cara pembudidayaan yang digunakan pada kedua penelitian ini berbeda, ternyata lama perendaman yang baik untuk mendukung pertumbuhan adalah 5 menit. b. Jumlah Daun Rerata jumlah daun bibit cabutan alam dapat dilihat pada Gambar 2. Rerata Jumlah Daun (Helai) Helai 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 A0B4 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A3B0 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A4B0 A4B1 A4B2 A4B3 A4B4 Perlakuan Gambar 2. Rerata Jumlah Daun Bibit Cabutan Alam (The Mean Number of Seeds Scraped Leaf Nature) Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam, perlakuan konsentrasi Hormon auksin tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun yang tumbuh pada bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk) ), sedangkan perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun bibit cabutan 9

alam gaharu. Dari semua perlakuan lama perendaman, perlakuan dengan lama perendaman 5 menit (B2) memberikan rerata jumlah daun terbanyak, yaitu sebesar 0,,8 helai daun. hasil penelitian cabutan alam gaharu menghasilkan jumlah daun terbanyak adalah 3 helai, yaitu pada perlakuan konsentrasi auksin 5 gr/2000 ml dan lama perendaman 5 menit (A2B2). Berdasarkan hasil penelitian Jayusman (2005), konsentrasi Rootone F 1,5 gr/40 ml memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun stek batang dan stek pucuk gaharu (Aquilaria mallacensis), daun yang dihasilkan untuk stek batang dengan jumlah 1 3 daun dan untuk stek pucuk 2 4 daun. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, jumlah daun yang tumbuh kurang lebih sama, pada penelitian ini jumlah daun terbanyak yang berhasil tumbuh sampai akhir penelitian sebanyak 3 helai daun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya konsentrasi hormon yang digunakan dan lamanya waktu penelitian. Penelitian pada cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.), memberikan rata rata jumlah daun terbanyak yaitu pada perlakuan ukuran bibit 36 60 cm dengan dosis Rootone F 100 mg/semai yaitu menghasilkan daun sebanyak 7 helai daun, sedangkan bibit yang berukuran 10 35 cm menghasilkan 5 helai daun (Suartini, 2006). Perbedaan hasil jumlah daun dengan penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh waktu penelitian. Pada penelitian semai cabutan sentang waktu penelitiannya adalah 4 bulan, sedangkan padaa penelitian ini waktu penelitiannya adalah kurang lebih 9 minggu. c. Kecepatan Bertunas Rerata kecepatan bertunas bibit cabutan alam gaharu dapat dilihat pada Gambar 3. Rerata Kecepatan Bertunas (Hari) 60 50 40 Hari 30 20 10 0 A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 A0B4 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A3B0 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A4B0 A4B1 A4B2 A4B3 A4B4 Perlakuan Gambar 3. Rerata Kecepatan Bertunas Bibit Cabutan Alam (The Mean Speed of Natural Uprooted Seedlings Germinate) 10

Hasil perhitungan analisis keragaman menunjukan bahwa konsentrasi hormon auksin memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecepatan bertunas cabutan alam gaharu. Dari semua perlakuan konsentrasi hormon auksin, perlakuan yang memberikan pengaruh yang baik untuk kecepatan bertunas adalah konsentrasi A2 (5 gr/200 ml), yaitu dengan rerata kecepatan bertunas sebesar 15,87 hari. Rerata kecepatan bertunas pada konsentrasi auksin 7 gr/200ml (A4) lebih kecil dari pada konsentrasi auksin 5 gr/200ml (A2), konsentrasi A4 tidak dianggap memberikan pengaruh yang baik terhadap kecepatan bertunas bibit cabutan alam karena pada konsentrasi ini bibit cabutan alam banyak yang mati, hanya 2 bibit cabutan alam tumbuh tunas. Perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecepatan bertunas bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk). Dari semua perlakuan lama perendaman, perlakuan yang memberikan pengaruh yang baik untuk kecepatan bertunas bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk) adalah lama perendaman 5 menit (B2) dengan rerata kecepatan bertunas 24,8 hari. Data pada Lampiran 10 menunjukan perlakuan lama perendaman B0 (0 menit) rerata kecepatan bertunasnya 15,33 hari, B3 (7 menit) rerata kecepatan bertunasnya 23 hari dan B4 (9 menit) rerata kecepatan bertunasnya 9,2 hari, perlakuan (B0, B3, dan B4) rerata kecepatan bertunasnya lebih kecil dari pada rerata kecepatan bertunas B2. Perlakuan perlakuan tersebut dianggap memberikan pengaruh yang kurang baik untuk kecepatan bertunas cabutan alam, karena pada perlakuan perlakuan tersebut cabutan alam banyak mati dari pada perlakuan lama perendaman B2 (5 menit). Dari keseluruhan kombinasi perlakuan, dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi auksin 5 gr/200 ml (A2) dan lama perendaman 5 menit (B2) memberikan pengaruh yang baik untuk parameter kecepatan bertunas, rerata kecepatan bertunas untuk perlakuan ini yaitu 14,33 hari). Menurut Listari (2007) konsentrasi Rootone F tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan bertunas stump gaharu. Pada umumnya pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh hormon sitokinin, tetapi hormon buatan yang digunakan dalam penelitian ini lebih berpengaruh pada pertumbuhan akar tanaman. Perbedaan dosis pengaruh dari zat pengatur tumbuh ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan cara pemberiannya. Pada penelitian stump gaharu menggunakan Rootone F bentuk pasta, sedangkan pada penelitian ini menggunakan larutan hormon auksin ( merk Rootone F) dan ada proses lama perendaman yang dapat mendukung dalam penyerapan hormon. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, perlakuan konsentrasi auksin dan lama perendaman yang baik dari untuk pertumbuhan bibit cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk) 11

adalah konsentrasi auksin 5 gr/200 ml (A2) dan lama perendaman 5 menit (B2). Saran Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan konsentrasi hormon auksin yang lebih rendah dari konsentrasi auksin yang digunakan pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Jayusman. 2005. Perbanyakan Gaharu Melalui stek. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 2: 117 124. Listari L. 2007. Pengaruh Diameter Stump dan Konsentrasi Rootone F Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquilaria sp) di Persemaian [skripsi] Pontianak : Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura. Sumarna Y. 2007. Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berpotensi dan Bernilai Komersial Tinggi. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Makalah pada Ekspose dan Gelar Teknologi Hasil hasil Penelitian IPTEK untuk Mendukung Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Kalimantan Barat). Pontianak. Sumarna Y. 2008. Teknik Perbanyakan Tumbuhan Karas (Aquilaria malaccensis Lamk) dengan Stek Pucuk. Info Hutan 5 (1): 79 87. Surata K I. 2008. Penggunaan zat Pengatur Tumbuh Rootone F Pada Stump cendana (Santalum album Linn). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 5 (1) :237 248. Nurnasari E, Djumali. 2012. Respon Tanaman Jarak Pagar (Tatropa curcas L) Terhadap Lima Dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Asam Naftalen Asetat (NAA). Agrovigor 5 (1) : 26 33. Suartini S. 2006. Pengaruh Dosis Rootone F Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa jack.) [skripsi] Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 12