Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN Vol. 1, No. 1, Juni 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. PERNYATAAN. iv UCAPAN TERIMA KASIH. v ABSTRAK. vii. ABSTRACT.. viii KATA PENGANTAR.. ix DAFTAR ISI. x BAB I PENDAHULUAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Toleransi beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

Pendidikan Pancasila. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara pada Bidang Politik ekonomi, sosial dan hankam

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

Raffles City Hotel 5-7 September 2013

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

Transkripsi:

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN 2337-8891 Vol. 1, No. 1, Juni 2017 PERAN ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA UNIVERSITER DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA FETY NOVIANTY Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera No 88 Pontianak putrikhanza96@yahoo.co.id Abstrak Pada dasarnya, ini adalah studi penelitian tentang peran yang dilakukan oleh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Asosiasi Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dalam upaya untuk membina kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif dan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, studi pustaka, bidang studi dokumentasi dan catatan. Subjek penelitian ini adalah Ketua dan anggota organisasi HMI dan PMKRI, Camat Sungai Ambawang, Tokoh Agama, Masyarakat Adat, dan anggota masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran yang dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI dapat memberikan motivasi bagi masyarakat dalam membina sikap dan kepedulian bagi kemanusiaan; melestarikan budaya leluhur seperti sikap saling membantu, kerjasama, toleransi dan saling menghormati serta sikap kebersamaan yang dapat dijadikan sebagai perekat hubungan sosial dalam masyarakat. Kata Kunci: Organisasi Ekstra Universiter, Kerukunan Antarumat Beragama PENDAHULUAN Dalam negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk didaerah kita terdapat beberapa jenis agama yang berbeda. Dari satu sisi, perbedaanperbedaan yang ada dilihat dan dinilai sebagai kekayaan bangsa dimana para penganut agama yang berbeda bisa saling menghargai atau menghormati, saling belajar, serta memperkaya dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dan keimanan masing-masing. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, tetapi dilihat dan dijadikan sebagai pembanding, pendorong, bahkan penguat dan pemurni apa yang dimiliki. Kaum beriman dan penganut agama yang berbeda-beda semestinya bisa hidup bersama dengan rukun dan damai selalu, bisa bersatu, saling menghargai, saling membantu dan saling mengasihi. Sebagaimana ditegaskan dalam peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 2006 bahwa Kerukunan antarumat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasai toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari kutipan tersebut jelas sbahwa kerukunan disini merupakan suatu kemauan untuk hidup bersama berdampingan secara damai dan tertib yang dilandasi dengan sikap toleransi, saling menghargai dan 25

menghormati dengan pemeluk agama lain sehingga tercipta suasana kedamaian, ketertiban dan ketentraman, tanpa adanya pertikaian dan pertengkaran. Dapat diasumsikan bahwa kemajemukan agama yang ada di Indonesia, selain menjadi kekayaan budaya dapat pula berpotensi mencuatkan konflik sosial antar umat beragama yang bisa mengancam keutuhan Negara Republik Indonesia, terutama bila kemajemukan tersebut tidak disikapi secara arif dan bijaksana serta dikelola secara baik. Melihat banyaknya konflik sosial yang destruktif meunjukkan adanya ketidakmampuan pihak-pihak yang berkonflik untuk memecahkan konflik secara damai. Negara Indonesia yang memiliki penduduk heterogen dari segala suku maupun agama memang memberikan potensi terhadap berkembangnya konflik disetiap daerah, salah satunya adalah wilayah Kecamatan Sungai Ambawang yang terdapat di Kalimantan Barat. Wilayah ini merupakan salah satu daerah Indonesia yang berpenduduk sangat heterogen dan memiliki intensitas konflik yang tinggi. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menyebutkan sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1999 telah terjadi sepuluh kali konflik. Konflik terbesar pada tahun 1997 di Sanggau Ledo dan tahun 1999 terjadi di Sambas. Kedua konflik ini merupakan salah satu bukti pengalaman sejarah kelam dalam hubungan sosial etnis antarmasyarakat Kalimantan Barat. Namun, konflik etnis yang terjadi bukan tidak mungkin dapat menimbulkan konflik antarumat beragama. Bahkan mungkin bisa dikatakan di dalam konflik etnik sebetulnya juga terjadi konflik agama. Karena antara etnik dan agama keduanya sulit dipisahkan, seperti dua sisi mata uang. Kecamatan Sungai Ambawang, Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah Kecamatan yang merupakan bagian dari Kabupaten Kubu Raya di Provinsi Kalimantan Barat. Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam etnik dan agama. Etnik terbesar meliputi etnik Melayu dan Dayak dan etnik kecil lainnya seperti Madura, Jawa, Bugis, Batak, dan Cina. Sampai saat ini masyarakat di kecamatan ini relatif damai dan termasuk masyarakat yang terbuka, damai karena mereka mampu meredam konflik di permukaan. Namun, berdasarkan wawancara pada survey awal, di Kecamatan Sungai Ambawang ini pernah terjadi konflik dalam penempatan wilayah tempat tinggal dan pendirian rumah ibadah. Seperti yang terlihat sekarang, pemukiman tempat tinggal serta sarana ibadah yang didirikan di kecamatn ini dikelompokkan berdasarkan etnis dan agama yang dianut oleh penduduk setempat. Dari adanya permasalahan yang pernah terjadi diatas, mahasiswa atau kaum pemuda disini memilki peran dan tanggung jawab ideologis sebagai pewaris utama perjuangan bangsa maupun tanggung jawab profesional yang dipersiapkan menjadi ahli dalam bidang-bidang tertentu agar berperan aktif dalam proses pembangunan (Lindra 26

Sabana, 2003). Di sini jelas bahwa mahasiswa adalah kaum pemuda sebagai bagian dari masyarakat yang mendapatkan pendidikan tinggi, mempunyai perspektif luas untuk bergerak di seluruh aspek kehidupan serta merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis, politik dan dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa juga merupakan cendekiawan masa depan yang nantinya akan terjun ke dunia nyata (masyarakat). Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Andreas A. Yewangoe dalam Agama dan Kerukunan (2010:11) kita harus optimis bahwa mahasiswa mampu tampil sebagai garda depan pengembangan toleransi dalam rangka peningkatan kerukunan umat beragama. Sebab, mahasiswa adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, sehingga persoalan-persoalan yang dikemukakan di atas, juga menjadi keprihatinan mereka. Pergaulan mereka yang secara umum cenderung tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan, kiranya dapat membantu untuk mengambil jarak dari persoalanpersoalan dan sanggup pula memberikan solusi-solusi yang dapat memberikan manfaat bagi semua orang. Dari adanya permasalahan diatas apabila hal ini dibiarkan dan tidak diatasi, maka akan menimbulkan kesenjangan bagi kehidupan umat beragama yang ada di daerah setempat. Maka dari itulah peran dari organisasi HMI dan PMKRI ini yang berbeda visi dan misi maupun agama sangat diperlukan agar dapat mengatasi kesenjangan yang ada pada masyarakat tersebut, dengan harapan agar dari berbagai kegiatan sosial yang mereka lakukan di masyarakat dapat memberikan dampak positif dalam membina kerukunan antarumat beragama di daerah tersebut. Dengan harapan, kedua organisasi mahasiswa ini dapat menjadi suatu jembatan bagi terciptanya komunikasi yang lebih baik antar mahasiswa maupun masyarakat yang berbeda etnik dan agama dalam lingkungan tersebut. Berangkat dari argumentasi di atas, terlihat bahwa organisasi HMI dan PMKRI yang dibina di daerah Kalimantan barat merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang dapat memberikan andil lebih dalam perannya sebagai mahasiswa untuk membantu masyarakat di daerah khususnya provinsi Kalimantan Barat yang rentan sekali akan konflik kedaerahannya. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana peran yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa yang ada di Kalimantan Barat dalam membina kerukunan antarumat beragama. 27

METODE PENELITIAN Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, maka secara metodologis, penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu peneliti berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai peranan yang dilakukan oleh organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) dari kegiatan sosial yang dilakukannya di lingkungan masyarakat sebagai usaha dalam membina kerukunan antar umat beragama. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari ketua serta anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Pontianak, aparatur pemerintahan di kecamatan, pemuka agama, tokoh pemuda, pemuka adat dan masyarakat setempat serta dokumen- dokumen yang dapat dijadikan sebagai penunjang data dalam penelitian. Aka tetapi tidak menutup kemungkinan akan didapatkannya data- data dari sumber selain yang telah ditetapkan diatas, selama data tersebut dapat menunjang keberhasilan penyelidikan dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama Pada Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya Kegiatan yang di lingkungan masyarakat Sungai Ambawang ini dapat memberikan manfaat lebih bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang lebih harmonis terutama dalam membina kerukunan antar umat beragama. Karena dengan adanya kegiatan tersebut mahasiswa berperan untuk memberikan motivasi bagi masyarakat dalam membina sikap kepedulian dan kemanusiaan; melestarikan budaya leluhur seperti sikap gotong royong, kerjasama, toleransi dan saling menghargai serta sikap kebersamaan yang menjadi perekat hubungan sosial di masyarakat sebagai sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian mahasiswa disini diharapkan mampu membawa, membimbing dan menuntun masyarakat melalui transformasi budaya serta komunikasi sosial yang terjalin baik diantara masyarakat maupun mahasiswa. Realitas Hubungan Antar Umat Beragama Pada Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya Realitas hubungan antar umat beragama pada masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya bahwa terlihat dari adanya perwujudan sikap saling menghormati dan menghargai serta masyarakat yang telah mampu menempatkan diri mereka sesuai dengan agama dan kepercayaan yang mereka yakini tanpa mengganggu 28

keyakinan orang lain yang berbeda darinya dan adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan keagamaan yang telah diaktualisasikan secara positif dengan melakukan pembauran hidup dalam kegiatan sehari-hari, selain itu pula terlihat juga dalam perkawinan yang terjadi antara dua etnis yang berbeda agama yang tidak dipermasalahkan lagi oleh masyarakat setempat. Pandangan Masyarakat Terhadap Peran Organisasi Mahasiswa (HMI dan PMKRI). Melalui kegiatan yang dilakukan dalam membina kerukunan antar umat beragama di masyarakat Sungai Ambawang sangatlah positif dengan adanya berbagai pujian dan sanjungan yang diberikan oleh masyarakat sendiri secara langsung maupun tidak langsung, meskipun pada awalnya ada sebagian masyarakat yang memberikan tanggapan negatif. Adanya tanggapan negatif ini dikarenakan masyarakat kurang mengetahui tentang keberadaan organisasi ini dan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh para mahasiswa terhadap masyarakat. Tapi meskipun begitu, masyarakat tetap mengharapkan agar kedepannya organisasi mahasiswa yang lain semakin sering untuk melaksanakan kegiatan sosial di lingkungan masyarakat mereka maupun lingkungan yang lainnya. Upaya Mahasiswa, Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama Upaya yang dapat dilakukan dalam membina kerukunan antar umat beragama diantaranya dengan terus berusaha melakukan kegiatan sosial serta membangun komunikasi yang efektif dengan mengadakan dialog bersama masyarakat jika ada masalah-masalah keagamaan sehingga bisa diselesaikan dengan cepat dan tepat; meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi sosial yang dilakukan melalui wadah kerukunan yang telah ada di masyarakat setempat untuk menciptakan komunikasi yang lebih baik lagi dengan masyarakat yang lainnya; mengembangkan pembelajaran PKn yang lebih menekankan pada kehidupan masyarakat sebagai usaha pembinaan PKn kemasyarakatan (Community Civic) agar dapat lebih dirasakan manfaatnya sebagai langkah untuk membina kerukunan hidup di masyarakat yang berbeda etnis maupun agama seperti yang ada di wilayah Kalimantan Barat SIMPULAN Secara umum, penelitian ini merumuskan kesimpulan bahwa kemajemukan agama adalah merupakan salah satu ciri masyarakat, disamping keragaman etnik, suku, kelompok dan golongan. Potensi alamiah seperti ini tidak dapat dihilangkan, akan tetapi dapat diredam dan diberikan saluran-saluran yang bisa menjadi kendali. Hal ini bertujuan 29

agar perbedaan yang ada tidak terus menganga, namun berusaha dipersempit bahkan dihilangkan, untuk dapat mengarah kepada suasana kebersamaan menuju stabilitas sosial masyarakat. Terkait dengan masalah kerukunan antar umat beragama di masyarakat Sungai Ambawang melalui peran yang telah dliakukan oleh organisasi mahasiswa (HMI dan PMKRI) ini sudah dapat berjalan dengan baik. Keberadaan pemuda yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan merupakan salah satu solusi dari upaya pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Sebab pemuda dengan segala potensinya diharapkan mampu mengangkat derajat masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan dan organisasi yang didirikannya. Maka dari itulah kedua organisasi ini memiliki tugas untuk turut menciptakan kehidupan yang harmonis di lingkungan masyarakat, salah satunya adalah menciptakan kerukunan antar umat beragama. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik. 1998. Menteri-Menteri Agama Republik Indonesia (Biografi Sosial- Politik). Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Badan Litbang Agama Departemen Agama RI. Affandi, Idrus, 2011. Pendidikan Politik (Mengefektifkan Organisasi Pemuda, Melaksanakan Politik Pancasila dan UUD 1945). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Budimasyah, Dasim, dkk. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung : PT Ganesindo. Budimansyah, D. & Suryadi, K. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan dan Masyarakat Multikultural. Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana. Creswell. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatid, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. James T. Colins, dkk. 2005. Etnisitas di Kalimantan Barat. Pontianak : STAIN Pontianak Press. Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke XXVII. (2011). Sinergi HMI untuk Indonesia Bermartabat. HMI cabang Pontianak. Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam. (1997). HMI dan KAHMI Menyongsong Perubahan, Menghadapi Pergantian Zaman. Jakarta: Tim LSPEU Indonesia. Sapriya, dkk. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press. 30

Sapriya, dan Wahab A. Azis. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta. Sumantri, E. (tt). Pendidikan Kewarganegaraan Masyarakat (Community Civics). Hand Out. Tidak Diterbitkan. Suparlan, P. 2005. Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta : Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian. Suriakusumah, dkk. 1999. PKn dan Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka. Tobroni. 2012. Relasi Kemanusiaan dalam Keberagaman (Mengembangkan Etika Sosial Melalui Pendidikan). Bandung: Karya Putra Darwati. 31