BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

dokumen-dokumen yang mirip
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Jurusan Teknologi Perikanan, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Otohime terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

III. BAHAN DAN METODE

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Pengaruh Padat Penebaran Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Padat Tebar Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat Di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

BAB III BAHAN DAN METODE

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

SIDANG TUGAS AKHIR SB

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar ABSTRAK

Lampiran 1. Tata Letak Akuarium

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 2009, bertempat di Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

USAHA PENGGELONDONGAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT DI SULAWESI TENGGARA

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Dosis Pakan Tubifex Sp Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sidat di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

PENGARUH DOSIS PAKAN Tubifex sp YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN SIDAT (ANGUILLA MARMORATA) DI BALAI BENIH IKAN KOTA GORONTALO OLEH

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Artemia sp UMUR HARI DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

Pengujian Apilkasi Probiotik Pada Penggelondongan Calon Induk Bandeng Strain Barru Pada Bak Beton

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Haris Abdullah, 2 Rully, dan 2 Mulis Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian BBIP Lamu, merupakan calon Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/Instalasi Pembenihan dibawah pengawasan dan pengelolaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional teknis dalam menunjang keberhasilan pembangunan perikanan budidaya meliputi budidaya air payau dan laut. BBIP Lamu, mempunyai tugas penyedia benih berkualitas di kawasan Gorontalo dan sekitarnya serta melaksankan penerapan teknik pembenihan budidaya laut serta pelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di wilayah provinsi Gorontalo. Luas areal BBIP Lamu adalah 30.000 meter, dan yang termanfaatkan hanya 15.000 meter, yang digunakan sebagai tempat bak pembenihan, bak penggelondongan, bak induk, bak pakan alami, bak tandon, dan bak reservoar. Selain untuk bangunan tersebut, lahan yang ada dipergunakan juga untuk mendirikan rumah/mess pegawai, rumah genset, kantor dan gudang pakan. Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Trans Sulawesi Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Bayasa Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Tutulo 18

B. Laju Pertumbuhan Mutlak Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (3 ekor), perlakuan B (8 ekor) dan perlakuan C (13 ekor) dapat ditampilkan pada (Tabel 3 Lampiran 2). Tabel 3. Laju Pertumbuhan Rata-rata Mutlak Benih Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Selama 28 Hari. Perlakuan Rata-rata Panjang (cm) Berat (gram) A (3 ekor) 2.74 4.94 B (8 ekor) 3.27 5.39 C (13 ekor) 3.01 4.44 Sumber : Data Hasil Olahan Tahun 2012 1. Pertumbuhan Panjang Mutlak Hasil pengukuran rata-rata panjang mutlak benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari sesuai perlakuan dapat di lihat pada Tabel 3. Perlakuan padat tebar yang berbeda pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus Fuscoguttatus) menunjukkan pertumbuhan rata-rata panjang mutlak yang berbeda (Tabel 3). Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak perlakuan A (3 ekor) sebesar 2,74 cm, perlakuan B (8 ekor) sebesar 3,27 cm dan perlakuan C (13 ekor) sebesar 3,01 cm. Dengan demikian perlakuan padat tebar 8 ekor memiliki pertumbuhan rata-rata panjang tertinggi kemudian disusul dengan padat tebar 13 ekor sedangkan padat tebar 3 ekor menunjukkan nilai yang terendah. Perbedaan tersebut disebabkan tingkat kepadatan dan kompetisi antar benih ikan kerapu macan untuk mendapatkan makanan jauh lebih rendah dan proporsional dengan energi yang dikeluarkannya. Hal ini sesuai dengan Akbar dan 19

Sudaryanto (2001) dalam Endrawati. dkk., (2008), yang menyatakan pada tingkat kepadatan yang tinggi kompetisi antar juvenil atau benih ikan kerapu macan untuk mendapatkan makanan jauh lebih rendah dan Anonim (2010), mengemukakan bahwa peningkatan padat penebaran akan menyebabkan pertumbuhan agak lambat, ruang gerak terganggu dan terjadi kompetisi dalam mengambil pakan. Hasil analisis sidik ragam panjang benih kerapu macan (Lampiran 6) menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan panjang benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 7). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan panjang benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata. 2. Pertumbuhan Berat Mutlak Perlakuan padat tebar yang berbeda pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan pertumbuhan rata-rata berat mutlak yang berbeda pula (Tabel 3 dan Lampiran 3). Pertumbuhan rata-rata berat mutlak perlakuan A (3 ekor) sebesar 4,94 gr, perlakuan B (8 ekor) sebesar 5.39 gr dan perlakuan C (13 ekor) sebesar 4,44 gr, dengan demikian perlakuan padat tebar 8 ekor memiliki pertumbuhan rata-rata berat mutlak tertinggi kemudian disusul dengan padat tebar 3 ekor sedangkan padat tebar 13 ekor menunjukkan nilai yang terendah. 20

Perbedaan ini disebabkan tingginya padat penebaran ikan maka akan semakin tinggi pula persaingan dalam ruang gerak. Hal ini sesuai dengan Akbar dan Sudaryanto (2001) dalam Endrawati. dkk (2008), yang menyatakan bahwa padat tebar yang tinggi menyebabkan konsumsi makanan yang lebih rendah karena akan mengurangi keleluasaan ikan untuk bergerak kearah pakan. Lebih lanjut Sudradjat (2008), menyatakan bahwa padat penebaran sangat tergantung pada ukuran ikan yang sedang dilakukan, jika padat penebaran tinggi akan terjadi persaingan pakan karena ukuran dan vitalitas yang berbeda. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan berat tubuh benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 9). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan berat tubuh benih kerapu macan pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata. C. Laju Pertumbuhan Harian (DGR) Laju pertumbuhan harian panjang dan berat benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (3 ekor), perlakuan B (8 ekor) dan perlakuan C (13 ekor) dapat di lihat pada Tabel 4. (Lampiran 4) 21

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Rata - rata Harian benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) Selama 28 Hari. Perlakuan Rata-rata Panjang (cm) Berat (gram) A (3 ekor) 0,10 0,18 B (8 ekor) 0,12 0,19 C (13 ekor) 0,11 0,16 Laju pertumbuhan harian benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari sesuai Perlakuan padat penebaran yang berbeda pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan pertumbuhan rata rata berat mutlak yang berbeda pula (Tabel 4). Laju pertumbuhan harian panjang benih ikan kerapu macan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (8 ekor). dilanjutkan dengan padat tebar C (13 ekor) dan A (3 ekor), masing-masing berturut - turut 0,12 cm/hr, 0,11 cm/hr dan 0,10 cm/hr. Sedangkan laju pertumbuhan berat tubuh harian benih ikan kerapu macan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (8 ekor). dilanjutkan dengan padat tebar A (3 ekor) dan yang terendah yakni pada padat penebaran C (13 ekor), masing-masing berturut turut 0,19 g/hr; 0,18 g/hr dan 0,16 g/hr. Hal ini berarti dalam penebaran yang terlalu tinggi akan menyebabkan keleluasaan ikan untuk bergerak kearah makanan, sehingga pertambahan panjang dan berat benih ikan tidak diperoleh dengan optimal, oleh karena itu untuk menentukan besarnya padat tebar benih kerapu macan agar dapat memperhatikan ukuran awal dari tubuh benih dan umur pemeliharaan. Penebaran yang terlalu rendah akan menyebankan biaya produksi tidak ekonomis dan sebaliknya kepadatan yang tinggi dapat menimbulkan kanibalisme. Minjoyo dkk. (2004) 22

bahwa kepadatan yang sesuai untuk benih ikan kerapu tergantung kepada volume media dan ukuran dari wadah pemeliharaan. D. Sintasan Sintasan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada akhir pengamatan dapat di lihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sintasan Benih Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Gambar 4 menunjukkan bahwa sintasan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang diperoleh pada perlakuan A (3 ekor) sebesar 100% sedangkan perlakuan B (8 ekor) dan C (13 ekor) sebesar 87,5% dan 76,9%, (Lampiran 5). Hal ini disebabkan adanya sifat kanibalisme yang tinggi pada benih ikan kerapu macan. Kanibalisme merupakan penyebab terbesar kematian pada tahap akhir pemeliharaan, hal ini sesuai dengan pendapat Subyakto dan Cahyaningsih (2003), bahwa budidaya ikan kerapu macan dengan kepadatan yang tinggi akan menyebabkan kematian yang cukup tinggi pula. Kematian terjadi karenakan tingkat kompetisi yang tinggi, sehingga akhirnya memunculkan sifat kanibalisme 23

benih larva ikan kerapu macan tersebut. Pendapat yang lain diungkapkan pula oleh Purba dan Mayunar (1991) bahwa semakin tinggi padat penebaran sintasannya cenderung menurun dan padat penebaran akan meningkatkan resiko kematian. E. Korelasi antara Pertumbuhan Mutlak, Pertumbuhan Harian (DGR) dan Sintasan Korelasi antara pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, sintasan benih ikan kerapu macan dapat dilihat pada Gambar. Gambar 5. Korelasi Pertumbuhan Mutlak Gambar 6. Korelasi Pertumbuhan Harian 24

Gambar 7. Korelasi Sintasan Gambar diatas terlihat bahwa korelasi pertumbuhan mutlak tiap perlakuan benih ikan kerapu macan sebesar 28%. Sedangkan korelasi pertumbuhan harian tiap perlakuan benih ikan kerapu macan sebesar 28%. Hal ini berarti semakin tinggi padat tebar menyebabkan keleluasaan ikan untuk bergerak bergerak kearah makanan tidak optimal, sedangkan penebaran yang terlalu rendah akan menyebabkan biaya produksi tidak ekonomis dan sebaliknya kepadatan yang tinggi dapat menimbulkan kematian akibat kanibalisme. Korelasi yang ditunjukkan pada sintasan benih ikan kerapu macan sebesar 99,77%. Hal ini berarti semakin tinggi padat tebar akan meningkatkan resiko kematian akibat kanibalisme, padat penebaran yang terlalu tunggi pula akan menyebabkan konsumsi makanan jauh lebih rendah sehingga makanan yang diperoleh tidak optimal. F. Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas toleransi bagi kehidupan benih ikan kerapu macan. Hasil pengukuran kualitas air dapat di lihat pada tabel 5 di bawah ini. 25

Tabel 5. Pengukuran Kualitas air No Parameter Hasil Pengukuran 1 Suhu o c 30 31 o c 2 ph 7 7,8 3 DO 5,6 6,28 mg /l 4 Salinitas 34 35 ppt Pengukuran kualitas air dilakukan setiap minggu sekali dengan menggunakan alat ukur suhu, ph, DO dan Salinitas. Pengukuran dilakukan pada pagi hari. Kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan benih kerapu macan didukung dengan diterapkan sistem sirkulasi air mengalir, selain itu juga dilakukan pembersihan dasar akuarium dengan cara disipon yang dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum pergantian air, penyiponan dilakukan dengan menggunakan selang, Setelah itu dilakukan penggantian air yaitu dengan cara mancabut pipa outlet yang berada pada tepi akuarium hingga 70%, kemudian air ditambah kembali. Penerapan sistem sirkulasi air mengalir dalam wadah budidaya mengikuti kaidah seperti halnya di perairan terbuka dimana kualitas air selalu dalam kondisi baik. Sumber air yang digunakan adalah air laut yang berasal dari perairan teluk Gondol yang telah melewati proses filtrasi sand filter dan proses ultraviolet (UV). Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6488.2-2000, kualitas air pada produksi benih kerapu macan untuk suhu berkisar antara 28 32 o c, sedangkan salinitas 28-35 ppt. Selanjutnya Anonim (2010) menyatakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kerapu harus dipertahankan pada suhu 25 32 ºc, salinitas 20-32 ppt, ph 7,5-8,3, oksigen 4-8 mg/l. 26