BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I. saja kesukaran pada individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang. tuanya. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan yang dijalani seorang individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Maramis (2000) menyatakan bahwa kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Dalam penelitian ini mengapa peneliti mengambil judul tentang kecemasan ibu dan anak sulung karena ibu yang paling sering berada dirumah untuk mengawasi setiap tingkah laku anaknya terutama yang masih remaja, sedangkan mengapa anak sulung usia remaja karena usia remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa dimana emosinya masih labil sehingga sering melakukan perilaku yang tidak memikirkan dampak dimasa yang akan datang bagi kelangsungan perkembangan moralnya. Ungkapan tersebut diatas menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa dimana emosi mereka masih sangat labil dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar tentang berbagai hal. Hal ini terlihat dari aneka masalah yang timbul pada anak remaja. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut diatas, disatu sisi orangtua terutama ibu menghendaki yang terbaik bagi anak-anaknya terutama anak sulung, hal ini 1

dikarenakan diharapkan agar anak sulung dapat menjadi tauladan bagi adik-adiknya. Disisi lain remaja berusaha ingin mengekspresikan perilakunya untuk hidup bebas, perbedaan ini akan menimbulkan konflik bagi orangtua dan anaknya. Akibatnya akan timbul kecemasan dan kekhawatiran pada orangtua terutama ibu yang berkaitan dengan rasa ingin tahunya yang besar tentang berbagai hal, karena belum pernah memiliki pengalaman dalam mengasuh anak maka seorang ibu akan merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dengan perkembangan anak sulungnya. Hal ini karena ibu sangat mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti anak sulung remaja perempuan. Dariyo (2004) menyatakan bahwa remaja sulung perempuan itu lebih dikhawatirkan tentang pergaulannya serta bagaimana cara dia dalam bertindak. Sebab, remaja sulung perempuan kurang bisa mengontrol diri dibandingkan anak laki-laki. Anak sulung merupakan anak istimewa dimata orangtuanya. Kecemasan orangtua terutama ibu akan semakin memuncak manakala anak remajanya sudah tidak mau lagi menuruti orangtuanya dan mengabaikan aturan-aturan yang berlaku dikelua rganya, misalnya sering membangkang, pulang tidak tepat waktu, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan kekhawatiran yang sangat, karena oangtua takut anaknya terjerumus kedalam perbuatan yang negatif. Menurut Hadibroto (2002) anak sulung adalah anak tunggal hingga tiba saat adiknya (anak kedua) hadir dalam keluarga. Menurut Hurlock (1997) ada beberapa karakteristik anak sulung antara lain 2

adanya rasa ingin tahu yang besar, bersikap tanggung jawab, mempunyai prestasi yang tinggi, menyimpan rasa takut, ambisi yang tinggi, dan sifat mengalah. Berdasarkan beberapa uraian tentang kecemasan yang diungkapkan oleh para ahli dapat ditemukan fenomena yang dialami ibu dalam menghadapi anak sulungnya yaitu seperti yang diungkap dalam penelitian Margianti (2012), mengenai kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung pada usia remaja. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulungnya adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam atau dari luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi dalam memberikan respon lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan, jadi pendidikan yang rendah akan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Menurut jurnal penelitian yang dilakukan Isyana dan Puspitasari (2007) dikatakan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang itu maka semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya dan kecemasan yang dialaminya akan lebih mudah untuk diatasi sehingga ibu yang memiliki tingkat pendidikan SMA lebih tinggi kecemasannya dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan S1. Hal ini diungkapkan pada wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Oktober 2015 dengan salah seorang ibu dengan pendidikan terakhir SMA, yang menyatakan bahwa adanya kecemasan yang dialami ibu ketika anak remaja 3

sulungnya pulang tidak tepat waktu, pergi dengan orang yang belum dikenalnya atau pun tidak memberikan kabar jika pergi kemana pun. Peneliti juga melakukan wawancara kepada salah seorang ibu dengan pendidikan terakhir S1 pada tanggal 06 November 2015, responden mengungkapkan bahwa jika remaja sulungnya tidak tepat waktu pulang atau pun pergi dengan orang yang belum dikenal, si ibu tidak terlalu khawatir sebab ia mengatakan bahwa setelah anaknya pulang ia baru menanyakan kemana saja si anak itu pergi. Uraian tersebut dapat diperkuat dengan kutipan wawancara yang dilakukan peneliti pada kedua responden, berikut kutipan wawancaranya: Ibu dengan pendidikan SMA: Ibu takutlah kalau anak ibu diluar pas udah sore kali, apalagi ibuk gak tau sama siapa dia pergi. Kalau kemana-mana harus izin mau sama siapapun perginya, kalau perlupun gak usahlah keluar-keluar rumah anak gadis Ibu dengan pendidikan S1: Gak apa-apa yang penting nanti pas udah pulang dia kasih tau pergi sama siapa. Anak zaman sekarang kan gak boleh terlalu dikekang, ibu kasih kepercayaan aja. Yang penting di kasih tau sama dia mana batas-batasannya. Ibu sih gak apa-apa dia bergaul sama siapa aja. Berdasarkan fenomena diatas dapat dilihat bahwa adanya perbedaan tingkat kecemasan antara ibu yang memiliki pendidikan terakhir SMA dengan S1, sehingga 4

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Perbedaan kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung usia remaja ditinjau dari tingkat pendidikan. B. Identifikasi Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat subjektif. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kejadian pada orang tua yang memiliki anak sulung. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ibu yang memiliki latar belakang pendidikan SMA dan salah seorang ibu yang memiliki latar belakang pendidikan S1, maka dapat digambarkan bahwa adanya permasalahan dalam menghadapi anak sulung dalam hal ketidaktepatan waktu pulang kerumah, pergi dengan orang asing, membangkang serta tidak izin jika pergi kemana pun. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung usia remaja ditinjau dari tingkat pendidikan. C. Batasan Masalah Meninjau hasil identifikasi masalah dan penelitian ini akan lebih terarah, maka peneliti melakukan batasan masalah sebagai berikut: 1. Melakukan penelitian mengenai kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung yang ditinjau dari usia remaja. 5

2. Dilihat dari tingkat pendidikan SMA dan S1 yang memiliki batasan sampel: Anak kandung yang berusia 12-18 tahun, memiliki pasangan, anak perempuan. D. Rumusan Masalah Meninjau batasan masalah yang ada, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah: Apakah ada perbedaan kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung usia remaja ditinjau dari tingkat pendidikan? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung usia remaja ditinjau dari tingkat pendidikan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat terutama bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi sosial, dan psikologi klinis. Selain itu memberikan pembelajaran bagi peneliti selanjutnya agar kasus ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian khususnya dibidang psikologi perkembangan. 6

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini di harapkan membantu para ibu untuk melihat gambaran kecemasan yang dihadapi ibu yang memiliki anak sulung dengan usia remaja serta memberikan pengetahuan kepada para remaja mengenai kecemasan ibu dalam menghadapi dirinya sebagai remaja sulung. 7