Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja"

Transkripsi

1 Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM. (Rektor Universitas Gunadarma) Dr. A. M. Heru Basuki, MPsi. (Dekan FakultasPsikologi Universitas Gunadarma) Dessie Ratnasari Susan (Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma) ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui tentang kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja dan sebab-sebab terjadinya kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja. Pertanyaan penelitian bagaimana gambaran kecemasan yang dialami ibu dalam menghadapi anak sulung pada usia remaja dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi anak sulung pada usia remaja. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan triangulasi teori dan sumber yang dianalisis dalam beberapa kasus dikaitkan dengan teoriteori yang telah ada. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap tiga orang subjek untuk membandingkan gambaran dan faktor-faktor kecemasan orangtua dalam menghadapi anak sulung dengan usia remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu dapat dilihat dari empat gejala kecemasan yaitu manifestasi kognitif yaitu subjek mengalami kecemasan sehingga mengakibatkan sulit berkonsentrasi, gelisah dan sulit tidur. Kecemasan yang dimanifestasikan kedalam perilaku motorik sehingga menyebabkan subjek melakukan gerakan-gerakan tidak beraturan dan tidak berarah tanpa disadarinya. Selanjutnya manifestasi secara somatik yaitu kecemasan dalam bentuk reaksi fisik dan biologis sehingga menyebabkan subjek berada pada situasi yang menimbulkan kegelisahan. Terakhir merupakan kecemasan secara afeksi yaitu kecemasan pada perasaan individu sehingga menimbulkan kekhawatiran, ketakutan,, kesedihan, dll. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu mengalami kecemasan terhadap anak sulung pada usia remaja selain gejala-gejala kecemasan Kata Kunci : Kecemasan, Anak sulung, dan remaja BAB I Menjadi orangtua nampaknya bukan masalah sederhana. Dalam penelitian ini mengapa peneliti mengambil remaja karena masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju kekedewasaan dimana emosi mereka masih sangat labil dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar tentang berbagai hal. Hal ini terlihat dari aneka masalah yang timbul pada anak remaja. Dalam penelitian ini mengapa peneliti mengambil judul tentang ibu dan remaja karena ibu yang paling sering berada dirumah untuk mengawasi setiap tingkah laku anaknya terutama yang masih remaja, sedangkan mengapa remaja karena remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa dimana emosinya masih labil sehingga sering melakukan eksperimen yang tidak memikirkan dampak dimasa yang akan datang bagi kelangsungan perkembangan moralnya. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, disatu sisi orangtua terutama ibu menghendaki yang terbaik bagi anak sulungnya dan disisi lain remaja berusaha ingin mengekspresikan perilakunya untuk hidup bebas, perbedaan ini akan menimbulkan konflik bagi orangtua dan anaknya. Akibatnya akan timbul kecemasan dan kekhawatiran pada orang tua terutama ibu yang berkaitan dengan rasa ingin 1

2 tahunya yang besar tentang berbagai hal, karena belum pernah memiliki pengalaman dalam mengasuh anak maka seorang ibu akan merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dengan perkembangan anak sulungnya. Hal ini karena ibu sangat mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan normanorma yang berlaku di masyarakat. Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan baru atau yang belum pernah dilakukan. Anak sulung merupakan anak yang istimewa dimata orangtuanya. Sementara itu anak sulung diharapkan kehadirannya, begitu mereka beranjak remaja maka kecemasan orangtua pun akan muncul secara berlebihan pada saat perilaku anaknya menunjukkan perubahan dimana anak sudah tidak mau lagi mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya tetapi lebih suka mendengarkan apa yang dikatakan orang lain (Spock, 1991). Memperhatikan fase-fase perkembangan remaja tersebut di atas terutama dengan adanya perubahan perilaku, seringkali menimbulkan kecemasan bagi orang tua terutama anak sulung. Hal ini karena tidak ada satu orang tua pun yang menghendaki anak remajanya terjerumus dalam kenakalan remaja (Dariyo, 2004). Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994) ada beberapa gejala kecemasan yaitu kegelisahan, sulit berkonsentrasi, ketegangan otot, dan gangguan tidur. Kecemasan orangtua terutama ibu akan semakin memuncak manakala anak remajanya sudah tidak mau lagi menuruti orangtuanya dan mengabaikan aturan-aturan yang berlaku dikeluarganya, misalnya : sering membangkang, pulang tidak tepat waktu, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan kekhawatiran yang sangat, karena orangtua takut anaknya terjerumus kedalam perbuatan yang negatif (Dariyo, 2004). Kecemasan ibu akan mempengaruhi perilaku baik ibu itu sendiri maupun remaja tersebut, karena ibu lebih sering berada di rumah sehingga tahu setiap perkembangan dan pergaulan anak-anaknya terutama anak sulung. Pengaruh bagi ibu, maka ibu akan memberlakukan aturan-aturan ketat yang sifatnya mengekang agar remaja tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif. Sementara pengaruh bagi anak, anak akan memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan. Remaja mungkin tidak menyukai beberapa nilai-nilai orangtua atau mereka mungkin melihat dengan tepat bahwa beberapa nilai yang dianut orangtua memberikan hasil. Jika orang tua khawatir dan cemas bahwa para remaja mungkin tidak akan menerima nilai-nilai mereka, maka orangtua akan selalu beralih pada dalih bahwa kekuasaan dapat dibenarkan untuk menanamkan nilai-nilai mereka pada anak-anak (Santrock, 1998). Kecemasan akan timbul jika individu menghadapi situasi yang menakutkan. Kecemasan sampai batas tertentu merupakan hal yang normal bagi setiap orang. Mungkin orangtua merasa khawatir akan sesuatu atau anaknya sendiri karena ia pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan pada kejadian serupa dimasa lampau ataupun kejadian yang dialami orang lain (Gunarsa dkk, 1996). B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dalam penulisan ini, penulis ingin mengetahui : 1. Bagaimana bentuk-bentuk kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ibu mengalami kecemasan menghadapi anak sulung pada usia remaja? 3. Sumber-sumber kecemasan yang membuat ibu merasa cemas? C. Tujuan Penelitian 2

3 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran kecemasan ibu dalam menghadapi anak yang menginjak usia remaja dan mengapa ibu mengalami kecemasan ketika menghadapi anak yang menginjak usia remaja. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Melalui tulisan ini diharapkan dapat membantu para ibu untuk melihat gambaran kecemasan yang dihadapi ibu yang memiliki anak sulung dengan usia remaja. 2. Manfaat Teoritis Tulisan ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu psikologi sekaligus menambah khasanah penulisan khususnya dalam psikologi perkembangan remaja tentang kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja. BAB II A. Kecemasan 1. Pengertian kecemasan pengertian kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat subjektif. 2. Gejala-gejala Umum Kecemasan Menurut Supratiknya (1995), antara lain Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tidak menentu, terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi, serta sedih, sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, sering mengeluh bahwa ototnya tegang, mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah, sering berdebar-debar tekanan darah tinggi, sering mengalami gangguan pernapasan, sering mengalami anxiety attack. Sue (dalam Yolanda, 2005) berpendapat bahwa gejala kecemasan pada individu terdapat 4 gejala, antara lain gejala kognitif, gejala motorik, gejala somatik,, gejala afektif. 3. Faktor faktoryang mempengaruhi kecemasan. Menurut Freeman (dalam Ronikurniawan (Skripsi), 2000) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu : faktor potensial penentu kecemasan (pewaris genetik, penyakit fisik, pengalaman tidak menyenangkan), faktor pencetus kecemasan (masalah fisik, stressor eksternal yang berat, stressor eksternal yang berkepanjangan dan kronis, kepekaan emosi). B. Usia Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah masa peralihan dimana individu telah meninggalkan masa kanak-kanak dan mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa yang yang berkisar antara usia tahun. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa (dalam Dariyo, 2004) bahwa secara umum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja :faktor endogen dan faktor eksogen. 3. Perkembangan Usia Remaja Perkembangan Fisik pada Usia Remaja, Perkembangan Sosioemosional pada Usia Remaja, Perkembangan Kognitif pada Usia Remaja. 4. Permasalahan yang Sering Muncul di Usia Remaja Ada beberapa permasalahan yang sering muncul diusia remaja 3

4 menurut Sitorus (2000) adalah sebagai berikut, antara lain alkoholisme, penyalahgunaan narkoba, perkelahian pelajar, hubungan seksual diluar nikah, rokok. B. Anak Sulung 1. Pengertian Anak Sulung Pengertian anak sulung adalah anak yang dilahirkan pertama dalam keluarga dan menerima perhatian serta kasih sayang yang penuh dari kedua orangtuanya hingga lahir adiknya. 2. Karakteristik Anak Sulung Menurut Hurlock (1997) ada beberapa karakteristik anak sulung antara lain Adanya rasa ingin tahu yang besar, Bersikap tanggung jawab, Mempunyai prestasi yang tinggi, Menyimpan rasa takut, Ambisi yang tinggi, Sifat mengalah. 3. Ciri-ciri Umum Anak Sulung Menurut Hadibroto (2003) Ada beberapa ciri-ciri umum anak sulung yaitu sebagai berikut berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang dewasa, benci terhadap fungsinya sebagai tauladan bagi adik-adiknya dan sebagai pengasuh mereka, cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orangtua, mempunyai perasaan kurang aman dan benci sebagai akibat dari lahirnya adik ang sekarang menjadi pusat perhatian, mengembangkan kemampyuam memimpin sebagai akibat dari harus memikul tanggung jawab dirumah. 4. Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung yang Menginjak Usia Remaja Sesuai dengan namanya maka yang dimaksud dengan anak sulung ialah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu keluarga. Karena anak tersebut adalah anak pertama maka berarti pengalaman merawat anak, pengalaman mendidik anak belum dimiliki oleh kedua orangtuanya. BAB III A.Pendekatan Penelitian Menggunakan pendekatan kualitatif B.Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini 3 anak perempuan yang berusia antara 17 hingga 22 tahun dan memiliki seorang ayah yang melakukan perkawinan poligami. C.Tahap-tahap Penelitian Tahap penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian penelitian. D.Teknik Pengumpulan Data Menggunakan teknik wawancara dengan pedoman umum dan teknik observasi tidak berstruktur. E.Alat Bantu Pengumpul Data Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu pedoman wawancara, alat perekam dan alat pencatat. F.Keakuratan Penelitian Untuk mencapai keakuratan penelitian, peneliti menggunakan : triangulasi data digunakan dengan cara mencari data dari beberapa sumber subjek penelitian, dari significant other, serta pelaksanaan wawancara lebih dari satu kali, triangulasi peneliti yaitu adanya pengamat diluar penelitian yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberi masukan terhadap hasil pengumpulan data, dan triangulasi teori menggunakan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagi teori tentang persepsi seperti pengertian persepsi, komponen-komponen persepsi, proses persepsi, faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi, dan jenis-jenis persepsi. Juga teori tentang poligami seperti pengertian poligami, faktor-faktor poligami, hukum poligami, serta keluarga poligami. G.Teknik Analisis Data 4

5 Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisa dengan teknik data kualitatif yang dikemukakan oleh Marshall dan Rossman (1995), yang terdiri dari lima tahapan yaitu : mengorganisasikan data, pengelompokkan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data, mencari alternatif penjelasan bagi data, menulis hasil penelitian. BAB IV A. Subjek Pertama Nama : A.S Usia : 46 tahun Agama : Islam Anak ke : 2 dari 2 bersaudara Pendidikan : SLA Alamat : Depok Usia Anak : 17 Tahun Jenis Kelamin Anak : Laki-laki Observasi Terhadap Kecemasan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Pada saat wawancara, di rumah subjek sedang sepi hanya ditemani dengan keponakannya yang menjadi significant other oleh peneliti. Peneliti juga tidak lupa untuk menanyakan kabar subjek dan anggota keluarga yang lainnya. Ketika peneliti menanyakan kabar anaknya yang pertama subjek bercerita tentang keadaan remaja saat ini dan secara tidak sadar subjek menunjukkan salah satu gejala kecemasannya yaitu menggoyang-goyang kakinya dan mata subjek berkeliling melihat isi rumahnya. Pada saat observasi pertama dilakukan, subjek terkesan sangat kooperatif dengan pertanyaanpertanyaan yang diajukan dan subjek juga merupakan orang yang dapat bekerja sama dengan peneliti. Pada saat pertanyaan pertama diajukan oleh peneliti pada diri subjek, subjek agak lama menjawabnya seperti sedang mencari kata-kata yang tepat untuk dijawab dan sering mengerutkan dahinya. Tampak oleh peneliti saat sedang ingin menjawab pertanyaan dari peneliti mata subjek terlihat berkeliling seperti sedang memikirkan sesuatu dan subjek juga sering sekali menanyakan kembali pertanyaan yang sudah diajukan oleh peneliti. Terlihat juga terkadang subjek mengoyang-goyangkan kakinya tanpa sadar. Subjek tampak cemas itu dapat terlihat oleh peneliti setelah mengadakan observasi dan subjek menunjukkan gejala-gejala yang terlihat. Apalagi pada saat menjawab beberapa pertanyaan subjek sempat terbatuk-batuk kecil, hal ini tentunya membuat detakan jantungnya berdetak cukup kencang dan ini dapat diketahui oleh peneliti setelah ditanyakan oleh peneliti. Hasil dan analisis Kognitif Sulit Konsentrasi dialami subjek ketika subjek dipanggil kesekolah anak sulungnya yang sudah 8 hari bolos sekolah. Gelisah. Gelisah pun kerap dialami subjek jika teringat dengat perilaku remeja sekarang ini yang melakukan tindakan kriminal. Sulit Tidur. Apabila anak sulungnya pulang kerumah hingga larut malam tanpa memberi kabar subjek akan merasa kesulitan untuk tidur. Motorik Berjalan Mondar-Mandir. Apabila subjek sedang menunggu anaknya pulang dari sekolah hingga larut malam, maka subjek akan berjalan mondar-mandir keluar masuk rumah. Gemetar dan kaki bergoytanggoyang. Gemetar tidak dialami subjek tetapi jika subjek sedang melihat berita kriminal ditelevisi dan melibatkan remaja maka tanp[a sadar kaki subjek bergoyang-goyang. Somatik Sulit Bernapas Secara Teratur. Tidak selalu subjek merasa sulit 5

6 bernapas secara teratur. Hanya saja kesulitan bernapas yang menyebabkan pekerjaannya terganggu adalah ketika anak sulungnya selama 8 hari tidak masuk sekolah padahal dari rumah pergi seperti biasanya. Dada Berdebar-debar. Perasaan deg-degan dengan setiap tingkah laku anaknya pasti pernah dirasakan subjek. Tetapi sejauh ini masih biasa saja dan tidak mengganggu pekerjaannya ataupun aktivitasnya. Afektif Takut dan sedih. Wajar jika seorang ibu merasa takut pada perkembangan anaknya pabila tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Sedangkan sedih yang berlebihan tidak dialami subjek. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Stressor Eksternal yang Berat Subjek mengaku kalau subjek pernah mengalami kehilangan yang menyebabkan orang yang dicintainya pergi yaitu suaminya. Hal ini menimbulkan cemas dan khawatir karena takut jika tidak bisa merawat anaknya dengan baik secara sendirian. B. Subjek kedua Nama : E.S Usia : 47 tahun Agama : Islam Anak ke : 5 dari 8 bersaudara Pendidikan : SPR Alamat : Depok Usia Anak : 18 Tahun Jenis Kelamin Anak: Perempuan Observasi Terhadap Kecemasan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Pada saat wawancara, subjek tidak ditemani oleh siapapun hanya sesekali anak subjek yang paling kecil menemani subjek. Pada saat observasi pertama dilakukan, subjek terkesan biasa saja hanya menjawab pertanyaan yang diajukan saja. Dibeberapa pertanyaan subjek meminta peneliti untuk mengulang pertanyaan dan sedikit lama dalam menjawabnya. Tampak oleh peneliti saat sedang ingin menjawab pertanyaan dari peneliti, subjek terlihat mengerutkan dahinya dan sempat terbatuk-batuk kecil serta menggunting-gunting daun yang kering dengan gunting yang sedang dipegangnya. Hal ini menandakan subjek tidak terlalu konsentrasi dalam wawancara ini. Subjek tampak cemas itu dapat terlihat oleh peneliti setelah mengadakan observasi dan subjek menunjukkan gejala-gejala yang terlihat. Apalagi pada saat menjawab pertanyaan subjek sempat terbatuk-batuk kecil, sedikit sulit untuk konsentrasi dengan pertanyaan yang diajukan dan melakukan sesuatu yang tidak perlu seperti menggunting-gunting daundaun kering. Hasil dan Analisis Kognitif Sulit Konsentrasi. Subjek merasa sulit konsentrasi jika anak subjek sedang bikin masalah, seperti pulang sering terlambat tetapi tidak memberi kabar dan setelah ditanyakan kepada anaknya hanya menjawab main kerumah temannya. Cukup sering anak subjek pulang terlambat ke rumah dan selalu diatas jam 9 malam terutama hampir setiap akhir pekan. Gelisah. Subjek juga terkadang merasa gelisah karena takut jika anaknya masuk kepergaulan yang salah, karena menurutnya apabila anak sudah jarang dirumah maka apapun bisa saja terjadi termasuk melakukan halhal yang akan merugikannya. Motorik Berjalan Mondar-mandir. Subjek mengaku dirinya bukan ibu yang terlalu mencemaskan anaknya, tetapi namanya orangtua pasti ada perasaan cemas dan khawatir. Apabila sedang menanti anaknya yang pulang 6

7 terlambat subjek berjalan mondar-mandir tetapi tidak terlalu berlebihan seperti kebanyakan orang hanya yang dilakukan subjek adalah duduk walaupun tidak tenang tetapi sambil melamun. Gemetar & kaki Bergoyanggoyang. Tetapi subjek hanya sering melamun dan tanpa disadarinya kakinya sering bergoyang-goyang, dan menurutnya hal itu bukan merupakan reaksi kecemasannya tetapi hanya kebiasaan subjek. Somatik Kesulitan Bernapas Secara Teratur. Menurut subjek ia tidak pernah merasa sulit bernapas yang parah. Sulit bernapas subjek akan terjadi apabila anak subjek melakukan sesuatu yang membuat subjek marah sehingga subjek akan marahmarah pada anaknya dan terbawa sampai sulitnya bernapas secara teratur. Dada Berdebar-debar. Subjek mengatakan apabila anaknya pulang terlambat kerumah dan tidak memberi kabar maka subjek akan merasa dadanya berdebar-debar. Karena menurutnya subjek suka takut kalau anaknya kenapa-kenapa atau melakukan sesuatu yang negatif. Afektif Takut. Subjek terkadang merasa takut dan tegang apabila melihat perkembangan dan permasalahan remaja saat ini yang semakin membuat para orangtua selalu mawas diri. Tetapi subjek selalu percaya dengan anak-anaknya walaupun ada sedikit perasaan yang membuat dirinya selalu diliputi rasa cemas dan khawatir. Faktor Yang mempengaruhi Kecemasan Masalah Fisik Apabila penyakit subjek sedang kambuh maka subjek merasa cemas pada anak-anaknya terutama anak sulungnya yang sedang memasuki dunia remaja. Karena walaupun subjek mempunyai suami yang juga sangat memperhatikan anak-anaknya tetap saja caranya berbeda dalam memperhatikan apa yang dilakukan anak-anaknya di luar. C. Subjek ketiga Nama : A W Usia : 44 tahun Agama : Islam Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Pendidikan : SMEA Alamat : Depok Usia Anak : 19 Tahun Jenis Kelamin Anak : Laki-laki Observasi Terhadap Kecemasan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Pada saat wawancara dan observasi dilakukan subjek tidak ditemani oleh siapapun, semua anggota keluarganya sedang ada kegiatan di luar rumah Pada saat observasi pertama dilakukan, subjek terkesan sangat antusias dalam menjawab pertanyaan. Hal ini terlihat ketika menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah remaja, subjek menjawab dengan suara yang tegas. Tampak oleh peneliti saat ingin menjawab beberapa pertanyaan subjek terlihat mengerutkan dahinya dan meminta peneliti untuk mengulanginya. Hal ini menandakan konsentrasi subjek sedikit berkurang karena berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan anaknya mulai mengganggu pikirannya. Subjek tampak cemas dapat dilihat dari kurangnya konsentrasi subjek pada pertanyaan yang diajukan seperti memainkan bendabenda yang dipegangnya dan sering bolak-balik kebelakang lalu kembali lagi ke ruang tamu. Hasil dan Analisis Kognitif 7

8 Sulit Konsentrasi. Subjek mengatakan perilaku anaknya cukup membuat dirinya sulit konsentrasi jika sedang mengajar. Hal ini dikarenakan anak subjek jika sudah keluar rumah maka pulangnya selalu diatas jam 10. Ini berlangsung hampir setiap malam, jika sudah begitu subjek akan menunggu sampai anaknya pulang. Gelisah. Subjek juga terkadang merasa gelisah karena takut jika anaknya terjerumus dalam pergaulan yang salah, karena menurutnya apabila anak sudah jarang dirumah maka apapun bisa saja terjadi termasuk melakukan hal-hal yang merugikannya. Sulit Tidur. Subjek bercerita kalau dia sedang merasa cemas dengan anaknya yang selalu pulang diatas jam 10 malam, maka yang dilakukan subjek adalah menunggunya sampai pulang. Sering subjek merasa susah untuk tidur, walaupun anaknya sudah pulang tetapi kenginannya untuk tidur dengan tenang sulit dilakukannya. Motorik Berjalan Mondar-mandir. Jika sedang menunggu anaknya pulang kerumah subjek tidak tenang menantinya, seperti duduk yang selalu berpindahpindah mulai dari duduk diruang keluarga, di ruang tamu, sampai di teras rumahnya. Mondarmandir adalah kebiasaan subjek jika sedang mengalami cemas yang berkaitan dengan anaknya. Gemetar dan Kaki Goyanggoyang. Subjek berkata apabila subjek hanya mengingat atau berpikir tentang permasalahn remaja saat ini, ia tidak akan menunjukkan perilaku yang macam-macam hanya saja ia menjadi sering melamun mengingat anaknya yang cukup sulit diatur. Somatik Sulit Bernapas Teratur. Menurut subjek setiap ia menunggu anaknya pulang yang terlewat malam maka jantungnya akan berdetak cukup kencang yang kadang jika kondisinya sedang tidak sehat akan membuat kesulitan bernapas secara teratur. Dada Berdebar-debar. Jantung yang berdebar-debar selalu dirasakannya hampir disetiap malam jika anaknya pulang lewat dari jam 10 malam. Menurut subjek seharusnya hal ini sudah terbiasa tetapi ketakutan subjek pada anaknya jika terjadi sesuatu padanya akan membuat dirinya akan sangat merasa bersalah. Afektif Takut. Subjek menjelaskan kalau dirinya sangat takut jika anaknya terjerumus pergaulan yang salah dan memakai obatobatan yang terlarang. Walaupun sejauh ini hal itu tidak terjadi tetapi apapun bisa saja terjadi melihat anaknya kini sudah mulai merokok. Sedih. Jika sedang melamun subjek sering merasa sedih dengan perilaku anaknya yang seperti itu. Walaupun sampai saat ini masih biasa saja tapi ketakutan itu selalu muncul. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan. Pengalaman Tidak Menyenangkan Menurut subjek dirinya pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan perilaku anak sulungnya yang menyebabkan ia sedikit protektif pada anak-anaknya terutama anaknya yang pertama. Dulu waktu anaknya masih duduk dibangku SD kelas 6 ia pernah menemukan rokok di saku celana sekolahnya saat subjek sedang mencuci bajunya. Ketika itu subjek marah besar dan langsung memanggil anaknya yang saat itu sedang tidur. Stresor Eksternal Yang Panjang 8

9 Selain permasalahan anaknya dirumah subjek juga merasa cemas dengan para murid-murid yang diajarnya. Jika sudah selesai masa ujian disinilah masalah mulai timbul, banyak diantara mereka mendapat nilai yang tidak memuaskan padahal menurut subjek dirinya sudah benarbenar mengajarnya. Masalah Fisik Jika sedang cemas dan khawatir subjek sangat takut kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya. Karena sering merasa gelisah jantung pun berdetak menjadi kencang dan membuat subjek kesulitan dalam bernapas serta tekanan darah menjadi tidak stabil. Hal ini menjadikan subjek merasakan cemas dan takut apabila terjadi sesuatu padanya nanti, karena jika hal itu benar-benar terjadi maka perhatian dengan setiap perilaku anak sulungnya akan berkurang mengingat anak sulungnya termasuk anak pembangkang. BAB V A. Simpulan a. Gambaran Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung pada Usia Remaja Dari hasil penelitian ketiga subjek, dapat ditarik beberapa simpulan bahwa secara umum ketiga subjek mengalami kecemasan namun tidak semua subjek melewati karakteristik kecemasan. Karakteristik kecemasan tersebut dapat diketahui secara kognitif, motorik, somatik, dan afektif. b. Gambaran faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung pada Usia Remaja a. Perilaku Anak Pada umumnya ketiga subjek merasakan setiap perilaku anakanaknya terutama anak sulungnya termasuk kedalam perilaku yang masih dalam batas biasa seperti pada umumnya. b. Masalah Fisik Masalah fisik yang dialami ketiga subjek pun hampir sama yaitu kesulitan bernapas secara teratur. Jika ketika subjek mengalami hal tersebut maka ketiga subjek akan merasakan hal sama yaitu cemas pada perilaku anak-anak mereka. c. Pengalaman tidak Menyenangkan Pengalaman tidak menyenangkan menjadi salah satu penyebab dari seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan seperti yang dialami oleh ketiga subjek. d. Stressor Eksternal yang Berat Kemunculan stressor yang berat seperti perginya orang yang dicintai dapat memunculkan reaksi kecemasan. Hal ini dialami subjek 1 ketika subjek harus bercerai dengan suaminya sekitar 2 tahun lalu. Karena menurut subjek jika terjadi sesuatu pada dirinya seperti mempunyai penyakit yang cukup parah maka tidak akan ada orang yang memperhatikan penuh setiap tingkah laku anak-anaknya terutama anak sulungnya. Dalam hal ini subjek 2 dan subjek 3 tidak mengalami stressor eksternal yang berat. e. Stressor Eksternal yang Berkepanjangan Stressor Eksternal yang berkepanjangan dapat pula memunculkan reaksi kecemasan yang berlebihan, seperti pada subjek 3 karena profesi subjek ini adalah seorang guru SD maka beban yang ditanggung lebih besar apabila datang waktunya pembagian raport. Pada hal ini subjek 1 dan subjek 3 tidak mengalami stressor eksternal yang berkepanjangan. B. Saran Saran yang diajukan peneliti terhadap penetian ini adalah sebagai berikut, Bagi anak sulung, lebih mendekatkan diri pada keluarga serta terbuka pada setiap masalahmasalahnya, bagi orangtua, memberikan pendidikan keagamaan dan pendidikan tentang seksagar anak- 9

10 anak remaja mereka menyadari betapa pentingnya hal tersebut di jaman sekarang ini serta untuk bekal merekan nantinya, bagi masyarakat, agar tidak berpikir secara negatif khususnya kepada anak-anak remaja, justru masyarakat memberikan arahan yang terbaik agar anak-anak remaja tersebut dapat berkarya dan berproduktivitas, bagi pemerintah agar lebih peduli dengan kurangnya sarana dan prasarana bagi remaja untuk mengekspresikan hobi dan tingkah lakunya kearah yang positif, sepertimenyediakan sarana olahraga. Apabila pemerintah benar-benar menyediakan hal tersebut maka akan mengurangi kegiatan remaja yang sifatnya negatif, untuk penelitian selanjutnya, agar lebih mengembangkan penelitian mengenai kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja agar para orangtua dan anakanaknya terutama anak sulung dapat lebih menempatkan diri mereka sebagaimana mestinya. DAFTAR PUSTAKA Atwater, E. (1990). Psychology of Adjusment Personal Growth In a Changing World. 2 nd Edition. Englewood Clifts. New Jersey : Prentice Hall. Budimoeldjono. (2001). Kecemasan. Geocities.com Chaplin, J. P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. Fausiah, F. & Widury, J Bahan Ajar Psikologi Abnormal. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Gerungan. W. A. (2002). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Gordon, T. (1989). Menjadi Orang tua Efektif. Jakarta : Gramedia. Hadibroto, (2003). Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dalam Mengenal Urutan Kelahiran untuk Memahami diri dan Orang lain. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Kaplan, H. I., Sadock, B. J. & Grebb, J. A. (1994). Synopsis of Psychiatry : Sinopsis psikiatri. Alih Bahasa : Kusuma, W. Jakarta : Binarupa Aksara. Kartono, K. (1989). Psikologi Wanita. Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Edisi 1. Bandung : Penerbit Alumni. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. T. (2002). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Narbuko, C & Achmadi, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi ( LPSP3 ) Universitas Indonesia. Rice, F. P. (1996). The Adolescence 1 : Development, Relationships, and Culture. Boston : University Of Maire. Ronikurniawan, A. (2000). Hubungan Intensitas Mendengarkan Lagu Bertema Rohaniah Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pengajaran Sekolah Luar Biasa Pangudi Luhur. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma. 10

11 Santrock, J. W. (1998). Adolescence. Dallas : University Of Texas. Sarwono, S. D. (2002). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta : Bina Aksara. Sitorus, M. (2000). Sosiologi. Bandar Lampung. PT. Gelora Aksara Pratama. Sobur, A. (1991). Anak Masa Depan. Bandung : Angkasa. Supratiknya. (1995). Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Sanata Darma. Willis, S. (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya.Bandung : Angkasa. Yolanda, D. (2005). Gambaran Kecemasan pada Karyawan yang Berstatus Kontrak. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 11

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik (http://www.biropusatstatistik.org), maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak la

PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik (http://www.biropusatstatistik.org), maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak la KECEMASAN SEORANG SINGLE PARENT YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL SHITA TRISTANI Pembimbing: Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M. Si ABSTRAK Beberapa tahun belakangan ini sering sekali terjadi perceraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KECEMASAN 1. Pengertian kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat subjektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada hal yang hendak dicapainya, dan berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan

Lebih terperinci

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Masalah Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya terutama orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khitan dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan pengertian dari sunat, dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012) menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 68 69 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 70 Identitas Subyek Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Fakultas : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah seluruh pernyataan berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA Dwi Nastiti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: nastitidwi19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu, karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Dinamika Psikologis Mahasiswa Aktif yang Menikah di Masa Studi

BAB V PEMBAHASAN. A. Dinamika Psikologis Mahasiswa Aktif yang Menikah di Masa Studi BAB V PEMBAHASAN A. Dinamika Psikologis Mahasiswa Aktif yang Menikah di Masa Studi Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui dinamika psikologis mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 63 SKALA KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE Usia : Mulai Menopause umur : Masih Bersuami : ya / tidak Alamat : NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya menghadapi masa-masa menopause ini dengan biasa seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya wanita tidak mungkin lepas dari menopause, karena menopause merupakan peristiwa yang pasti akan dialami oleh setiap wanita dan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal

Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal ABSTRAKS KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL SARAH HOTMAULI Pembimbing : Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Mpsi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kecemasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA A. IDENTITAS Kelas : B. PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang

Lebih terperinci