BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi Kampung Pulo Sumber: hasil olahan pribadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

SHOPPING MALL DI JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

Gigih Juangdita

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA SELATAN Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LP3A Tugas Akhir 135: Apartemen Tanjung Barat BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Tugas Akhir 2015 BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di Palembang Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komposisi Penduduk DKI Jakarta 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

REDESAIN PASAR INDUK KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN.

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Undip Sumber : BAPSI Undip

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggal, seperti ruang tidur, ruang makan, dan kamar mandi. Karena bersifat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

STASIUN BESAR CIKARANG dengan KONSEP PARK and RIDE BAB I PENDAHULUAN

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

REDESAIN PUSAT KESENIAN JAKARTA - TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ - TIM)

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam UN Documents : The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements development in an urbanizing world (1996) menjelaskan mengenai Improving Urban Economic atau meningkatkan ekonomi perkotaan, dikenal dengan istilah urban economy adalah integrasi antara proses transformasi ekonomi dengan pembangunan. Pembangunan ekonomi dan penyediaan layanan dapat ditingkatkan melalui perbaikan kegiatan pemukiman manusia, seperti revitalisasi perkotaan, konstruksi, peningkatan dan pemeliharaan fasilitas infrastruktur, dan bangunan dan pekerjaan sipil. Di dalam tindakan yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi perkotaan dikatakan dalam UN Document ke-162 No. 2 bahwa peningkatan ekonomi perkotaan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari langkah-langkah untuk transisi struktural dan ekonomi seperti mempromosikan fungsi terintegrasi dari pasar perumahan dengan perumahan. Oleh sebab itu bangunan yang dipilih oleh penulis dalam tugas akhir ini adalah pasar yang dihubungkan dengan fungsi hunian, dalam hal ini pasar tradisional dan rumah susun. Bila berbicara mengenai pasar tradisional maka peremajaan pasar tradisional menjawab salah satu tindakan perbaikan ekonomi kota untuk aspek peningkatan dan pemeliharaan fasilitas karena pasar tradisional merupakan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi dalam hal ini perdagangan mikro. Lebih luas lagi, pasar tradisional merupakan sebuah ruang publik yang difungsikan sebagai pusat perdagangan yang berarti terjadi proses interaksi sosial antara pedagang dengan pembeli yaitu tawar menawar harga. Sebagai penggerak perekonomian kota pasar tradisional merupakan wadah Unit Usaha Mikro dan Mengengah (UMKM) yang umlah unit usahanya berkontribusi mencapai 99,99 persen menurut Ferry Mursyidan Baldan, juru bicara Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebagai penggerak ekonomi perkotaan peremajaan menjadi hukum wajib untuk menyelamatkan pasar tradisional tutur Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang UMKM, Sandiaga Uno. Peremajaan dilakukan agar rancangan bangunan pasar tradisional dapat menopang kegiatan di dalamnya. Dewasa ini, keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi dengan keberadaan pasar modern dilihat dari tingkat penjualannya. Menurut 1

2 survei dari AC Nielsen hal ini disebabkan oleh citra negatif dari pasar tradisional terutama pada citra fisik sehingga konsumen beralih kepada retail atau pasar modern. Gambar 1. Perbandingan Daya Jual Pasar Modern, Retail, dan Pasar Tradisional Sumber: varia.id, diakses pada 10 September 2015 Berdasarkan catatan PD Pasar Jaya, dari total 152 pasar, 139 unit pasar kecil dan 13 unit pasar besar atau pasar regional. Secara rinci di Jakarta Pusat terdapat 34 unit pasar kecil, Jakarta Barat 25 unit pasar kecil, Jakarta Utara terdapat 27 pasar kecil, Jakarta Timur terdapat 29 unit pasar kecil, dan Jakarta Selatan terdapat 24 unit pasar kecil. Bedasarkan sumber yang sama hanya 27 pasar yang aspek fisik bangunannya masih baik. Sisanya, 111 pasar dalam kondisi fisik bangunan rusak sedang atau berat dan hanya 13 pasar mengalami rusak ringan padahal bila ditelusuri secara lebih mendalam pasar tradisional masih menjadi pusat penyedia kebutuhan pangan perkotaan (Sumber : Website Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati, 2013, diakses pada 2 Oktober 2015). Sebagai ruang publik yang difungsikan untuk perdagangan maka peranan dari pengelola maupun konsumen sangat penting. Suasana pasar yang nyaman dan bersih menjadi daya tarik bagi konsumen yang dapat diupayahkan oleh pihak pengelola itu yang masih jarang terlihat pada pasar tradisional di Jakarta. Selain itu seiring dengan berkembangnya pembangunan di Jakarta, semakin banyak investor yang mengembangkan bisnis di kota ini. Hal tersebut menimbulkan lapangan-lapangan kerja baru yang diikuti dengan banyaknya tenaga kerja yang masuk ke Jakarta. Akibatnya jumlah penduduk mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data statistik jumlah penduduk kota Jakarta pada bulan November 2011 mencapai 10.187.595 jiwa dan terus mengalami peningkatan (Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

3 Administratif, 2011). Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan tentunya menyebabkan kebutuhan tempat tinggal juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jakarta, prediksi jumlah kebutuhan tempat tinggal di kota Semarang pada tahun 2020 adalah 486.316 unit. Kebutuhan tempat tinggal ini terbagi atas 10% hunian tipe besar, 30% hunian tipe sedang, dan 60% hunian tipe kecil. Dengan munculnya gaya hidup modern di kota Jakarta, saat ini masyarakat Jakarta ingin tinggal di daerah yang dekat dengan pusat kota. Minat masyarakat untuk tinggal di daerah pinggiran kota semakin menurun, dengan alasan jauh dari pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Sementara ketersediaan lahan di daerah pusat kota saat ini semakin menipis dan harganya pun semakin menjulang. Perkembangan perumahan secara horizontal dirasa sudah tidak relevan lagi. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan area hunian secara vertikal, yaitu rumah susun. Berangkat dari kurangnya lahan untuk hunian terutama bagi warga Jakarta kategori menengah atau menengah kebawah menjadi latar belakang Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengusulkan adanya penggabungan fungsi antara pasar dengan rumah susun dengan pemikiran bahwa adanya hubungan antara hunian dan pasar tersebut dapat menciptakan peningkatan ekonomi di sektor mikro, memajukan usaha kecil milik penghuni atau pedagang. Selain itu, penggabungan fungsi tersebut dapat menghemat penggunaan lahan di Jakarta. MetroTV News (2015) mengabarkan bahwa kawasan perdagangan Pasar Rumput akan dijadikan pasar terintegrasi hunian yang memiliki ketinggian 26 lantai. Lantai pertama sampai lantai dua akan difungsikan sebagai area pasar sedangkan lantai diatasnya akan difungsikan sebagai hunian. Hunian akan terdiri dari 2 tower yang berisikan kurang lebih 1.220 unit hunian sewa yang diperuntukan bagi pedagang Pasar Rumput dan masyarakat mengengah kebawah yang mendapat dampak penggusuran di Jakarta. Peruntukan rumah susun tersebut untuk masyarakat kelas menengah bawah yang belum memiliki rumah tetap dengan sistem sewa. Pasar yang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Kelurahan Pasar Manggis ini dipilih atas dasar karena pasar tersebut mengakomodasi tidak hanya masyarakat dari Jakarta Selatan namun Jakarta Pusat, Tangerang Selatan, dan telah

4 beroperasi sejak 1964. Salah satu dari 111 pasar tradisional yang memiliki keadaan fisik yang rusak parah adalah Pasar Rumput di Jakarta Selatan. Pasar Rumput merupakan salah satu pasar yang memenuhi kriteria pasar Tipe A menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 48 karena memiliki luas lebih dari 3.000 m 2 dan merupakan pusat ekonomi yang terdapat di Jakarta Selatan. Pasar dengan 1.780 kios tersebut memiliki akses kendaraan umum yang memadahi menjadikan Pasar Rumput menjadi pilihan warga Jakarta Selatan untuk memenuhi kebutuhan pokok akan tetapi citra Pasar Rumput mulai surut karena kondisi fisik pasar yang memprihatinkan apalagi setelah kebakaran yang menghancurkan sebagian besar bangunan pada tahun 1999 dan 2014. Gambar 2. Kondisi Fisik Pasar Rumput Sumber: www.google.com, diakses pada 1 September 2015 Kerusakan yang dapat ditemukan di pasar tersebut cukup beragam mulai dari kerusakkan kecil seperti keramik pecah, sedang, sampai parah seperti area perdagangan yang terbakar akibat sering terjadinya arus pendek listrik menambah kondisi yang memprihatinkan dari pasar ini. Pada pertengahan tahun 2013, Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, telah merelokasi PKL yang menghambat arus lalu lintas di Jalan Sultan Agung namun mobilisasi kendaraan masih terhambat di wilayah Pasar Rumput. Kenyataan yang harus dihadapi saat ini sirkulasi kawasan Pasar Rumput terlihat tidak tertata dengan baik, pemukiman yang berada di sekitar lokasi pasar menjadikan lantai 1 bagian rumah mereka menjadi kios atau lapak sehingga memakan badan jalan dan menghambat sirkulasi yang terjadi di sekitar kawasan ini. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan ruang untuk berdagang yang lebih besar sekaligus kebutuhan untuk bermukim. Selain tidak adanya penyelarasan barang yang diperdagangkan membuat pedagang cenderung asal dalam memilih lapak untuk berdagang.

5 Gambar 3. Kios Berfungsi Ganda Sumber: www.google.com, diakses pada 1 September 2015 Banyak bagian bangunan yang sudah tidak kokoh lagi, ditambah dengan terbatasnya ruang gerak yang diakibatkan perkembangan jumlah barang dagangan tidak diiringi dengan penambahan area atau lapak untuk berdagang. Kondisi ini yang menjadikan Pasar Rumput terlihat sangat kumuh. Bergerak dari keadaan ini perlu diadakan upaya menanggulangin permasalahan pada Pasar Rumput agar tetap dapat merangkul penduduk golongan menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika dilihat dari permasalahan yang ada terlihat jelas bahwa Pasar Rumput mengalami penurunan kualitas lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan potensi perekonomian di daerah tersebut tidak berjalan maksimal. Peningkatan dan perbaikan fungsi sangatlah perlu dilakukan pada pasar tersebut mengingat pasar tersebut sudah menjadi pusat perdagangan di Jakarta Selatan. Melihat dari kebutuhannya maka solusi yang akan dilakukan bergerak seputar peremajaan atau perbaikan daya hidup, peremajaan kawasan Pasar Rumput menjawab kebutuhan Kota Jakarta mengenai bangunan atau kawasan fungsi ganda, pasar tradisional dan rumah susun, baik secara fisik maupun non-fisik yang responsif terhadap kehidupan sosial (Martokusumo, 2008). Dengan menggabungkan kedua fungsi tersebut secara tidak langsung akan mengkondisi ulang pasar menjadi pasar yang bersih, nyaman, aman dan sehat serta meningkatakan tingkat ekonomi penghuni rumah susun karena jarak ke pasar menjadi lebih dekat. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah atau isu pokok disimpulkan bahwa masalah yang ada pada lokasi tapak tersebut adalah : Bagaimana cara menggabungkan fungsi pasar dengan hunian pada Pasar Rumput Jakarta Selatan?

6 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian pada kawasan Pasar Rumput adalah sebagai berikut : Peremajaan kawasan Pasar Rumput menjadi kawasan pasar yang digabungkan dengan hunian 1.4. Ruang Lingkup 1.4.1. Ruang Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dan permasalahan pada penelitian ini mengenai pengembangan bersifat peremajaan Pasar Rumput sebagai pasar tradisional yang digabungkan dengan fungsi hunian. 1.4.2. Ruang Lingkup Kawasan Tabel 1. Tabel Ruang Lingkup Kawasan K2 - Kawasan Perdagangan Pasar Rumput Alamat Jalan Sultan Agung Kecamatan Pasar Manggis Kelurahan Setiabudi Kota Adm. Jakarta Selatan Batas Tapak Utara Jalan Sultan Agung Timur Jalan Menteng Wadas Timur, Perumahan Barat Kantor Polisi Jaya/Jayakarta Selatan Jalan Lingkar Pasar Rumput/Jalan Ujung, Perumahan Regulasi Sumber : http://sosialisasirdtrdkijakarta.com diakses pada 1 September 2015 1.5. State of The Art Pada state of the art ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian terdahulu sebagai panduan, contoh yang diambil berupa jurnal-jurnal dan prosiding pendidikan mengenai topik terkait perkembangan ekonomi kota, itu mengenai pasar tradisional, atau proyek peremajaan pasar.

Judul Penulis Tabel 2. Tabel State of The Art 1 2 3 4 5 Isu, Tujuan, dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo dan Sutan Hidayatsyah Eksistensi Pasar Tradisional Ditinjau Dari Konsep Geografi, Interaksi Sosial Dan Perilaku Produsen Konsumen Woro Kristiningtyas Rumah Susun Sebagai Bentuk Budaya Bermukim Masyarakat Modern Samsul Bahrir Vertical Cities as A Solution For Land Scarcity: The Tallest Public Housing Development in Singapore K M Grace Wong 7 An Empirical Study of The Efficacy of Mixed-Use Development: The Seattle Experience James R. DeLisle, Terry V. Grissom Tahun 2012 2012 2005 2005 2011 Mengkaji Meneliti Menemukan Meneliti eksistensi pasar mengenai solusi isu yang keterkaitan fungsi tradisional ditinjau hunian vertikal Tujuan beredar di rumah susun dari konsep dan dampaknya Penelitian tengah dengna kebutuhan geografi, interaksi kepada keterpurukan masyarakat sosial dan perilaku penggunaan pasar tradisional dewasa ini pedagang-pembeli lahan Meneliti dampak pemahaman mixuse pada revitalisasi perkotaan Lokasi Jakarta Semarang Sumatera Utara Singapura Seattle Isu mengenai pasar Masalah tradisional yang Rumah susun Tuntutan Pro kontra mulai tertinggal merupakan terhadap kondisi mengenai jauh peningkatan proyek fisik maupun hunian vertikal penjualannya modernisme yang non-fisik pasar yang diterapkan dibandingkan merugikan atau tradisional di Singapura dengan pasar menguntungkan modern Metode Penelitian Simpulan Konsep mix-use diterapkan hampir di seluruh bangunan di Kota Seatlle Literatur Kualitatif Literatur Observasi Kuantitatif Aspek Perancangan Pasar : arsitektur kota, standar fungsional pasar, dan penciptaan karakter lokal Pasar tradisional masih terbilang dapat bertahan dalam kurun waktu 10 tahun ini namun adanya dukungan dari pihak negeri maupun swasta akan membantu menjaga eksistensi keberadaan pasar tradisional Rumah susun terkadang dibangun hanya berdasarkan aspek arsitektural tanpa mementingkan aspek sosial dan keamanan yang sebenarnya justru menentukan kenyamanan penghuni Di Singapura banyak hunian vertikal digabungkan dengan fungsi lain seperti retail dan komersil yang dikelola oleh penghuni memberikan dampak bagi lingkungan sekitar dalam hal sosial ekonomi Konsep tersebut menjawab kebutuhan kota yang berkelanjutan dan dalam aspek mikro mempengaruhi tingkat ekonomi suatu wilayah

8