TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LAPISAN UMPAN KAWAT ALUMUNIUM PADA BAJA KARBON DENGAN PROSES BUSUR LISTRIK TERHADAP KETAHANAN AUS

BAB VI PEMBAHASAN. hasil pelapisan Ni-Cr menggunakan thermal spray powder coating terhadap

PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

Persentasi Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

Oleh : Ridwan Sunarya Pembimbing : Dr. Widyastuti S.Si, M.Si Ir. Lilis Mariani, M.Eng. (LAPAN)

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN JARAK SEMPROT TERHADAP PELAPISAN LOGAM PADUAN NIKEL-ALUMINIUM (METCO 404) DALAM PROSES SEMPROT PLASMA

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

BAB IV DATA DAN ANALISA

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PROSES NITRIDASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN FCD 700 DENGAN MEDIA NITRIDASI UREA

BAB II KERANGKA TEORI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PELAPISAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN TIMAH PUTIH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PLASMA ARC WELDING. OLEH : Rizki Yustisiabella Cinthya Amourani Hidayat Ramadhan Kenan Sihombing

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

PROSES MANUFACTURING

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR GUNUNG TERHADAP KUALITAS DAN FLUIDITAS HASIL PENGECORAN LOGAM PADUAN Al-Si

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

LAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

BAB 1 PROSES PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Laboratorium Metalurgi, Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Indonesia. Abstrak

sehingga dihasilkan sebuah produk yang solid dengan bentuk seperti Karakteristik yang penting dari partikel adalah: distribusi serbuk dan ukuran

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

Hasil Penelitian dan Pembahasan

PENINGKATAN KEKERASAN DENGAN METODA KARBURISASI PADA BAJA KARBON RENDAH (MEDAN) DENGAN MEDIA KOKAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

Transkripsi:

PENGARUH LAPISAN UMPAN KAWAT SENG PADA BAJA KARBON DAN BAJA PERKAKAS DENGAN PROSES BUSUR LISTRIK Rita Djunaidi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas IBA. Email: ABSTRAK Dalam penelitian ini di lakukan Proses Semprot Logam Busur Listrik dengan umpan Kawat Seng menggunakan variable logam dasar berbeda yaitu Logam Perkakas dengan Logam Karbon. Kekerasan Baja Perkakas 410 HV Sedangkan Baja Karbon mencapai 405 HV. Dari hasil penelitian Baja Perkakas lebih tinggi di banding Baja Karbon laju Aus Deposit Logam Semprot dipengaruhi kekerasan. Kata Kunci : Umpan Kawat Seng, Baja Perkakas, Baja Karbon 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu metode untuk mendapatkan lapisan tahan aus adalah proses semprot logam. Proses semprot logam dapat digunakan untuk menghasilkan komponen-komponen tahan aus maupun untuk perbaikan. Pada proses perbaikan (repair), semprot logam digtmakan untuk mengembalikan dimensi dari suatu komponen yang telah mengalami keausan. Keunggulan dari proses semprot logam adalah: 1. Ukuran dan bahan yang dapat dilapisi tak terbatas. 2. Tidak terjadi pemanasan yang tinggi terhadap logam dasar. 3. Dapat menggunakan material pelapis Non Weldabiliry. Dalam penelitian ini dilakukan proses semprot pada logam dasar yang berbeda. Yaitu Baja Perkakas Pengerjaan Panas dan Baja Karbon (Carbon Steels), untuk mempelajari karakteristik hasil semprotnya. Dimana pada peristiwa keausan lebih mengutamakan kehandalan lapisan permukaan dari suatu material. Sehingga dapat diperkirakan kemungkinan untuk mengganti Baja Perkakas Pengerjaan Panas yang digunakan sebagai logam dasar dengan Baja Karbon yang secara ekonomis jauh lebih murah. 1.2. Tujuan Penelitian 1. Mempelajari karakteristik lapisan hasil semprot logam berupa sifat ketahanan aus, sifat kekerasan, dan struktur mikronya. 2. Membandingkan karakteristik lapisan hasil semprot logam pada material logam dasar yang berbeda sehingga dapat diprediksi nilai optimum dari tiap materialnya. 3. Memperkirakan kemungkinan Baja Karbon untuk menggantikan Baja Perkakas Pengerjaan Panas sebagai logam dasar hasil proses semprot logam untuk aplikasi komponen tahan aus. 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini akan dibandingkan karakteristik lapisan hasil semprot logam dari dua jenis logam dasar yang berbeda. Berupa sifat ketahanan aus, sifat kekerasan, dan struktur mikro hasil semprot antara logam dasar Baja Karbon dan Baja Perkakas. Material umpan yang digunakan sebagai material pelapis adalah seng yang berupa kawat. 61

Proses penyemprotan dilakukan dengan proses semprot logam Busur Listrik. Pengujian yang dilakukan meliputi : 1. Pengujian kekerasan Vickers 2. Pengukuran ketebalan lapisan 3. Pengujian struktur mikro 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Semprot Logam Proses semprot logam dalam pengertian umum dipakai untuk mendefinisikan suatu kelompok proses penyemprotan atau pendepositan material logam atau non logam dasar untuk membentuk lapisan. Material pelapis dapat berupa kawat atau Serbuk. Alat penyemprot menggunakan Busur listrik, Nyala Api ataupun Busur Plasma yang akan menghasilkan panas untuk melelehkan material pelapis. Material pelapis berubah menjadi keadaan plastis atau cair ketika dipanaskan dan disemprotkan oleh penembak umpan ke dalam logam dasar. Partikel akan menumbuk logam dasar membentuk lapisan tipis yang terikat ke logam dasar dan terikat antar partikel itu sendiri. Partikel-partikel yang tersusun dan menjadi dingin dalam struktur lamellar akan membentuk lapisan. Material berkaitan dengan cara saling mengunci (interlocking). Kecepatan partikel, kekerasan material induk, ukuran partikel, komposisi kimia, tempratur partikel dan tempratur material induk akan mempengaruhi kekuatan ikatan material pelapis. Gambar 2.1. Skema peralatan semprot busur Pada saat ini ada lima jenis metoda proses semprot yang digunakan. Kelima metoda tersebut adalah : 1. Semprot Logam Busur Listrik Umpan Kawat (Electric Arc Wire Spray). 2. Semprot Logam Nyala Api Umpan Kawat (Oxyfuel Wire Spray). 3. Semprot Logam Busur Plasma Umpan Serbuk (Plasma Arc Powder Spray). 4. Semprot Logam Nyala Api Umpan Serbuk (Oxyfuel Powder Spray). 5. Semprot Logam Nyala Api Kecepatan Tinggi Umpan Serbuk (High Velocity Oxyfuel Powder Spray). 2.2. Proses Semprot Logam Busur Listrik Sistim peralatan Semprot Busur Listrik terdiri dari senjata semprot, umpan bahan pelapis dalam bentuk logam, serta sebuah unit pengendali material umpan berupa logam, Sistim tersebut bekerja secara kompak. Dalam peralatan Semprot Busur listrik, elektroda-elektroda logam bersentuhan akan membentuk suatu busur nyala untuk memanaskan bahan pelapis hingga temperatur yang cukup tinggi sampai bahan tersebut lebur. Logam lelehan atomisasi melalui aliran gas dan disemprotkan keatas permukaan benda uji. Skema peralatan semprot busur dapat dilihat pada gambar 2.1. Aliran partikel-partikel lelehan yang terbentuk bisa terdiri dari partikel-partikel yang relative besar atau tetesan halus yang diatomisasi, tergantung kepada proses atomisasi. Mekanisme pembentukannya dapat dilihat dalam Gambar 2.2. 62

Gambar 2.2. Skema ilustrasi dari pembentukan partikel selama penyemprotan dengan busur. Gambar 2.3. Proses peleburan logam selama penyemprotan busur listrik Gambar 2.3. mengilustrasikan perilaku peleburan logam. Perubahan berkala pada ukuran busur dalam hubungannya dengan penyemprotan dan peleburan atau pembentukan logam leburan dapat dilihat dengan jelas. Rancangan koordinasi parameter-parameter yang ada haruslah dioptimasikan untuk masing-masing bahan semprot. Partikel-partikel lelehan mencapai kecepatan sampai 150 m/detik dan dipanaskan sampai diatas titik lebumya dengan baik. Ukuran partikel dan fraksi partikel mempunyai rentang dari 5 μ m sampai 60 μ m tergantung kepada proses otomisasi dan bisa divariasikan sampai ketebalan dari 100 μm sampai 800 μ m. Partikelpartikel yang disemprotkan menumbuk permukaan yang akan dilapisi, membeku dan membentuk lapisan semprot. 2.3. Mekanisme Pembentukan Deposit Lapisan Secara garis besar mekanisme proses pelapisan dengan semprot logam busur listrik dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu : l. Tahap peleburan material umpan 2. Tahap otomisasi logam cair 3. Tahap penyemprotan partikel halus logam cair 4. Tahap tumbukan dari partikel halus logam cair pada permukaan logam dasar yang akan dilapisi Keadaan dari suatu tahap selalu dipengaruhi oleh tahap sebelumnya. Dengan mengetahui kemudian mempelajari keempat tahap mekanisme tersebut, maka dapat digunakan untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada waktu operasi penyemprotan. 63

2.3.1. Tahap Pelebaran dari Materi Umpan Tahap peleburan dipengaruhi oleh kecepatan umpan dan temperatur semprot busur logam listrik, sedangkan kalau terjadi jalannya proses tidak seoptimal mungkin maka logam seng sebagai umpan secara otomatis akan terputus. 2.3.2. Tahap atomisasi dari logam cair Logam cair akan diatomisasi oleh udara tekanan dari kompresor. Atomisasi dari logam cair sangat dipengaruhi oleh viskositasnya dan viskositas tersebut dipengaruhioleh temperatur. Oleh karena itu diusahakan untuk bekerja pada temperatur yang optimal. Dengan menggunakan abrasive logam, maka unsur abrasive akan lebih lama.karena abrasive logam dapat digunakan sampai ratusan kali selama ukuran partikel masih cukup memadai, Partikel abrasive ini bisa berbentuk bundar, pipih. Blasting dengan abrasive grit lebih efektif dibandingkan dengan abrasive shot. Kadang-kadang abrasive grit dan shot dicampurkan untuk menutupi kekurangan masing-masing abrasive tersebut. Abrasive mineral lebih murah dari abrasive logam, karena itu abrasive ini (pasir silika) banyak digunakan pada sistem persiapan permukaan. 2.3.3. Jarak Penyemprotan Hal terpenting yang perlu diperhatikan selama proses penyemprotan adalah menjaga jarak alat semprot dengan pennukaan logam dasar pada selang jarak yang tertentu untuk tiap jenis lapisan logam semprot. Umumnya jarak penyemprotan berkisar antara 76,2-203 mm tergantung pada tipe alat semprot, logam dasar dan material umpan. 2.3.4. Kecepatan Umpan Logam Sama seperti jarak penyemprotan, kecepatan umpan logam pun perlu dijaga pada selang kecepatan yang diizinkan untuk tiap jenis lapisan logam semprot (seperti terlihat pada tabel 2.1.). Bila kecepatan pengumpanan logam begitu lambat atau tidak sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan maka secara otomatis kawat akan disemprotkan akan terputus. Tabel 2.1. Kecepatan untuk meleburkan umpan Unsur Pb Sn Zn Al Cu Meter/detik 337 446 763 1274 1046 2.3.5. Kecepatan Pergerakan Alat Semprot Kecepatan pergerakan alat semprot pun harus diatur untuk mendapatkan hasil pelapisan yang baik. Umumnya kecepatan pergerakannya berkisar 8.4-66.7 m/menit tergantung material umpan, logam dasar dan jenis proses semprot logam nya. Jika pergerakan alat semprot begitu lambat, maka kawat umpan secara otomatis akan terputus. 2.3.6. Suplai Udara Kualitas dari udara tekan yang disuplai, yang dibutuhkan untuk atomisasi material umpan dan mendorongnya menuju pennukaan logam yang akan disemprot merupakan faktor penting terhadap Kualitas deposit lapisan. Minyak atau air yang berlebih dalam udara dapat mengakibatkan fluktuasi logam busur listrik sehingga menghasilkan atomisasi material umpan yang jelek dan tak seragam. Udara yang tidak bersih juga dapat mengakibatkan deposit lapisan menjadi rusak. Oleh karena itu sebuah penyaring (filter) selalu diletakkan di antara sumber udara dan alat semprot. 64

2.4. Sifat dan Karakteristik Deposit Lapisan 2.4.1. Struktur Mikro Struktur mikro deposit lapisan logam semprot tidak homogen melainkan berupa partikelpartikel pipih yang berlapis-lapis. Porositas hampir selalu tardapat pada deposit lapisan dengan pori yang terisolisasi atau saling berhubungan. Gambar 2.4. Karakteristik lapisan semprot logam Terjadinya oksida pada deposit lapisan disebabkan oleh pengaruh nyala api yang bersifat pengoksida. Partikel halus yang berada dalam keadaan panas selama perjalanan menuju permukan material induk akan teroksidasi. Pada proses semprot logam, deposit akan terkonsentrasi pada daerah pusat dan berkurang pada daerah tepinya. Struktur permukaan yang menjadi ciri khas proses semprot logam adalah bentuk lapisan yang berombak. 2.4.2. Kekerasan Logam Semprot 4 Logam semprot beserta paduannya tidak memiliki kekerasan yang sama dengan logam cor atau logam tempanya. Kekerasan dari deposit logam semprot sangat penting untuk meningkatkan penggunaan proses semprot logam dalam memperbaiki bagian-bagian yang aus atau rusak. Kekerasan dari deposit logam semprot sangat dipengaruhi oleh jumlah oksida dan porositas dari lapisan. Bahan yang berpori tinggi mempunyai ketahanan yang rendah terhadap penembusan /penekanan daripada bahan yang padat. Sedangkan partikel oksida yang ada didalam deposit cenderung untuk memberikan harga kekerasan yang tinggi. Pada baja dengan adanya oksida dalam akan menyulitkan pemesinan lapisan tersebut. 2.4.3. Densitas dan Porositas Partikel yang disemprotkan dengan kecepatan yang lebih besar dan sifat partikel yang lebih kental (viscous) akan memberikan struktur lapisan dengan kepadatan yang baik. Pori terjadi pada batas butir dengan diameter yang bervariasi mulai dari 20 μ m - 100 μ m. Porositas pada lapisan dihubungkan dengan pembebasan oksigen, nitrogen dan hidrogen yang disebabkan kelarutannya yang semakin menurun dengan berkurangnya temperatur. Gas-gas yang terlarut dapat keluar ke udara bebas (porositas terbuka) atau terjebak dalam rongga mikro (porositas tertutup). Porositas mempengaruhi tercapainya densitas lapisan yang maksimum dan dalam sebagian kasus porosiias tak dapat dihilangkan walaupun panas yang diberikan telah mencukupi. 65

3. METO DE PENELITIAN LOGAM DASAR BAJA PERKAKAS PERSIAPAN PERMUKAAN - Pembersihan - Pengkasaran BAJA KARBON PEMANASAN AWAL KAWAT SENG PROSES SEMPROT PENGUHJIAN - Kekerasan Vickers - Struktur Mikro - Ketebalan Lapisan DATA LITERATUR PEMBAHASAN KESIMPULAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 66

4. HASIL PENELITIAN Gambar 4.1. Grafik Kekerasan Mikro Gambar 4.2. Grafik Kekerasan Makro Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Kekerasan Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Kekerasan 67

Gambar 5.5. Foto Struktur Mikro Awal Baja Karbon (500x) Gambar 5.6. Foto Serbuk Hasil Penyemprotan Pada Baja Karbon (25x) Gambar 5.7. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Karbon (100x) Gambar 5.8. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Karbon (200x) 68

Gambar 5.9. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Karbon (500x) Gambar 5.10. Foto Struktur Mikro Awal Baja Perkakas (500x) Gambar 5.11. Foto Serbuk Hasil Penyemprotan Pada Baja Perkakas (25x) Gambar IV.12. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Perkakas (100x) 69

Gambar 5.12. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Perkakas (100x) Gambar 5.13. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Perkakas (200x) Gambar 5.14. Foto Struktur Lapisan Serbuk Pada Baja Perkakas (500x) 70

5. PEMBAHASAN 5.1. Kekerasan 5.1.1. Kekerasan Mikro Dengan melihat gambar 4.1 grafik kekerasan mikro, kekerasan lapisan serbuk pada Baja Perkakas mencapai 410 HV sedangkan pada Baja Karbon mencapai 405 HV, Hal ini tidak jauh berbeda dengan spesifikasi standar untuk kawat Seng bahwa kekerasan nya dapat mencapai 42 HRC ( sekitar 415 HV) setelah mengalami fusing.tingkat kekerasan yang tinggi ini didapat dari komposisi material kawat Seng yang saling bereaksi dan bersifat Self- flusing. Kawat Seng merupakan material pelapis yang mengalami Self- flusing material yang mengandung unsur yang akan bereaksi dengan Oksigen atau Oksida untuk membentuk Oksida yang lain dengan berat Jenis ringan yang akan melekat pada permukaan. Sehingga akan meningkat kekerasan, Rapat Jenis (Density) dan kekuatan ikatan (2) Kekerasan juga sangat dipengaruhi oleh kandungan pori pada deposit. Adanya pori akan menurunkan kekerasan deposit logam semprot. 5.1.2. Kekerasan Makro Dengan melihat gambar IV,2 grafik kekerasan makro, untuk kekerasan makro logam hasil semprot pada Baja Perkakas didapat kekerasan 403,82 HV sedangkan pada Baja Karbon adalah 258,135 HV. Dengan membandingkan kekerasan makro yang didapat oleh Baja Perkakas dengan Baja Karbon, terlihat kekerasan makro pada Baja Karbon lebih rendah. Hal ini terjadi karena ketebalan deposit logam semprot pada Baja Karbon lebih rendah daripada ketebalan deposit pada Baja Perkakas. Ketebalan deposit pada Baja Karbon adalah 0,11 mm, sedangkan pada Baja Perkakas mencapai 0,23mm. Kekerasan makro menggunakan beban yang besar dan indentasi mengenai deposit maupun logam dasar. Hal ini menjadikan deposit logam semprot pada Baja karbon tidak mencukupi untuk menahan indentasi yang besar. Sehingga kekerasannya lebih rendah. Dengan melihat gambar IV.3 grafik perbandingan kekerasan logam hasil semprot, nampak terjadi peningkatan kekerasan dibandingkan kekerasan logam awalnya. Peningkatan kekerasan ini dihasilkan oleh Kawat Seng sebagai pelapis yang memiliki kekerasan tinggi, Kekerasan yang tinggi sangat diperlukan dalam aplikasi komponen tahan aus. 5.1.3. KETEBALAN LAPISAN SEMPROT LOGAM Dari gambar IV.4 grafik ketebalan lapisan semprot, ketebalan rata-rata lapisan semprot pada Baja Peerkakas adalah 0,23mm. Sedangkan ketebalan rata-rata lapisan semprot untuk Baja Karbon adalah 1,11mm. Ketebalan lapisan hasil semprot logam dipengaruhi oleh proses penyemprotan yang dilakukan. Umumnya pada proses penyemprotan logam, tumbukan partikel serbuk menuju logam dasar akan terkonsentrasi pada daerah pusat dan makin berkurang secara radial ke arah luar. Dengan bertambahnya jarak semprot, luas daerah pusat akan semakin kecil sementara total luas bidang penyemprotan menjadi lebih luas sehingga ketebalan lapisan akan berkurang. Penurunan ketebalan lapisan semprot juga dipengaruhi oleh kecepatan partikel serbuk menuju permukaan logam dasar. Kecepatan yang rendah menjadikan kekuatan ikatan partikel yang lemah, sehingga banyak partikel Kawat Seng yang terlepas. 5.1.4. STRUKTUR MIKRO LAPISAN LOGAM SEMPROT Pada foto serbuk hasil penyemprotan yang diambil dari arah gambar 4.6 dan gambar 4.11 (perbesar 25x) nampak sruktur permukaan yang kasar. Terdiri dari serbuk yang telah mencair maupun yang tidak sempat mencair (unmelted particels), Dan untuk partikel yang telah mencair tidak bulat lagi, melainkan seperti gelombang. Hal ini terlihat pada lapisan Baja Perkakas maupun Baja Karbon. 71

Sedangkan pada foto struktur mikro lapisan serbuk yang diambil dari arah penampang lapisan semprot, gambar 4.7, 4.8, 4.9 dan gambar 4.l2, 4.13, 4.l4 (perbesaran 100x,200x, dan 500x), menunjukan gambaran struktur partikel yang berombak berbentuk lamel-lamel dengan arah sejajar pemrukaan logam induk. Struktur ini merupakan ciri dari proses pelapisan semprot logam, dimana partikel yang awalnya bulat berubah menjadi pipih. Partikel yang memipih ini dibungkus oleh oksida-oksida yang terbentuk ketika partikel melayang berinteraksi dengan lingkungan luar, juga adanya sifat self flusing dari material serbuk. Oksida ini akan nampak keabu-abuan. Selain itu terlihat pula porositas dengan berbagai ukuran berwarna hitam. Tingkat pembentukan oksida dipengaruhi oleh jarak penyemprotan, dimana semakin jauh jarak semprot maka oksida yang terbentuk akan semakin banyak. Material Kawat Seng yang bersifat self fluxing mengandung unsur yang akan bereaksi dengan oksigen atau oksida untuk membentuk oksida dengan berat jenis rendah, sehingga akan menempel pada permukaan. Terjadinya porositas pada deposit logam semprot karena adanya pembebasan oksigen, nitrogen dan hidrogen yang disebabkan kelarutannya semakin menurun dengan berkurangnya tempratur. Gas-gas yang terlarut dapat ke luar ke udara (porositas terbuka) atau terjebak dalam rongga mikro (porositas tertutup). Untuk material pelapis spray dan fuse (spray and fuse coatings) seperti kawat Seng, dengan adanya pemanas lebih lanjut (fusing) akan meningkatkan kerapatan sehingga porositas akan berkurang. Pada bagian antar muka (interfacial) tejadi ikatan antara logam semprot dengan permukaan logam induk. Mekanisme ikatannya adalah mekanisme ikatan saling mengunci (interlocking) antara permukaan yang logam induk dan logam semprot. Partikel semprot yang melayang dan bergerak dengan kecepatan tertentu ketika menumbuk permukaan logam dasar akan pecah dan tersebar. Penyebaran yang cepat dari partikel cair pada permukaan logam induk yang kasar dan terjadinya pendinginan partikel semprot yang cukup cepat, menjadikan terbentuk ikatan saling mengonci (interlocking). Dengan membandingkan secara keseluruhan hasil pengujian yang dilakukan pada deposit logam semprot pada logam dasar Baja Karbon dan pada Baja perkakas memungkinkan untuk menggantikan Baja Perkakas dengan Baja Karbon. Pengagantian logam ini digunakan untuk aplikasi komponen tahan aus. 6. KESIMPULAN 1. Kekerasan rata-rata hasil pelapisan dengan Umpan Kawat Seng pada logam dasar Baja Perkakas adalah 410 HV, sedangkan pada Baja Karbon adalah 405 HV. 2. Ketebalan lapisan semprot rata-rata lapisan semprot pada baja perkakas 0,23 mm, ketebalan baja karbon lebih tipis 0,11 mm. DAFTAR PUSTAKA ASM Handbook Vol 5, Surface Engineering, ASM International, Material Park, 1994. Avner, Sidney, Introduction to Physical Melalurgy, 2 nd, McGraw-Hill, NewYork, 1975. Ballard, W.E, Reclamation by Metal Spraying, British Welding Journal, April,1990. Halling, J, Principles of Tribology, Mac Millan Education Ltd. Hutchings, IM, Tribology : Fricrion and Wear of Engineering Material s, 1992. 72

Ingham, H.S, and Shepard, AP, Metco Flame Spray Handbook, 8 th Ed Vol 1. Wire Process, Metco Inc, New York, 1964. Karim, Indiarto, Pelapisan Dengan Semprot Logam, LMN LIPI, Juni 1979. Kragelskii, IV, Function and Wear, Butterworth and Co, 1985. Kushner, Button A and Edward R Novinski, Thermal Spray Coating, Perkin-ElmerCorporation, Metco Division. Metal Handbook, 8 th Ed Vol 10, American Society Metals, Ohio, 1975. Metal Handbook, 9 th Ed Vol 13, Corrosion, American Society For Metals, Ohio,1975. Osbom, A.J, Powder Delivery. System and Metal Powder Technology, Glass lndustry Seminar, Jakarta, November 1980. 73