BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

dokumen-dokumen yang mirip
Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 3. Identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dari miselium dan filtrat kultur empat isolat L. edodes

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

SKRINING FITOKIMIA DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS EKSTRAK LUMUT TANDUK (Phaeoceros laevis (L.) Prosk.) Skripsi

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah Karangpandan dan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah pada ketinggian ±1.100-1.400 m dpl (Gambar 6). Proses ekstraksi dan skrining fitokimia dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dilakukan di Laboratorium Biologi dan Sub Laboratorium Biologi Pusat FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Gambar 6. Lokasi Pengambilan Sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. 24

25 B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam menentukan lokasi dan teknik pengambilan sampel P. laevis antara lain Global Positioning System (GPS), handlens, pinset, kantong plastik, pisau, label, kertas koran, pensil dan bolpoint. Untuk penyiapan sampel ekstraksi P. laevis menggunakan kain hitam, wadah, pinset, saringan, dan timbangan analitik. Alat yang digunakan dalam ektraksi senyawa metabolit sekunder P. laevis berupa seperangkat alat maserasi, yaitu: blender, gelas ukur, pengaduk, corong, erlenmeyer, gelas beker, spatula, alumunium foil, kertas saring, cawan porselen, timbangan analitik, gelas maserasi dan rotary evaporator. Alat untuk analisis profil senyawa metabolit sekunder menggunakan plat silika gel GF 254, bejana pengembang (chamber), alat penyemprot bercak, mikropipet, oven, pipa kapiler dan UV 254 nm. 2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumut tanduk (Phaeoceros laevis (L.) Prosk.) yang dikoleksi dari daerah Karangpandan dan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, pada ketinggian ±1.100-1.400 m dpl. Pembuatan ekstrak P. laevis dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dan kloroform. Bahan untuk menganalisis golongan senyawa metabolit sekunder adalah kloroform : n-heksana (9:1 v/v), n-heksana : etil asetat (4:1 v/v) dan kloroform : metanol (9:1 v/v), pereaksi semprot umum

26 (serium (IV) sulfat) reagen ferri (III) klorida (FeCl 3 ), reagen Dragendorff, dan reagen Lieberman Burchard. C. Cara Kerja 1. Pengambilan Sampel P. laevis Pengambilan P. laevis dilakukan dengan cara menjelajah área di Karangpandan dan Tawangmangu yang umumnya ditumbuhi tumbuhan tersebut. P. laevis diambil sebanyak ± 1 kg. Apabila ditemukan menempel cukup kuat pada substrat, maka diambil dengan cara disayat menggunakan pisau dan mengikutsertakan sedikit substratnya. Handlens digunakan untuk pengamatan dan memastikan bahwa P. laevis tidak tercampur dengan jenis lumut lainnya. Apabila ditemukan lumut campuran, lumut yang satu dengan lainnya dipisahkan dengan menggunakan pinset berujung runcing. Setelah itu, dimasukkan ke dalam kantong plastik atau kertas koran bekas (Windadri, 2004). 2. Penyiapan Sampel P. laevis P. laevis disortasi untuk dipisahkan dari kotoran-kotoran atau bahanbahan asing kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih lalu ditiriskan. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam wadah dengan diletakkan di bawah sinar matahari secara tidak langsung dengan ditutupi kain hitam, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk lalu ditimbang beratnya (Ristiningsih, 2009). 3. Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder

27 Serbuk P. laevis diekstraksi menggunakan dua pelarut yaitu kloroform dan metanol. Serbuk P. laevis sebanyak 66 g dimaserasi menggunakan pelarut kloroform dengan perandingan 1:5 yang dilakukan sebanyak dua kali pengulangan. Setiap pengulangan dilakukan selama 24 jam. Hal yang sama dilakukan pada pelarut metanol. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara direndam dengan pelarut kemudian disaring menggunakan kertas saring. Selanjutnya pelarut diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40 o C, kecepatan 40 rpm dan tekanan 0,06-0,08 Mpa sampai diperoleh ekstrak kental (Widyana et al., 2014). Ekstrak kental yang diperoleh, ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap berat simplisia awal. Rumus % rendemen ekstrak menurut Khoirani (2013) adalah: % rendemen ekstrak = Bobot ekstrak yang didapat (g) 100 % Bobot simplisia yang diekstraksi (g) 4. Analisis Profil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Metabolit Sekunder Setiap ekstrak yang diperoleh kemudian dianalisis profil senyawa kimianya menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. Ekstrak kloroform dan metanol P. laevis dielusi menggunakan sistem fase diam dan fase gerak yang sama pada kondisi bejana yang sama pula. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang ditandai oleh munculnya bercak yang berbeda pada KLT untuk masing-masing ekstrak (Wahyuningsih et al., 2008). Ekstrak kloroform dan metanol ditotolkan pada lempeng KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan dielusi dengan menggunakan fase gerak berupa kloroform - n- heksana (9:1 v/v), n-heksana : etil asetat (4:1 v/v) dan kloroform-metanol (9:1 v/v) dalam bejana pengembang. Batas pelarut berada di bawah garis pada

28 posisi bercak berada. Setelah eluen mencapai garis akhir elusi, plat dikeluarkan dan dikeringkan. Plat silika gel GF 254 dibuat dengan ukuran lebar 2 cm dan panjang 9 cm dan diberi batas awal 1 cm dan batas akhir 0,5 cm. Profil kandungan kimia ekstrak kloroform dan ekstrak metanol dideteksi menggunakan sinar UV 254 nm dan disemprot dengan pereaksi semprot tertentu untuk mendeteksi kandungan senyawa tertentu. Parameter yang diamati adalah golongan senyawa metabolit sekunder P. laevis dan nilai Rf (Retardation Factor). Pada kromatografi lapis tipis, derajat retensi dinyatakan sebagai Rf, yang dapat dirumuskan (Gritter et al., 1991): Rf = Jarak gerakan zat terlarut Jarak gerakan pelarut Jarak gerakan zat terlarut diukur sampai tengah-tengah bercak atau pada titik kerapatan maksimum sedangkan jarak gerakan pelarut diukur sampai bidang batas pelarut (Gritter et al., 1991). 5. Analisis Golongan Senyawa Metabolit Sekunder a. Serium (IV) Sulfat Merupakan pereaksi untuk deteksi senyawa organik yang umum. Cara pembuatannya adalah serium sulfat anhidrat 0,5 N dilarutkan dalam asam sulfat pekat 1,4 ml kemudian diencerkan dengan menambahkan aquades 25 ml. Cara mengaplikasikan metode ini terhadap KLT yaitu plat silika gel GF 254 disemprot dengan pereaksi serium (IV) sulfat.

29 Adanya senyawa organik dapat ditunjukkan dengan adanya bercak warna cokelat (Ristiningsih, 2009). b. Lieberman Burchard Lieberman Burchard merupakan pereaksi semprot untuk deteksi steroid dan terpenoid. Cara pembuatan pereaksi semprot Lieberman Burchad ini dilakukan dengan mencampur 5 ml asam asetat anhidrida secara hati-hati dengan 5 ml asam sulfat pekat, kemudian campuran ini ditambahkan juga secara hati-hati dengan 50 ml etanol absolut. Setiap pencampuran zat dilakukan dengan pendinginan (Ristiningsih, 2009). Cara mengaplikasikan metode ini terhadap KLT yaitu pada plat silika gel GF 254 disemprot dengan pereaksi Lieberman Burchard yang kemudian dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100 o C. Adanya terpenoid ditandai dengan munculnya warna merah violet (Wagner, 1984; Cannel, 1998) sedangkan adanya steroid ditandai dengan munculnya warna cokelat kemerahan (Wagner dan Bladt, 1996). c. Dragendorff Dragendorff merupakan pereaksi semprot untuk senyawa alkaloid. Cara pembuatan pereaksi ini adalah dengan menambahkan 10 ml KI (Kalium Iodida) 40% ke dalam 10 ml campuran 0,85 g bismut subnitrat, asam asetat 10 ml dan aquades 50 ml (Ristiningsih, 2009). Tidak semua noda atau bercak yang menandakan adanya alkaloid bisa dilihat dengan UV 254 nm. Oleh karena itu, cara mengaplikasikan metode ini terhadap KLT yaitu plat silika gel GF 254 disemprot dengan

30 pereaksi Dragendorff untuk menampakkan noda atau bercaknya. Adanya alkaloid ditandai dengan munculnya bercak berwarna jingga/orange sampai merah yang dapat dilihat secara langsung (Ristiningsih, 2009). d. FeCl 3 Merupakan deteksi senyawa semprot untuk fenol. Pembuatan senyawa ini adalah dengan cara menambahkan 5% alumunium klorida ke dalam 0,5 N HCl. Cara mengaplikasikan metode ini terhadap KLT yaitu plat silika gel GF 254 disemprot dengan pereaksi FeCl 3 kemudian dipanaskan pada suhu 100-105 o C (Ristiningsih, 2009). Adanya senyawa fenol dapat ditunjukkan dengan adanya bercak warna biru kehitaman, hijau atau biru kehijauan (Wardhani dan Sulistyani, 2012). e. Uap Amonia Merupakan deteksi semprot untuk golongan flavonoid. Cara mengaplikasikan metode ini terhadap KLT yaitu dengan mengamati warna fluoresensi plat silika gel GF 254 di bawah sinar UV 254 nm sebelum dan sesudah penambahan uap amonia. Penambahan uap amonia dilakukan dengan cara diuapi dengan amonia (Wijoyo, 2003). Adanya senyawa flavonoid dapat ditunjukkan dengan bercak warna kuning (Ristiningsih, 2009). D. Analisis Data Data hasil pengamatan berupa profil kromatografi lapis tipis dan hasil identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dianalisis secara deskriptif.