BAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Index Sejak tahun 2005, daya saing Indonesia telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lokal dan sisanya merupakan perusahaan penanaman modal asing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. paling umum adalah meningkatkan laba yang maksimal. Perusahaan yang sedang

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai untuk mendapatkan modal yaitu dengan melalui pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

Reni Susanti Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. dipakai oleh perusahaan-perusahaan di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk dapat. kegiatan operasional dan finansial perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. PT Kalbe Farma Tbk yang beralamat di Gedung Kalbe Jl. Let. Jend. Suprapto

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada sektor riil di tingkat lokal, karena kekuatan akumulasi modal

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Di era sekarang ini investasi dan pasar modal sudah tidak asing lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang didirikan harus memiliki tujuan yang jelas. Harjito dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap aktivitas perusahaan tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor dari

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan usaha yang semakin keras menuntut. perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk di

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya, selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dan tanpa batas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

Bab I. Pendahuluan. perekonomian di Indonesia. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sejenis dengan merk yang berbeda beda dan kualitas dari barang tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan oleh investor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan teknologi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin kompleks pula aktivitas bisnisnya. Jika usaha atau bisnis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisa Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. membayar deviden kepada investor atas saham yang mereka miliki.

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang (Tandelilin, 2010:2).Secara umum, pemodal (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, efisiensi biaya, maupun kinerja yang makin tinggi. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasang surut. Untuk dapat bertahan terhadap pesaing-pesaing, maka setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank di Indonesia mengalami

: Ahmad Zaky Mubarok NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sigit Sukmono, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. 1. Profitabilitas (net profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia menduduki peringkat ke 44 dari 139 negara pada Global Competitiveness Index 2011. Sejak tahun 2005, daya saing Indonesia telah berkembang dalam 12 kategori indeks, yaitu institusi, infrastruktur, lingkungan ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. Kesehatan termasuk di dalamnya industri farmasi telah memberikan peran penting bagi perekonomian Indonesia dalam persaingan global. (The World Economic Forum's GCI index data form 2011 dalam Pharma Economy and Business Media 2011, edisi 02/2011) Kondisi usaha Indonesia saat ini masih dipengaruhi oleh berbagai dampak baik secara nasional, regional, maupun internasional. Begitu juga sektor farmasi tetap akan berada di bawah pengaruh pasar di seluruh kawasan, mengingat kondisi batas negara secara ekonomi semakin tipis. Belum lagi ditambah semakin berkembangnya perjanjian dagang antarnegara di luar WTO (World Trade Organization). (www.eksekutif.co.id, akses 7 Januari 2012, 11:38) Kinerja industri farmasi di Indonesia telah mencatat pertumbuhan yang signifikan. Dari sisi total nilai, pasar farmasi domestik tercatat lebih tinggi dibandingkan Malaysia dan Singapura. Padahal dari sudut belanja kesehatan, Indonesia masih tergolong rendah. Menurut analis PT BNI Securities, Akhmad

2 Nurcahyadi, performa sektor farmasi tidak terlepas dari pertumbuhan makro dan ekspansi usaha yang dilakukan para emiten. Demikian pula halnya dengan regulasi pemerintah serta proyek bantuan kesehatan dari lembaga international juga telah memberikan kontribusi signifikan pada perkembangan industri farmasi secara keseluruhan. (www.seputarforex.com, akses 7 Januari 2012, 11:30) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, pada tahun 2010 pertumbuhan pasar obat di Indonesia mencapai 10% dengan nilai penjualan hingga Rp. 39 triliun. Dari total penjualan di pasar domestik, perusahaan dalam negeri menguasai sekitar 70% atau Rp. 27 triliun, sedangkan 30% perusahaan multinasional. Proporsi ini didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mewajibkan produsen farmasi asing di Indonesia memiliki pabrik pengolahan di dalam negeri. Selain itu, kenaikan pasar farmasi tahun 2010 didukung peningkatan konsumsi produk farmasi, seiring proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa, dari tahun 2009 yang berjumlah 234 juta jiwa. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI), pasar farmasi domestik tahun 2011 tumbuh cukup baik. Sementara perekonomian tumbuh mencapai 5,6% hingga 6% per tahun, pasar farmasi domestik tumbuh sekitar 14% per tahun. Pertumbuhan yang lebih banyak didukung oleh high price dan high promotion cost akan kembali menurun jika pemerintah memberlakukan peraturan terkait harga dan biaya promosi obat di masa mendatang. Peraturan pemerintah jelas terlihat pada program asuransi kesehatan berskala nasional yang

3 mendorong perusahaan farmasi masuk pada area low price dan low cost. (Media Pharma Indonesia, 2010) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengatur ketentuaan investasi langsung yang mengharuskan investor asing bekerja sama dengan investor lokal dengan komposisi 75:25 diubah menjadi 100% asing. Ketentuan itu ditujukan untuk meningkatkan minat investor asing di sektor farmasi. Peraturan Menkes No.1010/Menkes/Per/XI/2008, menyatakan, Investor asing yang hendak melakukan investasi di bidang farmasi dibolehkan menanam 100% modalnya di Indonesia dengan syarat mereka harus membangun pabrik di Indonesia (Media Pharma Indonesia, 2010). Selain itu, Menkes juga mempersiapkan program kemandirian bahan baku obat yang selama ini masih banyak membutuhkan impor. Pertumbuhan industri farmasi di Indonesia didukung oleh kinerja beberapa perusahaan yang semakin menunjukkan pertumbuhan usahanya. Berikut adalah lima besar perusahaan farmasi di Indonesia dengan pertumbuhan laba bersih terbesar periode 2010-2011: TABEL 1.1 PERTUMBUHAN LABA BERSIH TERTINGGI PERUSAHAAN FARMASI INDONESIA PERIODE 2010-2011 NO NAMA PERUSAHAAN PERTUMBUHAN LABA 2010-2011 (%) 1 PT. MERCK, TBK (MERK) 1,946 2 PT. KIMIA FARMA, TBK (KAEF) 1,238 3 PT. TEMPO SCAN PASIFIK, TBK (TSPC) 1,185 4 PT. KALBE FARMA, TBK (KLBF) 1,133 5 PT. DARYA VARIA, TBK (DVLA) 1,091 Sumber: Laporan keuangan MERK, KAEF, TSPC, KLBF, dan DVLA Tahun 2011 (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat terlihat pertumbuhan laba bersih perusahaan farmasi di Indonesia periode 2010-2011. PT. Merck, Tbk merupakan perusahaan

4 dengan pertumbuhan laba bersih 2010-2011 yang terbesar yaitu 1,946%. Sedangkan terbesar kedua adalah PT. Kimia Farma, Tbk sebesar 1,238%. Peringkat ketiga adalah PT. Tempo Scan Pasifik, Tbk dengan 1,185% dan posisi keempat diikuti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk dengan pertumbuhan 1,133%, sedangkan peringkat terakhir diperoleh PT. Darya Varia, Tbk dengan pertumbuhan laba bersih 1,091%. PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan perusahaan farmasi yang menguasai 14% pasar obat resep di Indonesia, 16% pasar obat bebas (over the counter/otc), dan 8% pasar nutrisional, tetapi pertumbuhan rata-rata laba usaha PT. Kalbe Farma, Tbk jauh berada di bawah PT. Merck, Tbk. Bahkan dikemukakan pula oleh Bernadette Ruth Irawati Setiady, presiden direktur PT. Kalbe Farma, Tbk dalam annual report PT. Kalbe Farma, Tbk tahun 2011 bahwa pada tahun 2011 PT. Kalbe Farma, Tbk hanya mampu mencapai 95% dari target penjualan yang direncanakan oleh manajemen. Pertumbuhan laba bersih PT. Kalbe Farma, Tbk tidak diikuti oleh tingkat profitabilitas pemegang saham yang justru mengalami penurunan sebesar 0,57% pada tahun 2011 yang akan berdampak pada tingkat kepercayaan investor. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah dengan menganalisis tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Tingkat profitabilitas lima besar perusahaan farmasi di Indonesia tertera pada Gambar 1.1 berikut:

5 PROFITABILITAS 50 45 46,78 40 41,42 MERCK 35 30 25 20 15 10 5 31,93 20,84 10,8 9 5,75 30,13 21,55 19,51 13,9 13 6,84 6,28 5,73 4,35 32,72 23,94 23,37 17,3 16,6 15,17 13,71 12,45 8,24 KIMIA FARMA TEMPO SCAN PASIFIC KALBE FARMA DARYA VARIA 0 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Laporan Tahunan MERK, KAEF, TSPC, KLBF, dan DVLA Tahun 2011 (data diolah) GAMBAR 1.1 PROFITABILITAS LIMA BESAR PERUSAHAAN FARMASI DI INDONESIA BERDASARKAN PERTUMBUHAN ROE 2007-2011 Gambar 1.1 menunjukkan perubahan profitabilitas yang diukur menggunakan rasio Return On Equity (ROE) yang menunjukkan perbandingan laba bersih dan modal sendiri lima besar perusahaan farmasi di Indonesia tahun 2006-2011. Tiga perusahaan farmasi berhasil meningkatkan profitabilitas perusahaannya, hanya PT. Darya Varia, Tbk dan PT. Kalbe Farma, Tbk yang mengalami penurunan profitabilitas untuk periode 2010-2011. PT. Merck, Tbk

6 merupakan perusahaan dengan profitabilitas tertinggi hingga mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 46,78% atau naik sebesar 14,06%. Sedangkan titik terendah profitabilitas ditempati oleh PT. Kimia Farma, Tbk sebesar 13,71% atau naik sebesar 1,26%. PT. Tempo Scan Pasifik, Tbk menduduki peringkat ketiga profitabilitas terbesar dengan 15,17% atau naik sebesar 6,93%. Sedangkan PT. Darya Varia, Tbk menduduki peringkat keempat dengan perolehan profitabilitas 16,6% atau turun sebesar 0,7%, namun jika dibandingkan dengan tahun 2007, profitabilitas PT. Darya Varia, Tbk periode 2011 merupakan titik tertinggi atau naik sebesar 5,8% dari tahun 2007. PT. Kalbe Farma, Tbk berhasil menduduki peringkat kedua profitabilitas terbesar namun perubahan profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk justru mengalami penurunan sebesar 0,57% pada tahun 2011. Jika dibandingkan dengan PT. Darya Varia, Tbk, perubahan profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk berada di bawah PT. Darya Varia. Profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk hanya naik sebesar 2,53% dari tahun 2007 sebesar 20,84% hingga 2011 sebesar 23,37%. Pertumbuhan profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan pertumbuhan yang paling lambat jika dibandingkan dengan empat perusahaan farmasi lainnya. Dari Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa penurunan profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk jauh lebih signifikan bila dibandingkan dengan kenaikannya. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang harus segera diatasi oleh manajemen PT. Kalbe Farma, Tbk karena lambatnya peningkatan profitabilitas serta penurunan profitabilitas dapat berpengaruh pada tingkat

7 kepercayaan investor. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang terjadi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. Perhatian pada profitabilitas dalam suatu perusahaan sangat diperhatikan berbagai pihak, baik pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan. Untuk dapat melangsungkan usahanya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan atau profitable. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan semakin menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika tingkat profitabilitas perusahaan tersebut rendah, minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut rendah. Para pemegang saham dan calon pemegang saham mengutamakan perhatian utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting bagi para pemegang saham dan calon pemegang saham karena tingkat keuntungan ini akan mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki (Lukman Syamsuddin, 2009:38). Rasio pengukuran profitabilitas yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity (ROE), dan Return on Asset (ROA) (I Made Sudana, 2011:22). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan sebagai alat ukur profitabilitas adalah Return On Equity (ROE). Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk

8 mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. (I Made Sudana, 2011:22) Gambaran Return On Equity (ROE) PT. Kalbe Farma, Tbk selama periode 2002 hingga 2011 dapat terlihat pada Gambar 1.2 berikut: 60 RETURN ON EQUITY (%) 54,49 50 40 38,95 30 30,54 27,35 20 22,59 20,84 19,51 21,55 23,94 23,37 10 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk 2002-2011 (data diolah) GAMBAR 1.2 RETURN ON EQUITY (ROE) PT. KALBE FARMA, TBK TAHUN 2002-2011

9 Return On Equity (ROE) merupakan alat ukur kinerja keuangan yang paling popular diantara para penanam modal pada setiap perusahaan. Penurunan Return On Equity (ROE) yang terus-menerus pada PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi karena akan memberikan dampak pada kepercayaan penanam modal ataupun kreditur yang akan menyimpan dananya di perusahaan. Oleh karena itu harus dapat dianalisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan. Menurut Ross, et al. (2008:69), dengan menggunakan persamaan DuPont dapat diidentifikasi komponen utama yang mempengaruhi Return On Equity (ROE) yaitu profit margin, total asset turnover, dan financial leverage. Dari ketiga faktor tersebut, financial leverage merupakan faktor yang paling sering mendapat perhatian dari pihak internal maupun eksternal perusahaan karena financial leverage menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan mengelola modal dalam bentuk utang yang dimilikinya untuk dapat menghasilkan profitabilitas yang maksimal dan dapat meningkatkan pengembalian kepada para investor dan kreditur yang menanamkan modalnya. Financial leverage merupakan salah satu jenis dari leverage. Financial leverage dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity (DER). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Arief Sugiono (2009:71), Financial leverage dikenal dengan sebutan DER (Debt to Equity Ratio). Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan modal. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Financial leverage PT. Kalbe Farma, Tbk tertera dalam Gambar 1.3 berikut:

10 300 250 200 150 100 50 0 278,44 171,89 FINANCIAL LEVERAGE (%) 126,1 76,25 36,07 33,1 37,52 39,24 23,45 26,99 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk 2002-2011 (data diolah) GAMBAR 1.3 FINANCIAL LEVERAGE PT. KALBE FARMA, TBK TAHUN 2002-2011 Financial leverage PT. Kalbe Farma, Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2011 cenderung menurun. Berdasarkan Gambar 1.3 terlihat bahwa, faktor yang mempengaruhi penurunan rasio Return On Equity (ROE) pada PT. Kalbe Farma, Tbk ini adalah financial leverage yang cenderung terus mengalami penurunan. Financial leverage yang semakin menurun menggambarkan kondisi bahwa perusahaan semakin sedikit menggunakan dana yang berasal dari eksternal atau yang disebut pendanaan yang berasal dari utang. Semakin berkurangnya financial leverage sebagai dana atau modal yang dimiliki perusahaan maka akan mempengaruhi tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit. Semakin sedikit dana yang diperoleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan akan menyebabkan sedikit peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Tingkat profitabilitas yang rendah atau tidak maksimal yang dialami perusahaan akan berdampak pula pada tingkat kepercayaan investor. Sesuai dengan teori Robert C. Higgins (2007:199), menyatakan, In business, OPM or what is commonly called

11 financial leverage, is a device that increases owner s expected return at the cost of greateris. Didukung oleh teori Agus Sartono (2008:124), yang menyatakan bahwa return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar, maka rasio ini juga akan semakin besar. Leverage memiliki efek baik dan buruk, semakin tinggi utang akan meningkatkan Return On Equity (ROE) yang diharapkan, tapi hal ini juga meningkatkan resiko (Brigham dan Ehrhardt, 2008:574). Teori pengaruh leverage terhadap profitabilitas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu mengenai profitabilitas. Hasil penelitian Dionisius Setyo Srihartanto (2008) menyatakan bahwa leverage yang merupakan perbandingan utang dan modal sendiri (debt to equity ratio) berpengaruh positif terhadap profitabilitas dengan indikator return on equity. Sedangkan hasil penelitian Elfianto Nugroho (2011) menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha membuktikan kembali teori dan penelitian terdahulu mengenai pengaruh leverage terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Leverage terhadap Profitabilitas pada PT. Kalbe Farma, Tbk Periode 2002-2011.

12 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan gambaran tingkat leverage yang diukur dengan financial leverage atau biasa disebut dengan DER (Debt to Equity Ratio) dan profitabilitas yang diukur denga ROE (Return On Equity) pada PT. Kalbe Farma, Tbk. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: Profitabilitas yang dimiliki PT. Kalbe Farma, Tbk periode 2002-2011 cenderung mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir, meskipun terjadi peningkatan profitabiltas pada tahun-tahun tertentu cenderung lambat dan tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan penurunannya. Indikator yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE). Return On Equiity (ROE) tertinggi yang dicapai PT Kalbe Farma, Tbk pada tahun 2002 yaitu sebesar 54,49%, sedangkan Return On Equity (ROE) terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu 19,51%. Penurunan Return On Equity (ROE) PT. Kalbe Farma, Tbk menjadi suatu masalah yang harus segera diatasi sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan Return On Equity (ROE) perusahaan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas salah satunya dengan cara meningkatkan financial leverage untuk menambah dana dalam meningkatkan operasional perusahaan sehingga perolehan keuntungan dan profitabilitas pun meningkat. Financial leverage yang dimiliki perusahaan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga mempengaruhi perolehan profitabilitas perusahaan yang semakin sedikit. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat leverage PT. Kalbe Farma, Tbk. 2. Bagaimana gambaran profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk. 3. Bagaimana pengaruh tingkat leverage terhadap profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk.

13 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh temuan mengenai tingkat leverage PT. Kalbe Farma, Tbk. 2. Untuk memperoleh temuan mengenai profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk. 3. Untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh tingkat leverage terhadap profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik dari segi teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen, khususnya pada bidang Manajemen Keuangan, melalui pendekatan atau metode-metode yang digunakan terutama dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya yang berkaitan dengan profitabilitas dan leverage, sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori keuangan. 2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis (guna laksana) yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan PT. Kalbe Farma, Tbk dalam perkembangan kinerja keuangan dan mengatur leverage yang dimilikinya untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.