II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. paku-pakuan (Pterydophyta) dan divisio tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

TINJAUAN PUSTAKA. Hasil Hutan Non Kayu Hasil hutan dibagi menjadi dua bagian yaitu hasil hutan kayu dan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

I. PENDAHULUAN. dan gajah yang keberadaannya sudah mulai langka. Taman Nasional. Bukit Barisan Selatan termasuk ke dalam taman nasional yang memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK. Paramita Cahyaningrum Kuswandi FMIPA UNY 2012

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG OLEH : JEAN NIHANA MANALU

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

PENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi masyarakat Pak-pak dan para wisata lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o 20-98 o 30 Bujur Timur dan 02 o 35-02 o 41 Lintang Utara seluas 575 ha hektar. Secara adminitratif pemangkuan kawasan TWA Sicike-cike termasuk kedalam wilayah Seksi Konservasi Wilayah I Bidang KSDA Wilayah I Balai Besar KSDA Sumatera Utara dengan batas administrasi : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan c) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lae Hole 2 Pancur Nauli d) Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan dan Kecamatan Kerajaan b. Iklim Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, TWA Sicike-cike termasuk kedalam klasifikasi iklim type E dengan curah hujan rata-rata 2.000 sampai dengan 2.500 mm per tahun, dengan suhu udara berkisar antara 14 sampai dengan 30 o C. c. Flora Tumbuhan asli yang terdapat di Taman Wisata Alam Sicike-cike adalah jenis Sampinur tali, Sampinur bunga, Haundolog dan Kemenyan. Tanaman hias seperti anggrek dan kantung semar sangat mudah dijumpai di Taman Wisata 5

Alam ini. Selain, itu juga terdapat rotan, beberapa jenis pakis, paku-pakuan, liana dan lain-lain. d. Fauna Jenis satwa liar yang mendiami Taman Wisata Alam ini adalah Siamang, Musang (Paradoxurus hermaprodicus), Itik Liar, Burung Enggang (Buceros sp) dan jenis lainnya. Satwa-satwa yang mudah dijumpai adalah burung-burung dan serangga terutama kupu-kupu. 2.2. Tumbuhan Berbunga Epifit Epifit merupakan salah satu kelompok tumbuhan penyusun komunitas hutan yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi (Febriliani dkk, 2013). Sebagian besar epifit termasuk kedalam kelompok tumbuhan berpembuluh seperti paku-pakuan (Pterydophyta) dan tumbuhan berbunga (Spermatophyta). Berdasarkan ukurannya epifit digolongkan menjadi mikroepifit dan makroepifit (Smith, 1990). Mikroepifit merupakan epifit dengan daun yang berukuran kecil dimana bagian-bagiannya (akar, batang, dan daun) susah untuk dibedakan sedangkan makroepifit adalah epifit yang daunnya berukuran lebih besar dimana bagian-bagiannya (akar, batang, dan daun) dapat dibedakan dengan jelas (Richards, 1981). ` Kehadiran epifit dipengaruhi oleh keberadaan pohon (Richards, 1981), seperti besarnya pohon, permukaan kulit kayu serta bentuk tajuk dan batang (Partomihardjo, 1991). Selain itu, faktor iklim mikro hutan seperti intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, suhu dan curah hujan juga mempengaruhi kehadiran epifit (Partomihardjo & Kartawinata 1984, Setyawan 2000). Umumnya 6

kelimpahan epifit meningkat mulai dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan atas (Whitten, 1984). Tumbuhan epifit merupakan bagian signifikan dari seluruh jenis tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan tropis. Epifit memegang peranan yang sangat penting di dalam hutan tropis meskipun hanya suatu kelompok kecil tumbuhan. Tumbuhan epifit berbeda dengan tumbuhan lainnya, epifit mempunyai habitat yang bersifat khusus sebagai lingkungan hidupnya. Namun kehadiran epifit hampir tidak mendapat perhatian karena dianggap sebagai pesaing tidak langsung dalam pemanfaatan unsur hara (Sujalu, 2007). Epifit tumbuh menempel pada tumbuhan lain tanpa mengambil makan dari inangnya (Maberly, 1983) dan menyerap unsur hara dari kulit batang yang sudah busuk dan mampu melakukan proses fotosintesis sendiri, sehingga epifit bukan parasit. Sebagian besar epifit mengandalkan nutrien-nutrien yang larut dalam air hujan, dalam jatuhan serasah, dan kadang-kadang masukan dari hewan-hewan. Penyerbukan epifit terutama dilakukan oleh hewan. Pada batang dan cabang pohon yang terletak diatas terdapat epifit yang membutuhkan banyak cahaya, seperti anggrek (Orchidaceae). Tumbuhan epifit sebagian besar termasuk kedalam jenis tumbuhan yang tingkat hidupnya rendah (lumut kulit, ganggang). Tumbuhan epifit golongan lumut (Bryophyta), tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran-lembaran daun (Hepaticae). Tumbuhan epifit golongan paku-pakuan menyukai tempat-tempat yang lembab dan teduh, serta dapat tumbuh di tanah maupun menopang pada tumbuhan lain. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sudah jelas memiliki kormus, seperti akar, batang dan daun (Tjitrosoepomo, 1991). Tumbuhan epifit 7

golongan tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang termasuk jenis monokotil, antara lain famili Araceae, Bromeliaceae, Orchidaceae dan yang termasuk jenis dikotil, antara lain Ascleapiadaceae, Ericaceae, Rubiaceae dan Melastomataceae (Ewusie, 1990). Menurut Suwila (2015) jenis anggrek Dendrobium crumenatum tumbuh di pohon trembesi dan pohon jati, Dendrobium bifalce tumbuh di pohon jati dan Cymbidium finlaysmanum tumbuh di pohon jati. Suwila mengatakan pohon trembesi dan pohon jati dijadikan sebagai habitat tumbuhan berbunga dan pohon yang paling mendominasi adalah pohon jati. Pohon jati memiliki tekstur yang lunak serta mudah ditembus oleh akar epifit sehingga pohon jati yang lebih mendominasi sebagai habitat tumbuhan berbunga epifit. Setyawan (2000) mengatakan terdapat jenis Orchidaceae yang tumbuh di pohon puspa. Pohon puspa memiliki bentuk kanopi yang luas serta memungkinkan mengurangi intensitas cahaya matahari dan nenambah kelembaban, sehingga ruang yang dibawah kanopi relatif basah dan memiliki temperatur yang rendah. Pertumbuhan di pucuk-pucuk batang jauh lebih subur karena kebutuhan akan sinar matahari yang tinggi dan kecukupan air terpenuhi melalui akar udara/velamen. Menurut Mitchell (1989) dan Benzing (1981) jumlah tumbuhan yang hidup sebagai epifit mencapai lebih kurang 30.000 jenis dan terdapat jenis tumbuhan berpembuluh sekitar 10% yang terbagi atas 850 marga dan 65 suku. Suku Orchidaceae merupakan jenis tumbuhan epifit yang paling banyak ± 25.000 jenis, jenis paku-pakuan terdapat ± 3.000 jenis, dan Dikotiledon sekitar 3.000 jenis, dan banyak lagi dari tumbuhan Gymnospermae. 8

Epifit memiliki fungsi ekologi sebagai media pembentuk iklim mikro dan penyedia habitat utama bagi hewan tertentu dalam ekosistem (Anwar dkk, 1984). Selain itu epifit juga memiliki fungsi ekonomi yang sangat tinggi sebagai tanaman hias karena memiliki bentuk yang beraneka ragam dan warna yang indah, sehingga dapat menambah penghasilan, salah satu contohnya yaitu jenis anggrek. 2.3. Tanaman Hias Tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai hias seperti batang, daun, bunga, serta aroma dan sebagainya yang dapat memberikan kesan yang indah. Tanaman hias terdiri dari tanaman hias pot, tanaman hias potong, tanaman hias daun dan tanaman hias landscape atau taman. Tanaman hias memiliki fungsi yaitu untuk meningkatkan keindahan lingkungan, pemenuhan kepuasan estetika seseorang, sebagai penyejuk jiwa, memberikan kenyamanan lingkungan dan menjaga kelestarian alam, dapat juga memberikan keuntungan bagi petani serta memperluas lapangan pekerjaan. Pengembangan tanaman hias Indonesia memiliki masa depan yang cerah mengingat permintaan pasar yang dari tahun ke tahun selalu meningkat. Budidaya tanaman hias akan menjadi peluang usaha yang besar (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014). Tanaman hias selalu muncul dengan beragam jenis dengan keunikan dan keunggulan masing-masing. Salah satu bagian tanaman hias yang menarik yaitu bunganya. Bunga adalah alat perkembangbiakan generatif, tempat terjadinya penyerbukan dan pembuahan yang akan menghasilkan buah serta di dalamnya terdapat biji. Bunga juga memiliki fungsi lain seperti sumber makanan, minuman, penghias, bahan parfum, bahan obat, serta keperluan budaya dan lain-lain (Harry, 9

1994). Ada beberapa tanaman hias epifit yang memiliki nilai ekspor yang sangat besar, salah satunya anggrek yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Hoya dari famili Ascleapiadacea juga memiliki potensi tanaman hias yang sangat tinggi. Tanaman hias tidak dapat dihitung pasti jumlahnya karena banyak tanaman liar yang dijadikan sebagai tanaman hias. Selain itu dengan adanya tanaman hias yang di import dari luar negeri menambah kekayaan tanaman hias, adanya kemajuan teknologi dengan menyilangkan jenis tanaman sehingga menghasilkan jenis tanaman yang baru. Oleh karena itu jenis tanaman hias terus bertambah banyak (Trubus, 1998). 10