BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara induk betina C. fuscus Taiwan dengan induk jantan C. mossambicus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross)

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika atau klasifikasi lele dumbo menurut Saanin (1984/1995)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

KARYA ILMIAH BUDIDAYA IKAN LELE. NAMA : Mey Dwi Prasetya NIM : KELAS : D3TI-2B

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

MIKROBIOLOGI BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

Oleh: Ary Andini. Lokasi: Desa Kedung Banteng, Tanggulangin, Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi atau Klasifikasi Ikan Lele Dumbo

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984/1995) adalah sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1968,1984) sebagai berikut.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan ekonomis berkomoditas penting dalam budidaya, yang merupakan hasil persilangan antara induk betina C. fuscus Taiwan dengan induk jantan C. mossambicus dari Kenya, sehingga dapat dikatakan lele dumbo berasal dari daerah Afrika (Santoso, 1994). Lele dumbo merupakan jenis ikan air tawar yang telah dikenal dan banyak dikembangkan dalam budidaya ikan. Lele dumbo dalam pemeliharaan selalu menunjukkan perkembangan baik, seperti tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran yang besar dalam waktu relatif pendek, yaitu ketika umur 8 bulan lele dumbo dapat mencapai bobot 200 sampai 300 g (Hernowo & Suyanto, 1999). Hal tersebut mendorong petani ikan untuk beternak membudidayakan lele dumbo, yang bermanfaat bagi peningkatan gizi keluarga, sekaligus menambah pendapatan keluarga dan masyarakat pada umumnya. Lele dumbo termasuk genus Clarias yang masih satu genus dengan lele lokal (Clarias batrachus). Dilihat dari morfologi tubuhnya, lele dumbo mempunyai tubuh yang panjang, warna tubuh agak kehitaman, dapat tumbuh mencapai ukuran lebih besar yakni mencapai 2-3 kg, sedangkan lele lokal mempunyai bentuk tubuh yang lebih pendek, warna tubuh yang hitam 7

8 keabuan dan mempunyai pertumbuhan yang lambat sehingga tidak dapat tumbuh mencapai ukuran yang besar seperti lele dumbo. Secara biologis, patil lele dumbo tidak beracun sejak kecil, mempunyai gerakan yang lincah dan tidak merusak pematang, sedangkan lele lokal sejak kecil, patil ikan sudah beracun, dengan gerakannya yang kurang lincah, tetapi dapat merusak pematang. Perubahan keadaan kulit pada kedua ikan tersebut juga menjadi perbedaan. Keadaan kulit lele dumbo ketika stres dapat berubah dari kondisi awal kulit, sedangkan pada lele lokal warna kulit tidak mengalami perubahan saat stress (Anonim, 2010). Lele dumbo tumbuh baik pada suhu antara 25-32ºC, dengan ph air 6,5-8. Air digunakan sebagai media tempat hidup lele yang mempunyai kesadahan (derajat butiran kasar) yang mampu mencapai 100 ppm, namun kesadahan optimal pada 50 ppm (part per mil). Tingkat kekeruhan (turbidity), tetapi bukan lumpur, berkisar antara 30-60 cm. Air yang ideal bagi lele dumbo mempunyai kandungan karbondioksida kurang dari 12,8 mg/l (Zaenal, 2003). Beberapa faktor lain yang berpengaruh dalam kehidupan lele dumbo adalah Dissolved Oxygen (DO), dan pakan. Kandungan oksigen terlarut atau DO optimal adalah 5-7 mg/l, dan kandungan oksigen terlarut dalam air sebanyak 5-6 mg/l merupakan keadaan paling ideal untuk tumbuh dan berkembang baik untuk ikan dalam kolam (Susanto. 1997). Keadaan tersebut juga harus didukung dengan adanya pakan. Pakan sebagai sumber energi dan materi dalam pertumbuhan dan kehidupan ikan, khususnya lele dumbo, sehingga dalam pakan harus

9 mengandung zat-zat bergizi penting seperti protein, lemak, mineral, dan sumber energi lainnya (Watanabe, 1998). 2.1.1 Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Morfologi tubuh lele dumbo memanjang, dengan kepala gepeng atau pipih, batok kepala keras dan meruncing, dengan bagian mulut yang lebar sehingga dapat menghisap makanan organisme dasar perairan dan makanan buatan, serta dengan giginya yang tajam dapat menghabiskan bangkai dengan cara mencabik-cabik (Suhartono, 2002). Lele dumbo mempunyai sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur, lele dumbo juga mempunyai sirip berpasangan yaitu sirip perut dan sirip dada. Sirip dada berbentuk bulat agak memanjang dan dilengkapi dengan sepasang duri yang disebut patil (Khairuman, 2005). Patil lele dumbo tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun, terutama pada lele yang masih muda. Pada sudut-sudut mulut lele dumbo dapat ditemukan 4 pasang sungut (misai) yang berfungsi sebagai alat peraba dan petunjuk (Soetomo, 2007). 2.1.2 Sistematika Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Saanin (1984), klasifikasi atau sistematika ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Sub Kingdom Phylum : Animalia : Metazoa : Vertebrata

10 Class Sub Class Ordo Sub Ordo Famili Genus Spesies : Pisces : Teleostei : Ostariophysoidei : Siluroidea : Claridae : Clarias : Clarias gariepinus Genus Clarias mempunyai alat pernapasan tambahan yang digunakan untuk mengatasi perairan dengan kadar oksigen rendah, yaitu organ arborescent (Lagler et al., 1997). Di Indonesia telah dikenal 6 jenis ikan lele yang dapat dikembangkan (Soetomo, 2007) yaitu: 1) Clarias batrachus, yang terkenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan Kalang (Sumatera Barat), Ikan Maut (Sumatera Utara), dan Pintet (Kalimantan Selatan). 2) Clarias teysmanni, yang dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang). 3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan Duri (Sumatera Selatan), Wais (Jawa Tengah), Wiru (Jawa Barat). 4) Clarias niehofi, yang dikenal sebagai ikan Lindi (Jawa), Limbat (Sumatera Barat), Kaleh (Kalimantan Selatan). 5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan Keli (Sumatera Barat), ikan Penang (Kalimantan Timur).

11 6) Clarias fuscus, yang dikenal sebagai Lele Dumbo. 2.2 Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler (bersel satu) yang tidak mempunyai klorofil. Istilah bakteri berasal dari bahasa Yunani yaitu Bakterion yang berarti tongkat atau batang. Struktur tubuh bakteri terdiri dari : a. dinding sel, yang tersusun oleh polisakarida dan dilapisi lapisan lendir yang member bentuk tetap; b. inti sel, terdiri dari protoplasma; c. bahan inti (matriks), terdiri dari asam inti (nucleid acid); d. tidak mempunyai membran inti, sehingga disebut sebagai organisme prokariotik ; e. tidak mempunyai klorofil, tetapi ada yang memiliki sejenis klorofil. Bakteri mempunyai ukuran panjang sekitar 1-5 µm dan lebarnya sekitar 0,5-1 µm. Habitatnya ada dimana-mana (kosmopolit), baik di udara, air, ataupun di darat, kecuali di tempat-tempat ekstrim, misalnya di tempat yang terlalu panas atau terlalu dingin. Reproduksi bakteri dilakukan dengan dua cara, yaitu secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif dengan membelah diri, dan secara generatif dengan cara konjugasi. Bentuk bakteri mempunyai bermacam-macam bentuk, yaitu: a) basilus (batang): bentuknya seperti batang (memanjang), terbagi menjadi 2 jenis, streptobasil (basil yang memanjang menyerupai rantai), stapilobasil (basil yang berkelompok);

12 b) spirilum (per): bentuknya menyerupai spiral (per); c) vibrio (koma): bentuk tubuhnya seperti koma; d) kokus (bulat): bentuknya bulat menyerupai bola. Bentuk kokus dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu : 1) streptokokus (kokus yang berderet menyerupai rantai); 2) stapilokokus (kokus yang berkelompok dan tersusun seperti buah anggur); 3) monokokus (bulat satu-satu); 4) diplokokus (bulat dan dua-dua); 5) sarkina (bulat dan tersusun seperti kubus). Kehidupan bakteri di alam mempunyai dua peranan, yaitu peranan menguntungkan dan merugikan. Bersifat menguntungkan karena dapat menghasilkan zat antibiotik, sebagai komponen ekosistem, membantu pencernaan makanan, dan dalam pembentukan vitamin K seperti bakteri E. coli, serta peranan yang lain seperti dapat menyuburkan tanah pertanian dengan jalan mengikat N2 bebas bersimbiosis dan dengan cara nitrifikasi. Bersifat merugikan, karena bakteri dapat menyebabkan tanah pertanian menjadi gersang, merusak tanaman, menyebabkan penyakit pada ikan, contohnya: Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas hydrophila, dapat menimbulkan asam bongkrek, dan dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia (Ismanto, 1993). A. hydrophila merupakan bakteri patogen oportunistik, yaitu hidupnya selalu berada dalam air dan menyerang

13 pada waktu ikan lemah. Bakteri tersebut hidup di air tawar, tetapi juga dapat hidup di daerah perairan payau dan laut (Newman, 1982). 2.3 Penyakit Penyakit Ikan Air Tawar Menurut Kordi (2004), salah satu tantangan yang tidak terlepas dari kecermatan dalam perikanan adalah penyakit. Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi pada struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara mekanis penyakit yang menyerang pada ikan, tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui proses hubungan antara tiga(3) faktor yaitu lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya patogen (jasad penyakit). Tiga faktor tersebut saling berinteraksi, dan timbul adanya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan organisme penyakit. Salah satu bakteri penyakit yang sering menyerang ikan air tawar adalah bakteri patogen A. hydrophila. Infeksi bakteri ini dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi petani ikan karena dapat menginfeksi sampai ke organ dan sangat mematikan. Lamers & Van Muiswinkell (1986) mengatakan bahwa bakteri A. hydrophila merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan kematian yang tinggi pada ikanikan budidaya. Infeksi A. hydrophila pada ikan dapat terjadi melalui oral maupun lewat permukaan tubuh yang rusak sehingga dapat menembus dan berkembang di dalam epitel intestinum, kemudian mengalir dalam peredaran darah,

14 menyebar ke seluruh tubuh, merusak pembuluh darah, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis, menimbulkan inflamasi atau peradangan di sekitar tempat infeksi dan menyebabkan luka yang semakin luas sehingga dapat menjadi borok, dan akhirnya mengakibatkan kematian pada ikan (Taufik, 2001). A. hydrophila juga dapat menyerang ikan gurami (Osphronemus gouramy), karena dapat mengenali dan berikatan dengan reseptor pada sel-sel tertentu, kemudian mematikan serta mengurangi sel inang (Taufik, 1992). Wabah penyakit yang disebabkan oleh A. hydrophila pernah menghebohkan dunia perikanan Indonesia pada bulan Oktober 1980, terutama di daerah Jawa Barat dan sekitarnya yang meminta korban sampai 69 ton ikan, menyerang 295 ton ikan, mengancam 51 ton ikan lainnya. Aeromonas dapat menyerang semua jenis ikan air tawar dan jenis penyakitnya disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) (Susanto, 1997). Penyakit ikan yang sering dijumpai adalah bisul di bagian perut ikan, yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas flourescens. Aktifitas bakteri tersebut dapat menyebabkan anemia dan kematian massal pada ikan. Penyakit bisul juga sering disebut hermorrhagic septicemia. Penyakit lain yang sering dijumpai penyakit ginjal, yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium sp. ditandai dengan gejala mata yang kadang-kadang menonjol keluar (exophthalmus), pangkal sirip dada sering dijumpai bercakbercak darah, dan bintik-bintik berwarna keputih-putihan pada tubuhnya (Kordi, 2004).

15 2.4 Isolasi dan Identifikasi 2.4.1 Isolasi Mikroorganisme adalah organisme bersel satu yang hidup secara berkoloni dan tidak memisahkan diri menjadi spesies tersendiri. Pentingnya dalam dunia penelitian adalah untuk mengetahui jenis koloni bakteri tertentu, sehingga diperlukan tekhnik pemisahan atau isolasi. Tekhnik isolasi dalam laboratorium adalah memisahkan populasi campuran mikroorganisme dalam campuran menjadi kultur murni yang hanya mengandung satu jenis mikroorganisme. Teknik tersebut disertai dengan teknik pemisahan. Pemisahan satu jenis ini bertujuan untuk mempermudah pengamatan terhadap sifat-sifat dari setiap jenis mikroorganisme yang digunakan (Cappucino & Sherman, 1987). Isolasi bakteri dapat dilakukan dari organ internal dan eksternal, kemudian diinokulasi dan dimurnikan pada medium GSP (Glutamat Starch Phenile) agar (Merck) dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam. 2.4.2 Identifikasi Identifikasi merupakan lanjutan kegiatan dari isolasi, yaitu kegiatan untuk mengelompokkan makhluk hidup ke dalam suatu kelompok tertentu berdasarkan karakteristik persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing makhluk hidup. Identifikasi mikroorganisme yang baru diisolasi memerlukan pencirian, deskripsi, dan perbandingan yang cukup dengan deskripsi yang telah dipublikasikan untuk jasad-jasad renik lain yang serupa (Pelczar & Chan, 1986).

16 Identifikasi dan karakterisasi dilakukan dengan mengamati morfologi koloni, pengujian sifat fisiologis dan biokimia awal, serta pengujian sifat fisiologis dan biokimia secara lengkap. Pengujian sifat fisiologis dan biokimia bakteri didasarkan pada Jutono et al. (1980), Mc. Faddin (1980), dan Anonim (1994).