I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

8.1. Keuangan Daerah APBD

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri kecil merupakan usaha bagi sebagian masyarakat

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu memberikan kontribusi yang besar dalam transformasi struktural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat yang menunjang pembentukan daya saing nasional. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), industri pengolahan atau manufaktur merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar (1,42 persen) dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional pada Tahun 2012. Sektor Industri Pertanian merupakan suatu sistem pengelolaan secara terpadu antara Sektor Pertanian dengan Sektor Industri guna mendapatkan nilai tambah produk hasil pertanian. Agroindustri merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Modernisasi di sektor industri dalam skala nasional dapat meningkatkan penerimaan nilai tambah sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar (Saragih, 2004).

2 Agroindustri diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, maupun stabilitas nasional. Hal ini karena subsektor tanaman pangan memiliki kemampuan terbatas dalam meningkatkan pendapatan petani yang ditunjukkan oleh dasar nilai tukar petani tanaman pangan di Indonesia pada Tahun 2013 yang keseluruhannya dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Tukar Petani Nasional Tahun 2013. Rincian Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Indeks Diterima Petani 150.60 150.78 150.81 150.86 151.44 NAS Indeks Dibayar Petani NAS 142.52 143.34 144.27 144.30 144.29 Konsumsi RumahTangga 146.73 147.70 148.82 148.79 148.75 Bahan Makanan 155.55 157.15 159.17 158.81 158.42 Makanan Jadi 144.95 145.43 145.91 146.30 146.72 Perumahan 146.22 146.78 147.20 147.52 147.73 Sandang 141.36 141.60 141.70 141.75 141.78 Kesehatan 131.23 131.72 132.08 132.26 132.46 Pendidikan,Rekreasi & 126.88 137.14 127.26 127.42 127.63 Olahraga Transportasi dan 116.35 116.41 116.56 116.65 116.83 Komunikasi BPPBM 130.04 130.38 130.69 130.95 131.08 Bibit 132.25 132.50 133.02 133.02 133.17 Obat-obatan & pupuk 128.84 129.02 129.21 129.21 129.30 Transportasi 125.12 125.33 125.46 125.62 125.70 Sewa Lahan, Pajak & 125.65 125.94 126.35 126.68 126.75 Lainnya Penambahan Barang Modal 133.20 133.54 133.88 134.19 143.32 Upah Buruh Tani 130.22 130.71 131.16 131.51 131.66 NTP NAS 105.67 105.19 104.53 104.55 104.95 Sumber : Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari Bulan Januari-Mei Tahun 2013 nilai tukar petani nasional cenderung mengalami penurunan. Penurunan nilai tukar petani tersebut menyebabkan banyak petani yang beralih dari sektor pertanian ke sektor industri pengolahan, karena pendapatan di sektor industri pengolahan lebih besar dari sektor pertanian.

3 Di Provinsi Lampung, sektor agroindustri atau industri pengolahan menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam kontribusinya terhadap PDRB. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu satu tahun yang berada di daerah atau regional tertentu. Berdasarkan perhitungan PDRB, maka laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dihitung. PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Provinsi Lampung, 2010-2012 (Juta Rupiah). No Lapangan Usaha/ Sektor 2010 2011 2012 1 Pertanian, Perternakan, 39.917.414 45.478.685 51.927.562 Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan 2.161.754 2.672.150 2.840.577 Penggalian 3 Industri Pengolahan 17.120.714 20.555.157 22.841.435 4 Listrik dan Air Bersih 595.503 691.203 788.597 5 Bangunan 3.968.970 4.397.009 4.855.562 6 Perdagangan, Restoran dan 16.503.762 20.481.520 22.930.103 Hotel 7 pengangkutan dan 11.011.468 14.716.358 16.676.478 Telekomunikasi 8 Keuangan, Persewaan dan 6.844.990 7.633.617 8.892.445 Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 10.252.694 11.282.562 13.168.600 PDRB 108.404.270 127.908.260 144.561.358 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013. Tabel 2 menunjukkan bahwa selama tahun 2010-2012 lapangan usaha masyarakat Provinsi Lampung masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu, sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor industri pengolahan. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB tahun 2012 adalah 35,92 persen diikuti sektor

4 perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,86 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 15,55 persen. Kota Bandar Lampung merupakan kota terbesar di Provinsi Lampung. Perekonomiannya yang maju dan berkembang pesat, disumbangkan oleh peranan signifikan sektor industri pengolahan. Jumlah industri di Bandar Lampung secara kuantitas sangat banyak dan beraneka ragam, mulai dari industri makanan, barang-barang plastik, pengepakan, olahan kayu, hingga industri alat-alat/mesin, baik industri kecil dan rumah tangga hingga industri berskala besar. Industri pengolahan atau manufaktur tersusun atas industri berskala besar, sedang, dan kecil, dimana pelaku dari masing-masing skala industri memiliki potensi untuk saling mendukung keberlangsungan industri yang lain (Bank Indonesia, 2012). Kota Bandar Lampung sebagai pusat pemerintahan Provinsi Lampung mempunyai potensi industri kecil dari sektor pertanian dan non-pertanian yang baik jika dilihat dari perkembangannya hingga saat ini. Realisasi pertumbuhan industri kecil di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011-2012 dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, investasi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 3.

5 Tabel 3. Realisasi pertumbuhan industri kecil Kota Bandar Lampung, 2011-2012 Uraian Satuan Jumlah Pertumbuhan 2011 2012 % Unit Usaha Buah 2.035 2.175 6,88 IKAH Buah 1.169 1.238 5,90 ILMEA Buah 866 937 8,20 Tenaga Kerja Orang 13.116 13.842 5,54 IKAH Orang 7.513 7.882 4,91 ILMEA Orang 5.603 5.960 6,37 Investasi Milyar Rp 115.615 130.727 13,07 IKAH Milyar Rp 59.217 74.410 25,66 ILMEA Milyar Rp 56.398 56.317-0,14 Nilai Produksi Milyar Rp 742.795 1.128.125 51,88 IKAH Milyar Rp 313.022 642.124 105,14 ILMEA Milyar Rp 429.773 486.001 13,08 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 industri kecil mengalami peningkatan sebesar 6.88 persen, diikuti dengan peningkatan tenaga kerja sebesar 5.54 persen. Peningkatan secara tidak langsung juga terjadi pada peningkatan investasi yang masuk di Kota Bandar Lampung sebesar 13.07 persen serta tingginya nilai produksi yang mencapai 51.88 persen. Industri kecil dibedakan menjadi golongan IKAH (Industri Kimia, Agro & Hasil hutan) dan golongan ILMEA (Industri Logam, Mesin, Elektro, & Aneka barang). ILMEA cenderung merupakan industri yang padat karya. Salah satu produk pengolahan hasil pertanian yang dikenal di masyarakat adalah industri emping melinjo. Emping melinjo sebagai makanan pelengkap mempunyai kandungan yang baik bagi kesehatan, namun sebaiknya emping melinjo tidak dikonsumsi secara berlebihan terutama penderita asam urat atau darah tinggi. Tanaman melinjo sebagai bahan baku emping melinjo

6 merupakan salah satu subsektor perkebunan yang dinilai cukup strategis dalam mendukung perekonomian Indonesia. Melinjo banyak manfaatnya, dimana hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daun muda yang disebut dengan so, bunga yang disebut dengan kroto, kulit biji tua dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang cukup populer di kalangan masyarakat. Bahkan kulit biji yang sudah tua setelah diberi bumbu dan kemudian digoreng akan menjadi makanan ringan yang disebut dengan gangsir yang cukup lezat. Buah yang sudah tua merupakan bahan baku pembuatan emping melinjo yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Semua bahan makanan yang berasal dari tanaman melinjo mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi (Sunanto, 1997). Macam-macam zat gizi yang terkandung di dalam biji melinjo dan emping melinjo dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan gizi biji melinjo dan emping melinjo (100 gr) No Kandungan Biji Melinjo (100 gr) Emping melinjo (100 gr) 1. Kalori 66,00 Kalori 345,00 Kalori 2. Protein 5,00 gr 12,00 gr 3. Lemak 0,70 gr 1,50 gr 4. Karbohidrat 13,30 gr 71,50 gr 5. Kalsium 163,00 mg 100,00 mg 6. Fosfor 75,00 mg 400,00 mg 7. Besi 2,80 mg 5,00 mg 8. Vitamin A 1000,00 SI - 9. Vitamin B1 0,10 mg 0,20 mg 10. Vitamin C 100,00 mg - 11. Air 80,00 gr 13,00 gr Sumber: Haryoto, 1998. Tabel 4 menunjukkan bahwa di dalam biji melinjo maupun yang sudah diolah dalam bentuk emping terdapat kandungan karbohidrat, lemak, protein,

7 vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Di mana zat-zat gizi tersebut sangat diperlukan oleh tubuh. Kandungan zat gizi tertinggi tiap 100 gr emping melinjo adalah karbohidrat sebesar 71,50 gr. Melinjo juga mengandung kalori yang cukup tinggi yaitu sebesar 345 kalori tiap 100 gr emping melinjo. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi emping melinjo. Agroindustri emping melinjo di Lampung mempunyai potensi untuk dikembangkan, jika dilihat dari jumlah pasokan bahan baku tanaman melinjo yang mencukupi serta adanya agroindustri emping melinjo di Provinsi Lampung. Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman melinjo di Provinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota tahun 2012 dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman melinjo Provinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 No Kota / Kabupaten Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 1 Lampung Barat 13.072 58.190 4,45 2 Tanggamus 18.646 95.570 5,12 3 Lampung Selatan 54.935 248.980 4,53 4 Lampung Timur 11.896 61.090 5,13 5 Lampung Tengah 16.298 89.110 5,46 6 Lampung Utara 5.738 42.970 7,48 7 Way Kanan 6.391 21.100 3,30 8 Tulang Bawang 11.165 42.930 3,84 9 Pesawaran 47.131 222.220 4,71 10 Pringsewu 2.747 5.180 1,88 11 Mesuji 2.337 6.630 2,83 12 Tulang Bawang Barat 350 1.090 3,11 13 Bandar Lampung 9.436 53.400 5,65 14 Metro 577 1.980 3,43 Provinsi Lampung 200.719 950.440 4,73 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2013. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 produktivitas tanaman melinjo sebesar 4,73 ton/ha yang tersebar di 14 kabupaten Provinsi Lampung (Dinas

8 Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2013). Produksi dan produktivitas tanaman melinjo di Kota Bandar Lampung menepati urutan ke dua setelah Kabupaten Lampung Utara, sebesar 53.400 ton produksi dan 5,65 ton/ha produktivitas, sedangkan untuk Kabupaten Lampung Utara sebesar 42.970 ton produksi dan 7,48 ton/ha produktivitas. Produksi dan produktivitas melinjo di Kota Bandar Lampung masih harus ditingkatkan, karena industri pengolahan emping melinjo menjadi salah satu komoditas unggulan Kota Bandar Lampung sehingga ketersediaan bahan bakunya harus ditingkatkan. Kota Bandar Lampung berpotensi untuk dikembangkan agroindustri emping melinjo. Ketersediaan bahan baku menjadi pertimbangan bahwa agroindustri emping melinjo dapat dikembangkan di Kota Bandar Lampung. Ketersediaan bahan baku akan mempengaruhi proses produksi. Persebaran agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persebaran agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung No Kelurahan Kecamatan Jenis Usaha Rata-rata produksi emping (kg/hari) 1 Sukamaju Teluk Betung Timur 149 20 kg 2 Langkapura Kemiling 54 36 kg 3 Rajabasa Rajabasa 15 60 kg Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, 2013. Tabel 6 menunjukkan bahwa sentra industri emping melinjo terletak di Kelurahan Sukamaju namun masih memiliki tingkat produktivitas per hari yang rendah. Adapun agroindustri emping dengan tingkat produktivitas

9 tinggi terletak di Kelurahan Rajabasa. Hal ini karena di Kelurahan Rajabasa ketersediaan bahan baku per unit usaha melinjo relatif lebih banyak dibandingkan dengan Kelurahan Sukamaju dan Langkapura. Fakta ini tentunya akan mempengaruhi kinerja produksi dan nilai tambah yang dihasilkan. Hasil wawancara kepada Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperindag Kota Bandar Lampung, 2013 diperoleh informasi bahwa relatif lebih banyaknya produsen emping melinjo di Kecamatan Teluk Betung Timur, hal ini disebabkan oleh seringnya masyarakat mendapat pelatihan, bimbingan dan bantuan peralatan serta penerbitan izin gratis sejak Tahun 2006. Dari segi harga, emping melinjo ditingkat produsen dijual dengan harga Rp 30.000,00 Rp 33.000,00/kg, sedangkan emping melinjo ditingkat pedagang pasar dijual dengan harga Rp 33.000,00 Rp 34.000,00/kg. Hasil pengamatan pendahuluan diketahui bahwa harga melinjo ditingkat produsen di Kelurahan sebesar Rp 8.000,00 - Rp 10.000,00/kg. Adapun harga emping melinjo di sentra produksi sebesar Rp 30.000,00 Rp 33.000,00/kg. Sedangkan harga emping melinjo di tingkat pasar sebesar Rp 33.000,00 Rp 34.000,00/kg. Terdapat selisih harga emping melinjo di masing-masing saluran pemasaran, yaitu pada tingkat produsen dan tingkat pasar. Pada umumnya setiap unit usaha agroindustri seperti emping melinjo membutuhkan tenaga kerja dua sampai empat orang, sehingga semakin banyaknya unit usaha agroindustri emping melinjo maka semakin banyak

10 tenaga kerja yang dibutuhkan. Ini menunjukkan bahwa nilai tambah emping melinjo cukup besar, namun demikian jika pangsa harga emping melinjo di tingkat produsen bisa dinaikkan berarti peluang nilai tambah masih terbuka luas. Untuk mengetahui strategi pengembangan pada agroindustri emping melinjo sangat penting dilakukan. Pengembangan agroindustri diikuti pengembangan lapangan kerja, untuk itu strategi pengembangan harus dicari. B. Perumusan Masalah Kinerja agroindustri emping melinjo ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal dalam suatu agroindustri. Faktor internal meliputi produksi, manajemen dan pendanaan, sumber daya manusia, lokasi agroindustri dan pemasaran. Faktor eksternal meliputi ekonomi, sosial budaya, pesaing, bahan baku, iklim dan cuaca, serta kebijakan pemerintah. Faktor-faktor tersebut merupakan peluang kerja yang mampu diciptakan agroindustri, ditambah dengan tenaga kerja di bidang pemasaran. Penilaian terhadap perkembangan agroindustri menjadi sangat penting untuk perencanaan suatu tujuan di masa yang akan datang. Penilaian ini mengukur kinerja agroindustri agar dapat terus berkembang di masa yang akan datang. Kinerja agroindustri merupakan salah satu faktor internal dari agroindustri yang sangat diperlukan demi kemajuan agroindustri itu sendiri. Penilaian kinerja agroindustri dapat dilihat dari sisi teknis dan non-teknis. Secara teknis kinerja dapat dilihat dari produktivitas, kapasitas, dan kualitasnya, sedangkan secara non teknis dapat dilihat dari informasi keuangan dan pendapatan serta nilai tambah. Penilaian kinerja agroindustri secara teknis

11 dilihat dari produkstivitas lebih dari 7,2 kg/hok dan kapasitas lebih dari 0,5 persen maka agroindustri telah berproduksi dengan baik. Dinamika faktor internal (produksi, manajemen dan pendanaan, sumber daya manusia, lokasi agroindustri dan pemasaran), sedangkan faktor eksternal (ekonomi, sosial budaya, pesaing, bahan baku, iklim dan cuaca, serta kebijakan pemerintah) yang terjadi akan menentukan kinerja agroindustri tersebut. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat ditentukan bagaimana kinerja usaha dari agroindustri tersebut. Agroindustri emping melinjo di Kelurahan Sukamaju dan Rajabasa masih menggunakan teknologi rendah. Teknologi yang digunakan masih menggunakan tenaga manusia. Peralatan yang digunakan berupa palu, wayan, marmer, tungku dan plastik. Teknologi yang rendah akan memberikan kontribusi yang sedikit terhadap peningkatan nilai tambah. Penggunakan teknologi dan penyerapan tenaga kerja akan berpengaruh terhadap besarnya nilai tambah yang akan diperoleh. Oleh karena itu perlu diketahui apakah nilai tambah yang dihasilkan sudah cukup memberikan kontribusi yang layak atau tidak terhadap agroindustri emping melinjo. Ketersediaan bahan baku yang menunjang proses produksi akan mempengaruhi keberlangsungan suatu agroindustri. Bahan baku yang diperoleh dari agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung diperoleh dari daerah sekitar lokasi agroindustri. Satu kilogram bahan baku melinjo akan menghasilkan 0,5 kilogram emping yang siap di pasarkan. Besarnya produktivitas emping melinjo di dua kelurahan yaitu Kelurahan

12 Sukamaju dan Kelurahan Rajabasa ditentukan dari ketersediaan bahan baku yang mamadai dalam proses produksi. Fakta menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat produktivitas emping melinjo antara Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan Rajabasa. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada besaran nilai tambah dan kinerja agroindustri emping. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja produksi agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung? 2. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh agroindustri emping di Kota Bandar Lampung? 3. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri emping di Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain : 1. Menganalisis kinerja produksi dan kesempatan kerja agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung 2. Menganalisis nilai tambah agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung 3. Menyusun strategi pengembangan agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Lampung

13 D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai : 1. Pertimbangan bagi pelaku agroindustri dalam menjalankan dan mengembangkan kegiatan usahanya 2. Pertimbangan bagi intansi terkait dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan program pengembangan agroindustri emping melinjo di Bandar Lampung 3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis