BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN INDUSTRI KOSMETIK DAN JAMU JAKARTA, 1 SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

I. PENDAHULUAN. Produk pangan berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru.

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang. berpengaruh dalam persaingan global. SDM yang berkualitas, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencerminkan bahwa negara ini kaya akan sumber daya alamnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri di dunia saat ini tengah berkembang pesat begitu pula

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

BAB I PENDAHULUAN. barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KUESIONER PENELITIAN. Atas kesediaannya saya ucapakan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PARLIAMENTARY STATE SECRETARY (DEPUTY MINISTER) JERMAN JAKARTA, RABU 18 MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Untuk selanjutnya industri mikro disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Restrukturisasi Mesin. Industri Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan rempah rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap daerah yang ada di indonesia menjadi keunggulan dan ciri khas sendiri terhadap suatu daerah tersebut. Begitu banyaknya tumbuhan yang tumbuh semakin banyak pula temu-temuan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dan di uji khasiatnya. Temu-temuan ini dalam istillah bahasa jawa disebut empon-empon yang berasal dari kata empu yang berarti rimpang induk atau akar tinggal. Penggolongan nama empon-empon tidak dilakukan berdasarkan klasifikasi ilmiah tertentu. Nama-nama tersebut lebih merujuk kepada penggolongan tanaman tertentu yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, meskipun jenisnya didominasi oleh tanaman famili Zingiberaceae yang tergolong dalam empon empon. Tumbuhan obat yang ada bumi Indonesia sukar dihitung jumlahnya. Penelitian ilmiah yang terus dilakukan akan membuat daftar nama tanaman obat, sebagian besar termasuk famili zingiberaceae (Fauziah, 1999). Sehubungan dengan kemajuan zaman, kini penggunaan empon empon meluas dalam industri makanan, minuman, kosmetika, bahan pewarna, dan untuk di ambil minyak atsirinya.dengan begitu banyaknya macam industri yang dimanfaatkan dari empon empon ini, industri yang 1

2 sekarang banyak diminati oleh masyarakat baik pengembangan atau prospeknya yang disebut dengan industri biofarmaka. Biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan. Biofarmaka juga merupakan sebutan untuk industri olahan dari tanaman herbal jenis empon-empon yang diolah menjadi sebuah produk jadi. Industri yang sekarang berkembang ini banyak di minati para pelaku industri baik produsen maupun konsumen (Disperindag DIY, 2016). Minat produsen ingin menjalankan dan mengembangkan usaha ini karena melihat prospek dari biofarmakasangat baik dalam jangka panjang, dilihat dari budidaya nya yang tidak sulit dan mengeluarkan banyak biaya dimana para pelaku industri tidak harus membutuhkan tanah yang luas untuk bercocok tanam tetapi dapat memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam tanaman herbal tersebut. Alasan konsumen lebih memilih Biofarmaka yaitu karena ingin menghindari penggunaan produk kimiawi yang beresiko bagi kesehatan. Selain itu konsumen juga memilih produk tersebut selain aman bagi kesehatan karena produk berbahan herbal dapat mudah ditemui di mana saja. Industri Biofarmaka ini adalah salah satu dari sekian banyak industri pertanian yang sudah dijalani oleh beberapa pelaku industri yang permintaan dan pasokannya seimbang. Industri Biofarmaka juga sudah banyak di jalani oleh pengusaha lokal indonesia sekarang produknya mampu berdaya saing dengan produk produk obat herbal luar negeri dan sudah di minati oleh masyarakat mancan negara.

3 Di pulau Jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta industri berbahan herbal sudah di percaya masyarakat sejak zaman dahulu. Contohnya obat berbahan tumbuhan herbal dan diolah menjadi sebuah produkmakanan, minuman, maupun bahan kosmetik yang disebut jamu sebagai alternatif masyarakat yang dipercaya berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit jugauntuk kecantikan dan kesehatan kulit, terbukti dengan adanya usaha dan berbagai industri rumahan yang bahkan sudah turun temurun di jalani oleh masyarakat dan sampai saat ini industri produk biofarmaka semakin berkembang dan permintaanya pun semakin meningkat. Produk industri biofarmaka lebih banyak dipilih masyarakat karena berbahan non-kimia dikarenakan permintaannya semakin meningkat, masyarakat banyak yang tertarik menjalani usaha ini terbukti dengan banyaknya IKM maupun produksi rumahan kelompok/perseorangan yang terdapat di Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta yang mampu menyerap tenaga kerja dengan memanfaatkan masyarakat sekitar wilayah industri. Biofarmaka merupakan peluang usaha yang sangat bagus untuk jangka panjang mengingat peminatnya sangat banyak dan didukung dengan adanya bahan baku yang sangat melimpah pengembangan industri ini semakin pesat. Tetapi, tidak sedikit pula banyak perusahaan yang gulung tikar karena kalah bersaing sehingga produknya tidak laku dipasaran(disperindag, 2016).

4 Industri yang berskala kecil mendominasi penyerapan tenaga kerja untuk sektor industri D.I.Yogyakarta pada tahun 2013 yaitu sebesar 320.951 tenaga kerja, sedangkan untuk industri berskala besar dan sedang hanya menyerap 56.429 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja terbesar pada industri berskala kecil yaitu pada pengolahan makanan sebesar 124.668 tenaga kerja, dan pada industri berskala besar penyerapan tenaga kerja terbanyak adalah di golongan industri pakaian jadi yaitu sebesar 11.368 tenaga kerja. Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor industri kecil pada tahun 2013 sebesar Rp.3.521.508.042,00. Nilai tambah terbesar berasal dari industri Pengolahan Pangan yang disusul oleh industri Kimia & Bahan Bangunan. Untuk industri yang berskala kecil terbagi menjadi lima jenis industri yaitu industri makanan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, kerajinan umum, serta logam dan elektronik. Industri berskala kecil dengan jumlah usaha terbanyak adalah pengelolaan makanan dengan jumlah usaha terbanyak adalah pengelolaan makanan dengan jumlah usaha sebanyak 38.569 usaha, kemudian kerajinan dan umum dengan 20.394 usaha dan kimia dan bahan bangunan sebanyak 13.394 usaha (BPS, 2015).

5 Tabel 1.1 Jumlah Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Tambah Industri Kecil DIY Tahun 2013 Jenis Industri Kecil Jumlah Usaha Jumlah Tenaga Kerja Nilai Tambah a. Pengolahan Pangan 38.569 124.668 1.113.834.723 b. Sandang dan Kulit 5.451 26.887 572.174.795 c. Kimia & Bahan Bangunan 13.394 75.457 1.061.635.487 d. Kerajinan dan Umum 20.394 78.121 550.360.934 e. Logam dan Elektronika 8.279 15.818 223.502.103 Sumber : DIY dalam Angka tahun 2015 Berdasarkan rekapitulasi pendataan potensi IKM tahun 2015, Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 5 cabang industri yaitu Pangan, Sandang dan Kulit, Kimia dan Bahan Bangunan, Logam dan Elektronika, dan Kerajinan, yang terdiri atas Unit usaha (unit) dengan jumlah 88,637, Tenaga Kerja (orang) 326,669, Nilai Investasi (Rp.000) 1,187,754,711, Nilai Produksi (Rp.000) 3,489,769,674, Nilai Bahan Baku/Bahan Penolong (Rp.000) 1,550,832,547. No Cabang Industri Unit Usaha (unit) Tabel 1.2 Potensi IKMTahun 2015 Tenaga Kerja (orang) Nilai investasi (Rp.000) Nilai Produksi (Rp.000) Nilai Bahan Baku/ Bahan Penolong (Rp.000) 1 Pangan 39,418 127,411 316,088,503 1,137,882,945 2 3 4 Sandang dan Kulit Kimia dan Bahan Bangunan Logam dan Elektronika 5,571 27,210 265,640,674 575,155,840 13,823 75,608 376,232,623 1,094,600,645 5, 408 15,850 73,752,276 174,552,621 5 Kerajinan 24,417 80,590 156,040,635 507,577,623 Jumlah 88,637 326,669 1,187,754,711 3,489,769,674 Sumber: Disperindag D.I.Yogyakarta, 2016 524,371,105 227,172,807 476,169,129 90,296,085 232,823,421 1,550,832,547

6 Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan dinas perindustrian dan perdagangan provinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2017 industri biofarmaka yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta belum mempunyai spesialisasi industri tersendiri sehingga belum mempunyai data profil di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi D.I.Yogyakarta, Jadi industri biofarmaka masih masuk kedalam kelompok IKM dan terbagi menjadi dua jenis industri yaitu industri pangan dan industri kimia & bahan bangunan. Pengembangan industri biofarmaka ini terlihat dari semakin banyaknya unit usaha dan semakin meningkatnya nilai produksi setiap tahunnya. Industri Pangan Industri biofarmaka yang terdapat di D.I.Yogyakarta terbagi ke dalam beberapa Inovasi produk jamu seperti Jamu instan, Minuman herbal, Permen, Sirup, Gula, Kosmetik, Spa, dan lain sebagainya. Berdasarkan data potensi jamu DIY tahun 2013-2015 industri pangan pertumbuhannya terus meningkat. Dapat dilihat pada unit usaha, tenaga kerja, nilai produksi dari tahun 2013 sampai 2015 terus mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu drastis. Tabel 1.3 Potensi Jamu DIY Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja (orang) Nilai Produksi (Rp.000) 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Sleman 273 276 285 475 510 521 9199531 10112531 10415907 Yogyakarta 150 120 125 285 311 319 17713434 18713434 367610 Bantul 165 179 191 345 375 390 2422445 3533445 3921781 Kulonprogo 117 120 117 450 460 524 665691 975691 698976 Gunung Kidul 207 206 215 754 835 914 1017090 4509136 4620757 Sumber: Disperindag DIY

7 Upaya industri jamu dan obat tradisional dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya, tidak lepas dari berbagai kendala yang harus dihadapi. Kendala tersebut antara lain tingginya tingkat persaingan dari dalam dan luar negeri terutama dari negara Cina, kesulitan dalam pemasaran karena merebaknya jamu palsu dan jamu bercampur bahan kimia di pasar, dan sikap dunia medis yang belum sepenuhnya menerima keberadaan industri jamu dan obat tradisional. Padahal, dengan jumlah masyarakat indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa, maka potensi produk jamu sangat besar (Suhartini dkk,. 2012). Berdasarkan latar belakang diatas industri Biofarmakamerupakan industri yang sangat baik dalam jangka panjangyang mampu menyerap tenaga kerja dan memiliki nilai daya saing yang tinggi. Khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta Industri Biofarmaka mengalami pengembangan dengan semakin banyaknya perusahaan, IKM, maupun UMKM yang bergerak dibidang biofarmaka. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisa Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta B. Batasan Masalah Dalam penelitian inipermasalahan yang akan diteliti hanya dilakukan pada industri biofarmaka fokus industri jamu yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulis membatasi responden pada penelitian ini hanya kepada ahli (expert) yang berkompeten dan mempunyai pemahaman lebih pada permasalahan yang akan diteliti.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah diantaranya: 1. Bagaimana strategi pengembangan Industri Biofarmaka di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apa yang menjadi prioritas strategi pengembangan industri biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui strategi pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Menentukan prioritas strategi pengembangan industri biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process(AHP). E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk pengembangan pemahaman dan informasi bagi penulis dan pembaca mengenai industri biofarmaka dan bagaimana strategi pengembangannya. 2. Dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian lebih lanjut yang tertarik dalam masalah yang sama, yaitu terkait dalam analisa pengembangan industri Biofarmaka.