Kiprah Perempuan Dalam Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN PERTANIAN 10/24/2007 ARTI PENTING SEKTOR PERTANIAN. PERTANIAN : Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I b M KELOMPOK PETANI BUAH MAHKOTA DEWA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN PADA PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

USULAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Tahun 2013

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2008

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

B. TUGAS membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan ketersediaan dan kerawanan pangan serta distribusi pangan.

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAPPEDA Planning for a better Babel

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

Kiprah Perempuan Dalam Pertanian Disampaikan pada siaran Kiprah Desa di RRI Pro-1 Yogyakarta 21 April 2017 Titiek Widyastuti HP 081 328 25 2005 Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email titiekw@yahoo.co.id

Daftar Isi Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani 1 Kegiatan Pertanian 5 Peranserta Perempuan Dalam Pertanian 7 Pemberdayaan Petani Perempuan 8 Kesimpulan 9 CV Topik / Materi 10

Pg. 01 Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani Perempuan merupakan jumlah tenaga kerja terbesar dalam pertanian Pengarusutamaa n gender (Gender mainstreaming) adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan kebijakan yang mengintegarasika n pengalaman, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam rancangan, rencana, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan program, proyek, peraturan, dan anggaran Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani Petani Perempuan Kenyataan menunjukkan bahwa di Indonesia perempuan pedesaan merupakan jumlah tenaga kerja terbesar di bidang pertanian. Perempuan terlibat mulai dari kegiatan penanaman, perawatan, panen, dan pasca panen. Namun demikian, perempuan cenderung di belakang layar, sehingga tidak tampil sebagai pelaku pembangunan (ter sub ordinasi), orang tidak menyadari atau meremehkan sumbangan mereka. Hal ini terjadi karena selama ini pekerjaan yang dilakukan perempuan dianggap pekerjaan domestik yang tidak perlu dinilai dengan uang ataupun imbalan, walaupun sebenarnya pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan produktif (Meneg PP, 1999). Akibatnya peran perempuan tidak diperhitungkan dalam statistik dan laporan kemajuan pembangunan. Adanya peran yang diabaikan ini menyebabkan perempuan tidak terjangkau oleh berbagai kegiatan peningkatan kualitas SDM Hal ini menyebabkan perempuan makin tertinggal. Namun karena keterlibatan perempuan diabaikan, maka kepentingan petani perempuan tidak diagendakan dalam program pembangunan pertanian. Sebagai contoh misalnya : Dalam pemberian kredit usaha tani petani perempuan tidak bisa mengaksesnya, karena yang boleh adalah kepala keluarga atau ketua kelompok tani yang nota bene adalah laki-laki Perempuan kurang mendapatkan akses dan pelayanan prasarana dan sarana produksi, teknologi dan penyuluhan, pelatihan, serta berbagai peningkatan diri

Pg. 02 Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani Partisipasi perempuan terbatas atau bahkan tidak mempunyai kewenangan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan menyangkut usaha pertaniannya. Upah buruh petani perempuan lebih rendah dari pada petani laki-laki. Penguasaan yang terbatas atas sumber daya seperti tanah dan pendapatan. Banyak alsintan diciptakan yang hampir sebagian besar adalah untuk memudahkan atau meringankan pekerjaaan-pekerjaan petani laki-laki, yang kadang dengan adanya alsintan ini malahan memberikan dampak perempuan terpinggirkan dari dunia pertanian. Sementara belum banyak tercipta alat-alat yang meringankan pekerjaan petani perempuan. Oleh karena itu masih terus perlu dilakukan pemberdayaan terhadap petani perempuan. Pemberdayaan bermakna meningkatkan kualitas dan kemampuan seseorang, organisasi, maupun masyarakat untuk memiliki kekuatan dan kekuasaan, mampu mengambil keputusan dan menentukan pilihan terbaik. Pemberdayaan perempuan (PP) dimaksudkan agar perempuan mampu menentukan agendanya sendiri, menambah ketrampilan, meningkatkan percaya diri, memecahkan masalah, dan membangun kemandiriannya. Sehingga perempuan dapat mengatur diri, perempuan dapat meningkatkan rasa percaya diri, perempuan mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Pg. 03 Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani Kendala dalam pemberdayaan perempuan Kendala Kultural Belum berkembangnya iklim sosial budaya yang kondusif yang memungkinkan potensi perempuan berkembang. Selama ini rekayasa sosial dalam bentuk nilai-nilai budaya memperlakukan perempuan secara diskriminatif dan mengkondisikan/menempatkan perempuan sebagai warga negara kelas dua. Nilai-nilai yang sudah membaku (stereotipi) dalam masyarakat sudah mempola dimana tempat laki-laki dan dimana tempat perempuan, mana yang boleh dikerjakan laki-laki dan mana yang tidak boleh dilakukan perempuan. Kendala Struktural Baik karena kodrat biologisnya maupun karena sifat dan peran gender yang dilekatkan masyarakat pada perempuan, berbagai bentuk kebijakan dan peraturan perundang-undangan masih banyak yang merugikan perempuan. Terbatasnya perempuan untuk memperoleh peluang dan akses, atau produk hokum yang masih bias gender. Kendala Personal Faktor penyebab utama yang membuat perempuan kurang berdaya karena terkurungnya perempuan di sektor domestik yang mengakibatkan perempuan jadi tidak siap untuk terjun ke kehidupan masyarakat, tidak mempunyai kemandirian ekonomi, dan akibatnya perempuan dihinggapi rasa rendah diri. Perempuan selalu merasa diri tidak mampu dalam menghadapi permasalahan atau tantangan. Perempuan ini menganggap dirinya lemah dan tidak berdaya. Perempuan sendiri belum bisa mengenali kapasitas yang ada pada dirinya. Sering terjadi belum mencoba sudah cemas dan ketakutan akan resiko terburuk.

Pg. 04 Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani Pengarusutamaan Gender Dalam Pertanian Pengarusutamaan gender (Gender mainstreaming) adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan kebijakan yang mengintegarasikan pengalaman, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam rancangan, rencana, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan program, proyek, peraturan, dan anggaran. Agar tercapai keadilan dan kesetaraan gender, maka perlu adanya pengarusutamaan gender dalam pembangunan, termasuk pembangunan pertanian. Pendekatan PUG digunakan untuk memformulasikan kebijakan yang responsif gender, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Tujuan PUG dalam program pembangunan adalah untuk menyatukan sudut pandang yang responsif gender sebagai strategi untuk mengidentifikasi serta mengembangkan pendekatan untuk mengurangi dan melacak kesenjangan gender dalam kebijakan pembangunan (Suryadi, A., 2002). Dengan PUG ini diharapkan pembangunan dapat berjalan lebih lancar dan kemanfaatannya dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat, hasil pembangunan pertanian dapat menguntungkan dan dirasakan manfaatnya baik oleh laki-laki maupun perempuan,

Pg. 05 Kegiatan Pertanian Kegiatan Pertanian Pertanian Indonesia telah dijalankan dengan proses panjang lewat berbagai cara terutama adopsi teknologi dengan bimbingan massal, subsidi sarana produksi, rekayasa kemitraan antara usaha tani kecil dan usaha ekonomi skala besar, dan perluasan lahan budidaya termasuk memanfaatkan lahan marjinal seperti lahan gambut. Walaupun segala upaya tersebut titik beratnya masih terbatas pada sub sektor pertanian tanaman pangan. Sektor-sektor penting lain, seperti hortikultura, perkebunan, dan peternakan belum dijamah secara berarti (Widyastuti, 1996). Di Indonesia, pengelolaan pertanian ini bisa dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan besar milik pemerintah ataupun swasta, disamping juga pertanian yang dilaksanakan oleh rakyat. Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, daya beli, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian, serta akses masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dan distribusi serta keanekaragaman hasil pertanian. Swasembada pangan harus dimantapkan secara efisien melalui peningkatan ketersediaan, keragaman jenis, dan mutu angan secara merata sehubungan dengan kecenderungan meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan masyarakat yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global. Pembangunan pertanian tanaman pangan terus ditingkatkan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat, serta memperbaiki derajat mutu konsumsi masyarakat yang berimbang melalui penganekaragaman jenis dan peningkatan kualitas bahan pangan. Pembangunan hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan obat-obatan) diarahkan untuk

Pg. 06 Kegiatan Pertanian meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf hidup, serta kemampuan dan kapasitas petani melalui usaha hortikultura dalam sistem agribisnis dengan memanfaatkan keunggulan komparatif berupa iklim, keanekaragaman hayati, kesesuaian dan kualitas lahan, ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar dalam dan luar negeri. Pembangunan perkebunan terus ditingkatkan untuk lebih mendorong ekspor dan memenuhi kebutuhan industri dalam negeri melalui peremajaan, rehabilitasi, perbaikan mutu tanaman, penganekaragaman jenis, dan pemanfaatan lahan transmigrasi pola perkebunan, serta memanfaatkan lahan-lahan marjinal seperti lahan kering dan rawa. Kegiatan pertanian pada prisnsipnya terdiri dari 3 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan budidaya, dan kegiatan pasca panen. Secara teknis pelaksanaan kegiatan pertanian dilakukan baik oleh aki-laki maupun perempuan sebagai tenaga kerja. Oleh karena itu agar hasil kegiatan pertanian sesuai yang diharapkan maka seharusnya ada kesetaraan dalam ilmu dan pengetahuan pertanian antara laki-laki dan perempuan sebagai sumber daya petani.

Pg. 07 Peranserta Perempuan Dalam Pertanian Peranserta Perempuan Dalam Pertanian Perencanaan Lokasi dan luas penanaman Komoditas yang ditanam Kebutuhan tenaga kerja dan upah Pelaksanaan Budidaya Penyiapan Lahan Penanaman Pemeliharaan Tanaman Panen Pasca Panen Pengumpulan Hasil Pengangkutan Pengeringan Pengolahan Pemasaran Pemanfaatan Manfaat Dampak Partisipasi Perempuan Perencanaan Pelaksanaan (Budidaya dan Pasca Panen) Pemanfaatan

Pg. 08 Pemberdayaan Petani Perempuan Pemberdayaan Petani Perempuan Ilmu Pengetahuan Ilmu tentang pertanian sudah semakin maju dan luas. Akses untuk mendapatkan ilmu pertanian terbuka luas melalui berbagai sumber seperti internet, buku, audio visual, dll. Namun ditengarai ilmu pertanian tersebut belum bisa sampai kepada petani perempuan secara meluas.. Ketrampilan Ketrampilan lebih sering diberikan kepada petani melalui demo dan peragaan dalam acara penyuluhan pertanan. Namun ditengarai belum banyak petani perempuan yang terlibat alam kegiatan penyuluhan. Untuk dan agar dapat meningkatkan Partisipasi (Keterlibatan dalam kegiatan) Keterlibatan perempuan dalam dalam setiap langkah perencanaan sampai dengan evaluasi kegiatan pertanian Akses (Kesempatan, Peluang) Kesempatan atau peluang perempuan untuk dapat menggunakan sumber daya yang berkaitan dengan pertanian Kontrol (Penguasaan, Kewenangan) Penguasaan / kewenangan penuh perempuan untuk mengambil keputusan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pertanian Manfaat Hal-hal yang dapat diperoleh perempuan dalam kegiatan pertanian, dapat dibagi dua yaitu praktis (penghasilan, pemilikan aset-aset pribadi dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan) dan strategis (bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang pertanian dan status kerja perempuan dalam pertanian

Pg. 09 Kesimpulan Kesimpulan 1. Pengelolaan usaha tani masih banyak melibatkan perempuan. Namun petani perempuan yang berkualitas relatif sedikit jumlahnya. 2. Perempuan hanya dianggap sebagai pembantu, bukan pelaku utama dalam pengelolaan pertanian, sehingga dalam program-program peningkatan SDM perempuan kurang diprioritaskan. 3. Keterlibatan perempuan dalam penentuan kebijakan dan pembuat keputusan dalam pertanian relatif masih rendah. 4. Perlu adanya pemberdayaan petani perempuan untuk meningkatkan partisipasi, akses, control, sehingga perempuan mendapatkan manfaat dari pertanian. 5. Upaya yang bisa dilakukan diantaranya dengan membangun kemampuan perempuan ( Capacity building ), perubahan-perubahan budaya yang memihak perempuan ( Cultural change ), serta penyesuaian terhadap struktural yang juga memihak kepada kaum perempuan ( Structural adjustment ).

Pg. 10 CV Topik / Materi CV Topik / Materi CV Nama : IR. TITIEK WIDYASTUTI, M.S. NIP : 19580512 198603 2 001 NIDN : 0012055801 Pangkat/Gol : Pembina Utama Muda/IVC Jabatan : Lektor Kepala Alamat Rumah : Jl. Lempongsari Raya No. 166, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Telp Rumah : (0274) 4463669 No. HP : 081328252005 Email : titiekw@yahoo.co.id Pekerjaan : Dosen Fak. Pertanian UMY/Prodi Agroteknologi Kepala Bidang Penjaminan Mutu Internal BPM UMY Alamat kantor : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Telp. (0274) 387656 Fax (0274) 387646 ext 202 (FP) atau ext 161 (BPM) Topik / Materi : Kiprah Perempuan Dalam Pertanian Perempuan Sebagai Sumber Daya Petani 1 Kegiatan Pertanian5 Peranserta Perempuan Dalam Pertanian7 Pemberdayaan Petani Perempuan8 Kesimpulan9