BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki laki mulai dari anak-anak,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. Remaja Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sejak 28 Januari

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... hlm. ABSTRAK... i. LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI... ii. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR...

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah fisiologi khususnya fisiologi otot.

BAB V HASIL PENELITIAN. Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGALA- GALA TERHADAP KEMAMPUAN KELINCAHAN MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER VI KELAS A TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

Gde Ryan Saputra, Gede Doddy Tisna MS, Made Budiawan. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 75 79, Agustus 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk

Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti. Universitas Pendidikan Indonesia

III. METODELOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yaitu : Untuk mengetahui pengaruh

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

Bab IV. Penelitian ini dilakukan pada pemain bola voli putra UNG yang berjumlah 12

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGANDONG SAMBUK TERHADAP KEMAMPUAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER V KELAS A TAHUN 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. selama 12 minggu pada bulan Maret - Mei rancangan penelitian pre, middle, and post test control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. dilaksanakan di Stadion Diponegoro, Semarang. pre-test and post-test control group design.

LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI DRILL PASSING DAN WALL PASSING TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA PEMAIN BOLA BASKET SMA NEGERI 7 KOTA JAMBI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sedangkan skor data post-test adalah skor yang diambil setelah melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yang menggunakan metode

PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

METODE PENELITIAN. yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri.

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini alat ukur yang dipakai adalah tes keterampilan bola basket. Tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

Yan Indra Siregar. Abstrak

BAB IV METODE PENELITIAN. kepada mahasiswa semester II program studi PJKR dengan eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS LATIHAN BEBAN DENGAN METODE CIRCUIT WEIGHT TRAINING DENGAN SUPER SET

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

UJI SPSS. Shapiro-Wilk. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Independent Samples Test. Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Yogyakarta. berdiri pada tahun 1994, di tanah seluas 3890 m dan memiliki

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mini Hospital STIKes Al-Irsyad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI PELATIHAN PLYOMETRIK DAPAT MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TERHADAP LONCATAN VERTIKAL PADA TIM BASKET POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

Keterangan: X1 : Pengukuran Reaksi X2 : Pengukuran Antisipasi Y1 : Penjaga Gawang Sepakbola Y2 : Penjaga Gawang Futsal

BAB III METODE PENELITIAN. artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan utama penelitian ini adalah mengungkapkan efektifitas gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KECEPATAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu

III. METODE PENELITIAN. hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. ajaran-ajaran mengenai metode-metode yang dipergunakan di dalam proses

PENGARUH PELATIHAN DOWN THE LINE DRILL TERHADAP KELINCAHAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Utara tahun Setelah dilakukan pre-tes dan post tes terhadap Peningkatan

Tisna Prasetya*, Made Darmada**, Citra Permana Dewi***

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 4 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

INDONESIA PERFORMANCE JOURNAL

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian Dalam penelitian ini sampel sejumlah 40 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul yang bersedia mengikuti program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015. Pengambilan sampel yang seluruhnya berjenis kelamin pria dilakukan dengan teknik sampel random sampling dengan tujuan agar tiap subjek dalam populasi mendapat kemungkinan yang sama untuk dipilih. Sampel diberikan program latihan selama 6 minggu. Latihan diberikan 3 kali dalam seminggu, dengan peningkatan dosis latihan disetiap minggu kedua latihan. Pengukuran agility setiap akhir minggu (hari Sabtu) untuk menentukan keberhasilan dari latihan yang diberikan. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu masing-masih sejumlah 20 orang sebagai kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II. Kelompok perlakuan I yang diberikan latihan eksentrik m.quadriceps dengan latihan plyometric dan kelompok perlakuan II yang diberikan latihan m.gastrocnemius dan latihan plyometric. Gambaran distribusi data pada kelompok perlakuan I, dan kelompok perlakuan II menurut usia dapat dilihat pada Tabel 5.1. 87

88 Tabel 5.1 Diskripsi Sampel Menurut Usia Pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Usia Perlakuan I Perlakuan II Total (Tahun) n % N % n % 18 6 15 5 12,5 11 27,5 19 10 25 10 25 20 50 20 4 10 4 10 8 20 21 0 0 1 2,5 1 2,5 Jumlah 20 50 20 50 40 100 Berdasarkan Tabel 5.1 usia sampel dominan 19 tahun (50%). Tabel 5.2 Diskripsi Sampel Menurut Tinggi Badan (TB) Pada Kelompok Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II Tinggi badan Perlakuan I Perlakuan II Total (TB) n % n % n % 155-159 0 0 4 10 4 10 160-164 4 10 0 0 4 10 165-169 5 12,5 4 10 9 22,5 170-174 6 15 7 17,5 13 32,5 175-179 2 5 3 7,5 5 12,5 180-184 3 7,5 2 5 5 12,5 Jumlah 20 50 20 50 40 100 Berdasarkan Tabel 5.2 pada keloimpok perlakuan I tidak ada sampel dengan tinngi badan 155-159cm. Pada kelompok perlakuan II tidak ada sampel dengan tinggi badan 160-164cm. Dalam penelitian ini sebagian besar sampel memiliki tinggi badan 170-174cm sebesar 32,5%.

Nilai Agility 89 Tabel 5.3 Diskripsi Sampel Menurut Berat Badan (BB) Pada Kelompok Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II Berat Perlakuan I Perlakuan II Total badan (BB) n % n % n % 50-59 9 22,5 7 17,5 16 40 60-69 6 15 9 22,5 15 37,5 70-79 3 7,5 3 7,5 6 15 80-89 2 5 1 2,5 3 7,5 Jumlah 20 50 20 50 40 100 Berdasarkan Tabel 5.3 dalam penelitian ini 40% sampel memiliki BB pada rentang 50-59kg. Untuk mengetahui nilai peningkatan agility sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I yang diberikan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric dapat dilihat pada Gambar 5.1 17,4 17,2 17 16,8 16,6 16,4 Nilai Rerata 16,2 16 Pre I II III Pengukuran IV V Post Gambar 5.1 Grafik Peningkatan Agility Kelompok Perlakuan I

Nilai Agility 90 Berdasarkan Gambar 5.1 terjadi peningkatan agility pada kelompok perlakuan I yang dinilai dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth-Boomerang Run, rerata sebelum latihan 17,22±0,94detik. Terjadi penurunan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth- Boomerang Run, rerata 16,43±0,19detik, yang berarti bahwa terjadi peningkatan agility sesudah pelatihan. Sedangkan pada kelompok perlakuan II, nilai agility sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan II yang diberikan latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric dapat dilihat dalam Gambar 5.2 berikut: 17 16,8 16,6 16,4 16,2 16 Nilai Rerata 15,8 15,6 Pre I II III Pengukuran IV V Post Gambar 5.2 Grafik Peningkatan Agility Kelompok Perlakuan II Berdasarkan Gambar 5.2 terjadi peningkatan agility pada kelompok perlakuan II yang dinilai dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth-Boomerang Run, rerata sebelum latihan 16,84±1,07detik. Terjadi

91 penurunan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth- Boomerang Run, rerata 16,02±01,04detik, yang berarti bahwa terjadi peningkatan agility sesudah pelatihan. 5.1.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Untuk menentukan jenis uji statistik yang akan digunakan untuk membandingkan hasil sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test, yang akan disajikan pada Tabel 5.4 sebagai berikut: Tabel 5.4 Uji Normalitas Distribusi Data Agility (Detik) Dengan Shaphiro Wilk Test Normalitas dengan Shaphiro Wilk Test Kelompok Data Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Rerata± p Rerata± p Sebelum 17,21±0.94 0,854 16,84±1,07 0,619 Sesudah 16,43±0,89 0,604 16,01±1,04 0,784 Selisih 0,78±0,18 0,082 0,85±0,17 0,322 Dari hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk-Test sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diketahui nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal dengan nilai rerata sebelum latihan kelompok perlakuan 17,21±0,94detik, dan nilai rerata sesudah latihan kelompok

92 perlakuan I 16,43±0,89detik. Pada kelompok perlakuan II sebelum latihan didapat nilai rerata 16,84±1,07detik, dan nilai rerata sesudah latihan kelompok perlakuan II 16,01±1,04detik. Untuk menentukan varian data homogen atau tidak pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II uji homogenitas menggunakan Levene s Test, yang akan disajikan pada tabel 5.5 sebagai berikut: Tabel 5.5 Uji Homogenitas Data Agility (Detik) Dengan Levene s Test Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Variabel Rerata Rerata p-value Agility 16,43 0,90 16,01 1,04 0,369 Uji homogenitas menggunakan Levene s Test pada kelompok perlakuan I dan II, data diketahui nilai p>0,05 yang berarti data homogen. 5.1.3 Uji komparabilitas data agility sebelum latihan pada kelompok perlakuan I dan II Uji ini untuk mengetahui perbedaan rerata agility sebelum perlakuan pada masing-masing kelompok menggunakan Independent t-test., yang disajikan pada tabel 5.6 sebagai berikut:

93 Tabel 5.6 Uji Komparabilitas Sebelum Latihan Pada Kelompok Perlakuan I dan II dengan Independent t-test Variabel Sebelum Pelatihan Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Rerata Rerata p-value 17,21 0,93 16,84 1,06 0,249 Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa nilai p= 0,249 sehingga data tersebut komparabel (p>0,05). 5.1.4 Uji beda rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan II sesudah perlakuan Uji beda bertujuan untuk membedakan rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan II. Karena distribusi kedua kelompok data normal dan homogen, maka untuk mengetahui signifikansi dan perbedaan peningkatan agility antara kelompok sesudah perlakuan menggunakan uji t-tidak berpasangan (Independent t-test) yang disajikan pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

94 Tabel 5.7 Uji Beda Sesudah Agility Kelompok Perlakuan I dan II dengan Independent t-test Variabel Sesudah Pelatihan Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Rerata Rerata p-value 16,43 0,89 16,02 1,04 0,183 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Independent t-test seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa beda rerata peningkatan agility sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki nilai p=0,183 (p 0,05), ini berarti tidak ada perbedaan peningkatan agility yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan eksentric m.gastrocnimeuss dan latihan plyometric sama baik dengan latihan eksenrtic m.quadriceps dan latihan plyometric dalam meningkatkan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Kondisi subyek Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang berasal dari mahasiswa Fakultas Fisioterapi di Universitas Esa Unggul Jakarta. Sampel seluruhnya laki laki. Pada sample yang didapat semuanya tidak melakukan aktivitas fisik yang rutin (3X seminggu).

95 5.2.2 Karakteristik lingkungan tempat penelitian Tempat pengukuran agility dilakukan dalam aula untuk menghindari faktor emosi dan hambatan lapangan yang dapat mengganggu hasil pengukuran. Tempat latihan eksentrik m quadriceps, latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric dilakukan di klinik Fisioterapi Univ. Esa Unggul untuk memperoleh rasa aman dan nyaman. 5.2.5 Efek Kombinasi Latihan Eksentrik M.Gastrocnemius dengan Latihan Plyometric dan Latihan Eksentrik M.Quadriceps dengan Latihan Plyometric Terhadap Peningkatan Agility Dari hasil uji hipotesis dengan menggunkan independent t-test seperti pada Tabel 5.7 diperoleh hasil nilai p=0,183 (p 0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara kombinasi latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric dengan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agility. Namun hasil dari penelitian kedua kelompok jika dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 nilai rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II mengalami peningkatan, namun jika dilihat pada nilai tingkat agility Tabel 2.1 nilai rerata peningkatan agility pada kedua kelompok perlakuan berada pada kategori kinerja pemula. Dimana nilai rerata sebelum latihan juga berada di tingkat kinerja pemula. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan agility yang kurang optimal.

96 Tidak adanya perbedaan pada penelitian dikarenakan baik otot gasrtocnemius maupun otot quadriceps merupakan otot yang berkontraksi secara simultan pada saat berjalan ataupun berlari, dimana pada tes agility dengan menggunakan Rigth-Boomerang Run Test adalah kemampuan berlari dengan merubah posisi tubuh dengan cepat. Secara kajian teori latihan yang difokuskan pada otot gastrocnemius dan otot quadriceps memberikan efek pada kontraksi otot tersebut dengan cepat dalam berkontraksi, sehingga akan timbul daya ledak serta power yang maksimal, namun untuk memberikan peningkatan agility sampai ke tingkat prima ternyata komponen peningkatan power otot saja tidak cukup, dibutuhkan juga kecepatan, kekuatan otot, fleksibilitas otot dan koordinasi yang semangkin ditingkatkan secara umum pada sistem musculoskeletal. Pada sampel yang digunakan semua tidak memiliki aktivitas fisik (olahraga) yang rutin (3x seminggu) sehingga sampel tidak memiliki kecepatan, kekuatan otot, dan fleksibilitas otot, kecepatan reaksi, keseimbangan dan kordinasi neuromuscular yang optimal. Sedangkan sebelum melakukan latihan plyometric seseorang harus memiliki kekuatan otot, daya tahan otot, dan fleksibilitas otot yang baik. Hal ini membuat peningkatan agility pada kedua kelompok perlakuan menjadi kurang optimal. Penilaian peningkatan agility dengan Right-Boomerang Run Test pada penelitian ini, jika dikaji tidak hanya membutuhkan power dari m.gastrocnemius ataupun m.quadriceps, namun dibutuhkan juga kecepatan, kekuatan otot,

97 fleksibilitas otot, kecepatan reaksi, keseimbangan dan koordinasi neuromuscular yang baik untuk menyelesaikan tes dengan waktu sesingkat-singkatnya. Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa latihan plyometric dapat meningkatkan agility. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Lehnert, Michal dan Karel (2013), dalam penelitiannya tentang efek dari 6 minggu pelatihan agility pada pemain basket, menemukan bahwa latihan plyometric dalam waktu 6 minggu mampu meningkatkan agility secara signifikan. Sedangkan hasil penelitian Santos (2010), dalam efek latihan eksentrik pada fungsional tes terhadap orang sehat, menyatakan bahwa pelatihan eksentrik hanya meningkatkan power dan aktivasi saraf yang lebih besar. Hal ini menjelaskan bahwa latihan eksentrik hanya meningkatkan power, sedangkan untuk peningkatan agility, power saja tidak cukup, tetapi diperlukan juga peningkatan faktor-faktor lain yang mempengaruhi agility, yaitu kecepatan, fleksibilitas, waktu reaksi dan keseimbangan. 5.3 Keterbatasan Penelitian Selama penelitian berlangsung, peneliti mengalami keterbatasan dalam melakuan penelitian. Keterbatasan yang terjadi pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang mengacu pada dan di Negara lain yang memungkinkan sangat berbeda dengan di Indonesia.