KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI

dokumen-dokumen yang mirip
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN VI SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI (Pension Fund Management Policy in Corporate Sector)

Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Kuningan City, Jakarta, 22 Oktober Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Hari Tua

Transformasi BPJS 2. September 2011

Mengenal. Dana Pensiun

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

TENTANG LAPORAN HASIL PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH PADA DANA PENSIUN YANG MENYELENGGARAKAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

Sekilas tentang Dana Pensiun

Kesejahteraan Hari Tua Tingkat Penghasilan Pensiun dan Pendanaan Pesangon

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI DANA PENSIUN

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

KEPESERTAAN KUNCI UTAMA PENGELOLAAN DANA PENSIUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja. Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

Statistik Dana Pensiun Kupas Tuntas Permasalahan Dana pensiun Menuju Stabilitas Industri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2014 UNTUK DANA PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

PENYERTAAN MODAL NEGARA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

1.1. Latar Belakang Penelitian

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

BAB I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh jaminan sosial untuk

MELIHAT HAL-HAL KRUSIAL DALAM WAJAH BARU UNDANG-UNDANG PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

- 2 - meningkatkan pertumbuhan industri Dana Pensiun menjadi lebih baik.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO DANA PENSIUN

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2015 UNTUK DANA PENSIUN

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

2 baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, Dana Pensiun dapat memenuhi kewajiban pembayaran manfaat kepada Peserta. Untuk itu, Dana Pensiun me

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

BAB III PROGRAM JAMINAN HARI TUA

BAB I PENDAHULUAN. 20 April 1992 dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (3) Khusus bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, pelaksanaan pengawasan terhada

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK TIM EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI disusun oleh: Asep Ahmad Saefuloh Ahmad Sani Alhusain Sahat Aditua F. Silalahi T. Ade Surya Achmad Wirabrata BIDANG PENGKAJIAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dana Pensiun memegang peranan penting dalam menggerakkan perekonomian karena selain menjamin kesejahteraan tenaga kerja setelah mereka memasuki masa pensiun. Dana pensiun dapat membantu perkembangan sektor riil melalui usaha investasi. Dengan besaran dana yang dikelola mencapai puluhan triliun maka dampak investasi yang dilakukan oleh Dana Pensiun akan sangat signifikan. Di sisi lain, dengan angka pertumbuhan yang dialami oleh Dana Pensiun, maka perlu kiranya Pemerintah memberikan perhatian terhadap beberapa isu dan permasalahan yang hingga saat ini masih muncul seputar pengelolaan Dana Pensiun. 2. Untuk melihat lebih jauh bagaimana pengelolaan Dana Pensiun maka perlu melakukan penelitian lebih lanjut. Permasalahan yang akan dikaji lebih mendalam adalah: Bagaimanakah gambaran umum perkembangan pengelolaan Dana Pensiun saat ini khususnya di sektor korporasi, termasuk permasalahan apa yang dihadapi oleh lembaga pengelola Dana Pensiun?; Bagaimana perkembangan pengelolaan Dana Pensiun di daerah?; dan, bagaimanakah kebijakan yang dapat diambil Pemerintah untuk mendorong kinerja pengelolaan Dana Pensiun yang lebih baik kedepannya, termasuk bagaimana pengelolaan Dana Pensiun dikaitkan dengan pelaksanaan jaminan sosial? 3. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menganalisa perkembangan Dana Pensiun di Indonesia adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji dengan menempatkan teori pada data yang diperoleh. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah studi literatur, FGD, dan studi kasus. 4. Berdasarkan perspektif ekonomi kelembagaan, maka penyelenggaraan Dana Pensiun diatur dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Program pensiun yang

diselenggarakan adalah adalah PPMP dan PPIP, sedangkan Bentuk organisasi Dana Pensiun yang beroperasi di Indonesia adalah DPPK dan DPLK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Pensiun sudah menunjukkan perkembangan yang berarti terutama dilihat dari jumlah kepesertaannya. Sampai dengan September 2013 terdapat 267 Dana Pensiun di mana dengan proporsi DPPK yang lebih besar. 5. Dalam perkembangannya Dana Pensiun juga tidak luput dari berbagai permasalahan yang dihadapi baik yang bersifat investasi maupun kelembagaan. Permasalahan yang dihadapi bidang investasi adalah secara umumnya investasi (portofolio Dana Pensiun) yang dilakukan masih dominan pada pasar modal dan pasar uang, belum memasuki sektor riil sehingga kontribusi langsung pada pembangunan belum maksimal (indirect investment). Sedangkan secara kelembagaan permasalahan krusial yang dihadapi adalah masalah perlindungan bagi peserta. 6. Sejalan dengan perkembangan di pusat, Dana Pensiun juga beroperasi di daerah. Berdasarkan studi kasus pada perusahaan BUMN, BUMD, dan swasta di DIY dan Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa yang utama adalah pelaksanaan program Dana Pensiun merupakan bagian dari Program Pensiun. Umumnya perusahaan lebih mengutamakan melaksanakan Program Pensiun sebagaimana yang diatur dalam UU Jamsostek dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun karaktersitik dari penyelenggaraan Dana Pensiun di daerah adalah: 1) Perkembangannya tidak terlepas dari perkembangan di pusat. Perusahaan yang memiliki cabang di daerah, maka pengelolaan Dana Pensiunnya menginduk ke kantor pusat perusahaan tersebut; 2) Bagi perusahaan yang mapan, sudah mampu mendirikan Dana Pensiun sendiri; 3) Perusahaan menjadi mitra pada DPPK; dan, 4) Perusahaan belum menerapkan Dana Pensiun, tetapi hanya memfasilitasi untuk pegawai secara mandiri menjadi peserta dari DPLK. Dari studi kasus juga memperlihatkan bahwa program pensiun yang diselenggarakan berbentuk PPMP dan PPIP.

7. Untuk perkembangan ke depan, terkait Dana Pensiun ini masih menemui beberapa kendala, yaitu: 1) Perkembangan kelembagaan ekonomi yang dalam dua dasawarsa terakhir ini berkembang prinsip syariah tentu akan mendorong tumbuhnya prinsip syariah terhadap Dana Pensiun, namun pengaturan saat ini belum ada; 2) Pendirian Dana Pensiun dengan mitra yang sangat banyak menimbulkan permasalahan tersendiri karena kebijakan berada pada pendiri sehingga beban kerugian yang muncul akan dibebankan pada pendiri; dan, 3) Untuk mencapai GPFG, maka Pengurus Dana Pensiun diwajibkan untuk mengikuti Fit and Proper test sedangkan pengawasnya tidak, padahal ini penting agar pengawasan terhadap pengelolaan Dana Pensiun dapat merangsang investasi Dana Pensiun tetapi sekaligus memegang prinsip kehati-hatian. 8. Terkait dengan UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, maka beberapa substansi perubahan yang penting adalah: 1) Pengaturan program pensiun berdasarkan prinsip syariah yaitu perlu diatur prinsip pokok pengelolaan program pensiun syariah; 2) Harus ada pengaturan tersendiri ketika pendirian Dana Pensiun melibatkan mitra yang banyak (kolektif) sehingga beban menjadi tanggungjawab kolektif, oleh karena itu perlu: Pemberian aturan khusus mengenai pengelolaan dana pensiun oleh Dana Pensiun Bersama khususnya mengenai aspek perlindungan kepentingan dan hak dari peserta; dan, 3) Penegasan kriteria dalam pemilihan pengurus dan dewan pengawas. Harusnya dalam Dana Pensiun Bersama keanggotaan pengurus dan dewan pengawas harus proporsional dan mencerminkan keterwakilan dari seluruh peserta. 4) Kemudian untuk mencapai GPFG maka kewajiban untuk mengikuti Fit and Proper Test sebaiknya diberlakukan kepada kedua belah pihak baik pengurus maupun pengawas. 5) Terkait aspek perlindungan terhadap keberadaan dana yang telah terhimpun maka agar ada aturan hukum yang memerintahkan LPS untuk memberikan jaminan terhadap keberadaan dana pensiun. Peran utama LPS dalam hal ini

adalah melakukan pengawasan dan penjaminan agar dana yang terhimpun tidak digunakan oleh Dana Pensiun untuk berinvestasi di instrumen yang memiliki risiko tinggi hanya dikarenakan imbal hasil yang tinggi. Pada prinsipnya perlindungan terhadap keberadaan dana yang telah terhimpun dari karyawan harus dinomor satukan. 6) Begitu juga perlunya aspek transparansi dalam pengelolaan dan investasi bagi DPLK berukuran besar yang memiliki banyak cabang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Aspek transparansi tersebut bisa diperkuat dengan mekanisme koordinasi dan pembuatan laporan berkala yang bisa diakses tidak hanya oleh kantor pusat tetapi juga oleh kantor cabang yang lain. 9. Secara kelembagaan revisi UU No. 11 tahun 1992 adalah: 1) Penyempurnaan ketentuan sanksi administratif yaitu dengan memuat bentukbentuk sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada Dana Pensiun atau pihak terkait; 2) Pengelolaan program lain oleh Dana Pensiun dengan membuka peluang bagi Dana Pensiun untuk dapat mengelola program kesejahteraan karyawan lain yang pendanaannya ditanggung pemberi kerja; 3) Penggunaan manfaat pensiun sebagai kompensasi kewajiban pemberi kerja yaitu manfaat pensiun dapat digunakan sebagai kompensasi kewajiban pemberi kerja kepada karyawan dan pembayarannya dapat sekaligus dan dikecualikan dari penundaan pembayaran manfaat pensiun; 4) Pengaturan pengelola statuter yaitu dalam hal tertentu OJK menetapkan Pengelola Statuter untuk mengambil alih kewenangan kepengurusan Dana Pensiun; Penyempurnaan jenis informasi yang wajib disampaikan Pengurus kepada Peserta yaitu Pengurus wajib menyampaikan informasi mengenai keuangan, kepesertaan, dan Peraturan Dana Pensiun dan setiap perubahannya kepada Peserta; 5) Pengaturan penyelesaian perselisihan di luar pengadilan yaitu Dana Pensiun wajib memiliki mekanisme penyelesaian perselisihan antara peserta dengan Dana Pensiun; Pengaturan lembaga dan profesi penunjang, yaitu untuk dapat

memberikan jasa bagi Dana Pensiun, lembaga atau profesi penunjang tertentu harus terdaftar pada OJK; 6) Pengaturan Pembubaran Dana Pensiun yaitu Dana Pensiun dapat dibubarkan OJK apabila melanggar Undang-Undang Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya; dan, 7) Reorganisasi struktur DPLK yaitu Pendiri DPLK menunjuk pengurus dan dewan pengawas. 10. Perkembangan Dana Pensiun kedepannya, ketika dihadapkan dengan keberadaan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, maka jaminan pensiun merupakan salah satu Program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS. Implementasi program jaminan pensiun SJSN yang bersifat wajib berpotensi mempengaruhi perkembangan industri Dana Pensiun sukarela. Untuk itu ketentuan program pensiun wajib (BPJS - ketenagakerjaan) perlu tetap memperhatikan kemampuan pendiri (affordable), dengan implementasi bertahap. Untuk itu harmonisasi terhadap pengaturan sistem pensiun secara menyeluruh merupakan suatu keharusan agar program yang dijalankan berdampak positif bagi seluruh masyarakat. Alternatif pengaturan yang dapat dilakukan adalah memperkenankan pemberi kerja yang telah memiliki program pensiun untuk mengkompensasikan besar manfaat pensiun dari program pensiun yang telah dimilikinya dengan manfaat pensiun dari program pensiun SJSN. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan tingkat manfaat pensiun wajib yang tidak terlalu tinggi sehingga program pensiun sukarela sebagai tambahan manfaat pensiun tetap mendapat ruang.