BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

RPKPS Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Dan Bahan Ajar IMUNUNOLOGI FAK Oleh : Dr. EDIATI S., SE, Apt

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

HASIL PEMBAHASAN. Jumlah Sisa Ayam Hidup Pada Hari Ke-

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat,

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AINUN RISKA FATMASARI

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

I. PENDAHULUAN. Salah satu ikan air tawar yang terus dikembangkan di Indonesia yaitu ikan mas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB III METODE PENELITIAN. (analisis variansi) dan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan di Indonesia tepatnya Jakarta pusat didapatkan 25.5% anak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengobatan yang menggunakan bagian tertentu dari sistem imun untuk menyembuhkan penyakit. Sering disebut juga biologic therapy atau biotherapy.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai jenis mikroba di sekitarnya yang setiap saat siap untuk menyerang, tetapi setiap saat tubuh berupaya untuk mempertahankan diri (Kresno & Boedina, 2001). Jika ada paparan yang masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan memberikan respon sehingga agen atau bahan asing tadi tidak menimbulkan penyakit pada manusia. Inilah yang dimaksud dengan sistem imun. Sistem imun dalam tubuh bertugas untuk menjaga/memberikan perlindungan pada tubuh supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi 3 kelompok: i) imunostimulator, berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, ii) imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem imun, dan iii) imunosupresor yang dapat menghambat atau menekan aktivitas sistem imun. Kebanyakan tanaman obat yang telah diteliti membuktikan adanya kerja imunostimulator, sedangkan untuk imunosupresor masih jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat sebagai imunostimulator dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas (Block dan Mead, 2003). Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun berperan mengendalikan respon imun baik pada sistem imunitas seluler maupun humoral (Tizard, 2000). Untuk mempertahankan stamina tubuh, masyarakat sering mengkonsumsi makanan atau bahan yang dapat meningkatkan sistem imun. Bahan atau makanan ini dapat diperoleh dari konsumsi sayur/buah secara langsung maupun dalam bentuk produk jadi. Beberapa tanaman telah diteliti mempunyai khasiat sebagai

imunostimulan bahkan ada yang telah dibuat dalam bentuk sediaan herbal/ suplemen (Puri, et al.,1993; Fulzele, et al., 2002, Srikumar, et al., 2005). Selama ini sudah banyak dilakukan penelitian menggunakan sitokin rekombinan sebagai imunomodulator, dan beberapa hasilnya membuktikan potensi sitokin rekombinan interferon-γ (IFN- γ) yang dikombinasikan dengan vaksin. Penambahan IFN- γpada vaksin malaria telah dicoba pada mencit yang bersifat imunokompromais sebagai ajuvan (Heath et al., 1989). Selain itu apabila IFN- γ diberikan bersama vaksin subunit vesicular stomatitis virus (Anderson et al., 1989) dan vaksin influenza (Cao et al., 1992) menaikkan titer antibodi, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. IFN- γ yang diberikan bersama vaksin dapat meningkatkan aktivitas sel T sehingga menginduksi imunitas humoral (Lawman et al., 1990). IFN- γ juga memiliki kemampuan sebagai faktor aktivasi makrofag, sehingga kemampuannya meningkat dalam membunuh virus, parasit dan bakteri intraseluler (Diemer et al., 1998). Pemberian chicken interferon- γ (ChIFN- γ) pada ayam umur 1 hari meningkatkan daya proteksi pada saat ditantang (challenge) dengan virus Newcastle Disease (ND) strain La Sota (Marcus et al., 1999). Namun demikian ada beberapa faktor yang dapat menghambat penggunaan sitokin rekombinan, karena molekul sitokin bersifat tidak stabil dan mudah mengalami degradasi. Pemberian sitokin sering menyebabkan efek negatif seperti terjadinya neutrophilia atau defektif fungsi neutrofil, lymphopenias dan monocytopenia (Lowenthal et al., 2000). Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain yaitu dengan memanfaatkan tanaman tradisional yang termasuk dalam kelompok imunomodulator. Obat nabati melalui ekspresi sitokin dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan atau sistem imunitas tubuh yang meliputi sistem imunitas spesifik dan nonspesifik (Spelman et al., 2006). Berbagai komponen bioaktif yang terdapat di dalam tumbuhan dan bermanfaat bagi kesehatan telah dikembangkan sebagai obat sintetis atau masih digunakan dalam bentuk ramuan beberapa simplisia tumbuhan yang dikenal dengan istilah jamu (Sumaryono, 2002).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia setelah Brazil dengan ribuan spesies tumbuhan yang tersebar di hutan tropika (Hakim, 2002). Indonesia merupakan negara kaya akan tanaman atau tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai imunostimulan. Salah satu diantaranya adalah daun Ranti (Solanum nigrum L) banyak tersebar di Indonesia, dan banyak ditemukan didaerah semak semak Sumatra Utara. merupakan salah satu sayuran yang sering kita jumpai dipasar, mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah dan sering dikonsumsi masyarakat. Beberapa spesies utama didalam Solanum nigrum kompleks adalah : Solanum nigrum, S. americanum, S. Douglasii, S. Opacum, S. Ptychanthum, S. Retroflexum, S. Sarrachoides, S. Scabrum, dan S. Villosum. Spesies solanum dalam kelompok ini dapat membingungkan taksonomi, karena bentuk intermediete dan hibridisasi antara spesies. Nama lokal Solanum nigrum adalah tanaman ranti. Tanaman ini berasal dari Eropa dan Asia Barat, kemudian menyebar secara luas melalui Malaysia. Tumbuhan ini digunakan sebagai obat obatan sejak lebih dari 2.000 tahun lalu. Akan tetapi belum banyak penelitian yang dilakukan terhadap daun ranti. Penelitian tentang daun ranti yang sudah ada yaitu tentang uji aktivitas antioksidan fraksi-fraksi ekstrak etanol herba ranti (solanum nigrum ) dan isolasi senyawa dari fraksi aktif ( Emilda Khairunisa.,2011). Potensi imunostumulan daun Solanum nigrum yang diperoleh didaerah pinggiran Tirunelveli, India selatan terhadap ikan air tawar Etroplus suratensis yang ditantang dengan bakteri Aphanomyces invadans, ( Haniffa dkk., 2011). Penelitian respon kekebalan (imunoglobulin) pada ayam (1993) dan kelinci (dengan menyuntikkan antigen protein hewan dan tanaman serta isolasi dan penentuan aktivitas imunoglobulin telah dilakukan oleh Simorangkir (2009). Ekstrak etanol daun rambutan dosis 100 dan 200 mg/kg bb memiliki aktivitas imunostimulan pada mencit (Mulyaningsih. 2007). Imunoglobulin adalah zat antibody yang diperoduksi sebagai respon sistem imunitas seluler tubuh terhadap antigen. Imunoglobulinmerupakan senyawa protein yang terdapat pada serum darah dan bagian tubuh lain (Tizard, 2004).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun ranti (Solanum nigrum L) lokal terhadap imunoglobulin kelinci sebagai alternatif bahan imunostimulan alami. Daun ranti (Solanum nigrum L) lokal yang dipakai berasal daridaerah Berastagi. 1.2. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada pengujian ekstrak daun ranti (Solanum nigrum L) dari setiap fraksi yang berpotensi sebagai imunostimulan tanpa melakukan variasi. Jadi hanya dilakukan satu perlakuan terhadap fraksi-fraksi hasil ekstraksi, dengan perlakuan yang sama pada dosis tertentu. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah daun Ranti (Solanum nigrum L) dapat dijadikan sebagai alternatif bahan imunostimulan alami? 2. Fraksi mana dari herba daun Ranti yang mempunyai aktivitas imunostimulan yang paling besar? 3. Seberapa besar aktivitas imunostimulan dari fraksi-fraksi herba daun ranti sebagai imunostimulan? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui daun Ranti (Solanum nigrum L) lokal dapat dijadikan sebagai alternatif bahan imunostimulan alami. 2. Untuk mengetahui fraksi dari herba daun Ranti yang mempunyai aktivitas imunostimulan yang paling besar. 3. Untuk mengetahui besar aktivitas imunostimulan dari fraksi-fraksi herba daun ranti.

1.5.Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi kepada pembaca tentang kemungkinan harba daun ranti dapat dijadikan sebagai bahan imunostimulan alami. 2. Memperoleh informasi tentang aktivitas imunostimulan dari fraksi herba daun ranti. 3. Sebagai masukkan untuk mencari sumber alternatif bahan imunostimulan alami. 4. Untuk memperkuat nilai ilmiah dari khasiat yang dimiliki oleh Solanum nigrum L. lokal. 5. Sebagai pengetahuan dasar bagi peneliti lanjutan tentang kandungan senyawa potensial imunostimulan pada ekstrak daun Solanum nigrum L. Lokal. 6. Sebagai informasi ilmiah pada bidang kimia bahan alam dan bidang farmasi obat dalam upaya pengembangan kandungan senyawa bioaktif imunostimulan dalam tanaman Solanum nigrum L. lokal