BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

Ainun Masfufah, Agus Supriyanto, Tini Surtiningsih Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

LAMPIRAN. Jumlah mikroba (CFU/ml) penyusun pupuk hayati (Biofertilizer) pada media selektif

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (Biofertilizer) DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

I. PENDAHULUAN. Saat ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ashari (1995) menyatakan bahwa tumbuhan nanas dapat tumbuh di dataran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENGARUH PEMBERIAN BIOFERTILIZER DAN JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

BAB III METODE PENELITIAN. dan Teknologi Universitas Airlangga dan di rumah kaca (green haouse) UPT

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

Teknologi Konsumsi Pupuk yang Minimal

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pupuk Kimia

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

Diah Sudiarti 1) Haning Hasbiyati 2) Universitas Islam Jember

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PADI ORGANIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

Soilrens, Volume 14 No.2 Tahun 2016

S U N A R D I A

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

Padi merupakan salah satu komoditas pangan utama di dunia, karena. Billion. Dilihat dari kandungan gizinya, beras mengandung kadar karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pracaya (2009) tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Tidak

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PENYIRAMAN EM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan sebagai pelengkap bumbu masak, minuman segar, sumber vitamin dan mineral, dan bahan pewarna alami. Bahkan tomat juga dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik atau obatobatan (Purwati dan Khairunisa, 2007). Selain rasanya yang enak, tomat memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan zat yang jarang ditemukan pada tanaman lain yang berfungsi untuk kesehatan, yaitu likopen (Sunarmani, 2008). Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan tanaman sayuran penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber alternatif pendapatan petani (Cahyono, 2008). Hal ini ditunjang dengan permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Hanindita, 2008). Dari hasil analisis deskriptif, negara pengimpor utama tomat segar dunia adalah negara Amerika Serikat. Selama kurun waktu 1986-2006, Indonesia mengekspor tomat segar ke Amerika Serikat rata-rata tiap tahunnya sebesar 1.856.962 kg dengan nilai sebesar US$ 544.004. Pada periode tahun 1986-2006 eskpor tomat Indonesia mengalami fluktuasi, tetapi secara rata-rata meningkat tiap tahunnya masing-masing sebesar 21,96% dan 46,50%. Volume eskpor tertinggi 1

2 terjadi pada periode tahun 1987-1988 yaitu sebesar 198,74% dan pertumbuhan terendah terjadi pada periode tahun 1996-1997 yaitu sebesar 63,32%. Pertumbuhan nilai ekspor terbesar terjadi pada periode 1997-1998 yaitu sebesar 72,62% (Hanindita, 2008). Permintaan pasar yang tinggi tidak diimbangi dengan produktivitas tomat yang tinggi pula, sehingga tidak mengherankan jika tomat menjadi tanaman yang harus dibudidayakan (Purwati dan Khairunisa, 2007). Kurang maksimalnya produktivitas tanaman tomat yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini disebabkan karena berbagai faktor, misalnya tingkat kesuburan tanah, keadaan iklim yang tidak menentu, dan serangan hama (Purwati dan Khairunisa, 2007). Apabila hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka dapat merugikan masyarakat, khususnya para petani tomat. Sehingga diperlukan penelitian untuk meningkatkan produktivitas tanaman tomat di Indonesia. Untuk meningkatkan hasil produksinya, pada umumya petani menggunakan pupuk yang ada di pasaran yang biasa dikenal dengan pupuk kimia. Pupuk kimia ini mengandung unsur Nitrogen (N), Phospor (P), dan Kalium (K) yang dibutuhkan oleh tanaman (Cahyono, 2008). Akan tetapi, bagi para petani, harga pupuk kimia ini masih tergolong sangat mahal (Astuti dan Robert, 2011). Selain itu, pupuk ini juga dapat memberi dampak buruk bagi lingkungan yang berimbas pada rusaknya ekosistem (Cahyono, 2008). Rusaknya ekosistem dapat dilihat dari tingginya tingkat pencemaran air dan tanah (Cahyono, 2008). Pencemaran air yang biasa terjadi adalah terbawanya sisa pupuk oleh aliran air (Las dkk., 2006). Keadaan ini dapat mengganggu populasi organisme yang hidup di perairan tersebut. Sedangkan pencemaran tanah

3 yang biasa terjadi adalah berubahnya kondisi fisik, kimiawi, dan biologi tanah. Kondisi ini tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa mikroba tanah, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan berkurangnya produktivitas tanaman (Cahyono, 2008). Dengan adanya berbagai kendala tersebut, maka diberikan alternatif pupuk yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tanpa memberikan dampak buruk untuk lingkungan, malah dapat meningkatkan kualitas tanah secara berkelanjutan (Simanungkalit dkk., 2006). Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan pupuk yang mengandung 9 konsorsium mikroba dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang digunakan adalah mikroba yang berasal dari kelompok bakteri dan yeast, yaitu bakteri fiksasi Nitrogen Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Rhizobium sp.; bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium, Bacillus subtillis, dan Pseudomonas sp.; mikroba dekomposer Cellulomonas sp., Lactobacillus sp., dan Saccharomyces cereviceae, dan mikroba penghasil zat pengatur tumbuh (ZPT) (Suwahyono, 2011). Penggunaan pupuk tidak semata-mata diberikan langsung pada tanaman, akan tetapi harus memperhatikan waktu, cara pemupukan, dan dosis pupuk yang sesuai. Agar pemberian lebih efektif, maka waktu pemupukan harus disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan, fase pertumbuhan tanaman, dan teknik budi daya yang diterapkan. Sedangkan cara pemupukan tergantung pada sistem penanaman yang dipakai (Cahyono, 2008). Kebutuhan dosis pupuk yang tepat berbeda pada setiap tanaman, karena penggunaan dosis yang tidak tepat dapat

4 membuat pertumbuhan tanaman terhambat bahkan mati (Wijayani, 2000; Marschner, 1986 dalam Wijayani dan Widodo, 2005). Media tanam adalah media tumbuh untuk tanaman yang dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya tanah. Semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang terdapat di dalam media tanam harus dapat terpenuhi dengan baik, karena defisiensi salah satu unsur saja bisa menimbulkan gangguan pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Anonimous, 2008). Pada umumnya tanah merupakan media tanam dasar yang digunakan pada hampir semua tanaman. Akan tetapi kondisi tanah semakin mengalami penurunan karena semakin rendahnya bahan organik tanah (Isroi, 2009). Sehingga para petani sering mengkombinasikan penggunaan tanah dengan kompos. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehinga kondisi tanah menjadi lebih baik (Simanungkalit dkk, 2006). Penanaman tomat pada umumnya membutuhkan lahan yang luas. Dengan kondisi lahan saat ini, ketika lahan semakin sempit karena semakin meningkatnya perindustrian, sehingga diperlukan perbaikan teknik budidaya tanaman tomat (Purwati dan Khairunisa, 2007). Alternatif untuk pembudidayaan tomat yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan polybag. Penanaman tomat pada polybag juga memberi keuntungan karena tomat bisa dikondisikan seperti yang diinginkan, lebih praktis, dan mempermudah perawatan dan pengamatan (Anonimous, 2009).

5 Sampai saat ini sudah banyak penelitian tentang kemampuan pupuk hayati (biofertilizer) dengan 9 konsorsium mikroba yang diaplikasikan pada berbagai tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Purwantoro (2009), pupuk hayati (biofertilizer) dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi. Selain itu, pupuk hayati (biofertilizer) ini juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung (Primayanti, 2009) dan tanaman koro pedang dengan menunjukkan hasil yang signifikan (Anggraini, 2011). Akan tetapi sampai saat ini, aplikasi pupuk hayati (biofertilizer) dengan 9 mikroba belum pernah dilakukan pada tanaman tomat dengan berbagai kombinasi dosis dan media tanam yang sesuai. Oleh karena itu, perlu diketahui dosis minimal dan media tanam yang sesuai untuk optimalisasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam yang berbeda sehingga didapatkan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang permasalahan di atas adalah sebagai berikut. 1. Apakah pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)?

6 2. Apakah penggunaan berbagai media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)? 3. Apakah kombinasi pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis dan media tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)? 1.3 Asumsi Penelitian Dalam optimalisasi petumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Beberapa faktor penting yang berpengaruh adalah pemberian pupuk dengan dosis pemupukan yang tepat dan media tanam yang sesuai. Dosis pupuk dan media tanam yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) dengan hasil yang berbeda pula. Perbedaan ini dapat diketahui melalui pertumbuhan tanaman yang terdiri atas pengamatan tinggi tanaman, pengamatan jumlah daun; dan pengamatan produktivitas tanaman yang terdiri atas pengamatan jumlah buah dan berat buah per tanaman. 1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis Kerja Jika pemberian pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum), maka dengan berbagai dosis pupuk dan media tanam yang berbeda

7 akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) yang berbeda. 1.4.2 Hipotesis Statistik H o 1 : tidak ada pengaruh pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). H a 1 : ada pengaruh pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). H o 2 : tidak ada pengaruh penggunaan berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). H a 2 : ada pengaruh penggunaan berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). H o 3 : tidak ada pengaruh kombinasi pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis dan media tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). H a 3 : ada pengaruh kombinasi pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis dan media tanam yang berbeda terhadap

8 pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). 2. Mengetahui pengaruh penggunaan berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). 3. Mengetahui pengaruh kombinasi pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis dan media tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi ilmiah tentang kemampuan pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) serta mengetahui kombinasi yang tepat antara berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam yang berbeda dalam peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). Informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam upaya optimalisasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum).