BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PEUTUP. kelurahan oesapa, kecamatan kelapa lima, kota kupang yaitu (1). Peran Lurah. dalam memediasi, (2). Peran dalam memotivasi.

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

PERAN PEMERINTAH KELURAHAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM PROSES REKONSILIASI ATAS PERKELAHIAN ANTAR KELOMPOK DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu instansi atau organisasi Pemerintah Kota. (Kesbangpol dan Linmas) Kota Tanjungbalai memiliki tugas melaksanakan

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

PUDARNYA RASA PERSATUAN DI TANDAI DENGAN KONFLIK DAN KEKERASAN ANTAR PETANI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Menjadi Negara dengan masyarakat multikultur adalah tidak mudah.

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sarana komunikasi terus berlangsung dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

PENYELENGGARAAN FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT (FKDM) KABUPATEN CIREBON

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN2015 TENTANG TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 Tahun 2011 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. membentak, dan berbicara kasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa agresivitas

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 134 TAHUN 2009

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

I. PENDAHULUAN. Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. merebak dan hal tersebut merupakan suatu bentuk agresi. ditujukan pada seseorang atau benda. Chaplin (2005) juga menyebutkan

PERATURAN DESA BENTENAN NOMOR: 2 TAHUN 2002 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, HUKUM TUA DESA BENTENAN

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Daud Sang Raja (Bagian 1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini, masyarakat kita disuguhi berulang-ulang berita

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Daud Sang Raja (Bagian 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini hampir terjadi dimana-mana

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat sekaligus

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya akan melalui beberapa tahap perkembangan,

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku

Bab 5. Harmoni dalam Keberagaman Masyarakat. Di unduh dari : Bukupaket.com

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. individu dalam masyarakat. Bahasa juga sebagai saluran perumusan ide atau

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT ( FKDM ) PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kampus merupakan salah satu sarana pendidikan yang

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

K E P E N D U D U K A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

ARTIKEL PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini berada di

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB I PENDAHULUAN. sering dikatakan sebagai media yang komunikatif, edukatif dan menghibur.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi yang aman dan kondusif merupakan salah satu syarat guna mendukung proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Karena proses penyelenggaraan pemerintahan akan berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal yang turut mempengaruhi kondisi keamanan dan ketenteraman masyarakat adalah konflik. Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki cita-cita, kepentingan, maka dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang pasti terjadi dalam masyarakat. Kenyataan hidup masyarakat dipenuhi oleh fakta-fakta pertentangan kepentingan. Di zaman modern ini, orang dengan berbagai aktivitas dan kepentingan silih berganti, kadang dapat membuat seorang individu atau suatu kelompok mengalami disjungsi atau persinggungan dengan individu atau kelompok yang lain yang akan mengakibatkan konflik (Agung Nugroho, 2012:1).Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules 1994 :249). Konflik yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat itu antara lain konflik yang bersifat pribadi, antar pribadi, konflik antar kelompok, konflik pribadi dengan kelompok. Selain itu konflik juga bisa bersifat meluas artinya melibatkan

orang-orang atau kelompok di luar dari orang atau kelompok yang bertikai dan bersifat terbatas artinya hanya pada pribadi atau kelompok yang berkonflik. Perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat yang mana bisa memunculkan konflik bisa dilihat dari keragaman masyarakat itu sendiri. Banyaknya pandangan dan keyakinan dari masing-masing masyarakat akan tercermin dari beragamnya budaya yang ada. Seringkali menimbulkan konflik di dalam masyarakat. Di berbagai daerah yang memiliki keberagaman budaya sering diwarnai konflik contohnya di daerah Kalimantan Tengah terjadi konflik antar kelompok yang dikenal sebagai perang sampit antara suku asli Kalimantan yaitu Dayak dengan suku Madura, di Jakarta antara Timor dengan Ambon karena perebutan lahan, dan konflik antar agama di Ambon antara umat agama kristen dan umat agama islam. Konflik berlatang belakang budaya juga sering terjadi di Kota Kupang. Fakta bahwa Kota Kupang merupakan daerah yang sangat heterogen di Provinsi Nusa Tenggara Timur, baik dari segi suku, agama, dan budaya menjadikan Kota Kupang tidak luput dari konflik. Salah satu contoh konflik yang terjadi di Kota Kupang adalah pertikaian antar kelompok. Konflik pertikaian antar kelompok yang terjadi di Kota Kupang khususnya pada Kelurahan Oesapa merupakan konflik yang melibatkan dua kelompok yakni kelompok masyarakat Alor dan Sumba. Konflik yang terjadi merupakan buntut dari peristiwa perkelahian antar mahasiswa dalam suatu pesta wisuda di salah satu rumah warga di Kelurahan Oesapa dimana salah satu mahasiswa asal Sumba mendapat luka akibat tikaman senjata tajam (Pos Kupang 8/03/2010 polisi tangkap penggerak bentrokan di Oesapa ) yang akhirnya meluas dan membawa nama kedua kelompok tersebut. Dalam kejadian tersebut sebagaimana diberitakan dalam Pos Kupang 7/03/2010 terdapat satu orang tewas (Fredrikus LS Neno Nahak, 23 asal Kabupaten Belu) dan dua orang lainnya sekarat (Yohanes Bira dan Kristian Umbu Ledo). Selain itu, peristiwa tersebut menyebabkan tiga rumah semi permanen terbakar, akibatnya banyak

masyarakat Oesapa takut keluar pada malam hari karena takut adanya lemparan batu, kayu maupun benda-benda lainnya yang akan mengarah kepada mereka. Kejadian ini pun berlanjut pada tahun 2014, dimana terjadi bentrokan antara kelompok Alor dan kelompok Sumba pada hari rabu 12 Maret 2014 sampai hari kamis 13 Maret 2015 waktu dini hari. Konflik ini dipicu karena dendam lama pada peritiwa sebelumnya (pada tahun 2010). Dalam aksi tawuran itu, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa belasan perang, batu 2 ember, dan pisau, serta menahan 82 (delapan puluh dua) tersangka dari kedua kelompok yang bertikai (Timor Express, 14 Maret 2014 Tawuran Mahasiswa Sumba dan Alor: 77 pemuda dipulangkan dan 5 diproses hukum )Dalam konflik tersebut, banyak rumah masyarakat yang dihujani batu, dan susah tidur akibat konflik yang terjadi. Bertolak dari konflik di atas dan sejumlah keresahaan dari masyarakat Kota Kupang pada umumnya dan masyarakat di Kelurahan Oesapa pada khususnya, pemerintah Kelurahan Oesapa berkewajiban dalam menjaga ketentraman dalam wilayah Kelurahan Oesapa. Sejalan dengan hal di atas, salah satu tugas pemerintah adalah penyelenggaraan ketenteraman masyarakat. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjaga kondisi keamanan dan ketenteraman di dalam masyarakat tetap kondusif. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam pasal 14 ayat (1) huruf (c) Undang-Undang No.32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Konflik atau pertikaian merupakan salah hal yang turut mengganggu kondisi ketenteraman masyarakat. Pemerintah Kelurahan Oesapa, sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Kupang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan dan menjaga kondisi di dalam masyarakat khususnya pada wilayah Kelurahan Oesapa tetap kondusif. Terkait dengan pertikaian antar kelompok yang terjadi di Kelurahan Oesapa, membuat sebagian masyarakat takut. Masyarakat diliputi rasa tidak nyaman, dan perasaan takut lainnya yang dikarenakan pertikaian tadi.

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kelurahan Oesapa sebagai bentuk dan wujud tanggung jawab dalam menjaga kondisi keamanan dan ketenteraman di dalam masyarakat tetap kondusif adalah (1)Pemerintah Kelurahan Oesapa berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Kelapa Lima dan Polsek Kelapa Lima melakukan pertemuan dengan para tokoh masyarakat, dan pemuda dari kedua kelompok yakni kelompok Alor dan Sumbaguna mencari jalan damai penyelesaian masalah di antara kedua kelompok yang bertikai (tahun 2014).(2) Bekerjama sama dengan Pemerintah Kota Kupang dalam kegiatan yang digagas oleh Kesbangpol dan Linmas Kota Kupang guna mempertemukan tokoh-tokoh seperti tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan mahasiswa dari kedua kelompok yang bertikai yakni dari kelompok Alor dan kelompok Sumba (tahun 2014). Namun upaya dan keputusan yang telah disetujui oleh kedua kelompok justru dalam perjalanannya tidak terealisasi secara baik karena konflik antar kedua kelompok tersebut masih terjadi hingga kini meskipun dalam skala kecil. Bertolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai peran Pemerintah Kelurahan Oesapa dalam proses rekonsiliasi atas perkelahian antar kelompok di Kelurahan Oesapa dengan judul PERAN PEMERINTAHAN KELURAHAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM PROSES REKONSILIASI ATAS PERKELAHIAN ANTAR KELOMPOK DI KELURAHAN OESAPA, KECAMATAN KELAPA LIMA, KOTA KUPANG.

B. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang diteliti, sesuai dengan judul di atas yakni bagaimana peran Pemerintah Kelurahan sebagai mediator dalam proses rekonsiliasi atas perkelahian antar kelompok di Kelurahan Oesapa. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk menggambarkan peran Pemerintah Kelurahan sebagai mediator dalam proses rekonsiliasi atas perkelahian antar kelompok di Kelurahan Oesapa. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah sebagai bahan informasi dan masukan khususnya Pemerintah Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. 2. Bagi masyarakat sebagai upaya ilmiah untuk memahami fenomena yang ada dalam masyarakat dan untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. 3. Bagi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama