BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EFEK ANTIDIARE INFUSA KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIARE PEDIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008 SKRIPSI

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN AIR BERSIH DAN TINDAKAN PENCEGAHAN DIARE DENGAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KEBON BAWANG TANJUNG PRIOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

Pola buang air besar pada anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OBAT GASTROINTESTINAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

Apa Penyebab Diare? Penyebab diare pada bayi/anak dan dewasa ada yang berbeda. Penulis akan menjelaskan penyebab bayi/anak dan dewasa tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SWAMEDIKASI DIARE PADA ANAK DI BULAN JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. akut atau gastroenteritis akut terjadi pada orang dewasa (Simadibrata &

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarang semut ini tidak hanya terdapat di Papua, namun keragaman sarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter

DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT KEPALA PADA KONSUMEN YANG DATANG DI ENAM APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL 50% DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti : demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri (Depkes, 2006). Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004). Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. (Adisasmito, 2011). Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup : pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi : lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan maka perilaku akan bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan di masyarakat Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat menunjukkan masyarakat melakukan pengobatan 1

2 sendiri dengan alasan sakit masih ringan, hemat biaya, hemat waktu serta sifatnya sementara yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. Pengobatan sendiri yang benar (sesuai dengan aturan) masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada kemasan obat. Pada penelitian ini data yang diperoleh berasal dari 12 informan yaitu : ketua RT, ketua RW, pengajar, kader kesehatan dan ibu rumah tangga. (Supardi & Notosiswoyo, 2005). Pelajar SMA dalam kesehariannya mengikuti berbagai mata pelajaran dan mungkin kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler lainnya. Akibatnya pelajar sering mengabaikan kesehatannya sendiri. Karena kesibukannya itu biasanya pelajar lupa menjaga kebersihan diri, makan makanan sembarangan dan membeli makanan di pinggir jalan atau tempat makan yang tingkat kebersihannya rendah yang dapat menyebabkan terjadinya diare. Berdasarkan keterangan Wagiyanto (petugas statistik di Kecamatan Karanganom), secara geografis Kecamatan Karanganom merupakan dataran rendah dan memiliki luas wilayah Kecamatan 24,06 km 2 dengan kepadatan penduduk 1. 631 per km 2 dan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Karanganom terdapat tiga apotek, satu PKU Muhammadiyah dan enam puskesmas (1 Puskesmas induk dan 5 puskesmas pembantu) yang letaknya berada di pusat pemerintahan. Oleh karena itu apabila masyarakat mengalami sakit mereka cenderung untuk mengobati sendiri sakit tersebut. Berdasarkan wawancara dengan sebagian pelajar di SMA Negeri 1 Karanganom pada saat survei, diare merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menyebabkan pelajar tidak masuk sekolah. Untuk mengatasi diare sebagian besar pelajar melakukan pengobatan sendiri secara tradisional dengan makan daun jambu biji atau menggunakan obat bebas yang dijual di pasaran seperti : diapet, neo entrostop. Berdasarkan uraian latar belakang diatas membuat penulis ingin meneliti tentang tingkat pengetahuan dan tindakan swamedikasi diare yang dilakukan oleh pelajar SMA Negeri 1 Karanganom.

3 B. Perumusan Masalah Dengan adanya latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu : 1. Bagaimana tingkat pengetahuan tentang diare pada pelajar SMA Negeri 1 Karanganom? 2. Bagaimana tindakan swamedikasi diare pada pelajar SMA Negeri 1 Karanganom? 3. Bagaimana profil swamedikasi diare pada pelajar SMA Negeri 1 Karanganom? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pada penelitian ini mempunyai tujuan : 1. Mengukur tingkat pengetahuan tentang diare pada pelajar SMA N 1 Karanganom. 2. Mengukur tindakan swamedikasi diare pada pelajar SMA N 1 Karanganom. 3. Mengetahui profil swamedikasi diare pada pelajar SMA Negeri 1 Karangnom. D. Tinjauan Pustaka 1. Swamedikasi Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti : demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes, 2006). Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80% keluhan sakit bersifat selflimiting), efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana

4 kesehatan di masyarakat. Kerugian seringkali dijumpai bahwa pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau bisa berbahaya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai (Kristina et al., 2008). 2. Diare a. Pengertian diare Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. b. Klasifikasi diare Ellis dan Mitchell membagi diare secara luas berdasarkan lamanya diare atas : 1). Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak. 2). Diare kronik yang umumnya bersifat menahun. Diare akut : buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Diare kronik : diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan tidak disebabkan oleh infeksi (Suraatmaja, 2007). c. Mekanisme diare Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan dan terjadinya hipersekresi. Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan empat jenis gastroenteritis dan diare sebagai berikut : 1). Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan travellers diarrhea yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus yang melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi

5 menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. 2). Diare bakteria, disini bakteri-bakteri memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti : demam tinggi, nyeri kepala dan kejang-kejang disamping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab terkenal dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, Shigella, Campylobacter dan jenis Coli tertentu. 3). Diare parasiter, seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia, Cryptosporidium dan Cyclospora. Diare akibat parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih umum (malaise). 4). Diare akibat enterotoksin. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enterotoksin yang terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae dan yang jarang Shigella, Salmonella, Campylobacter dan Entamoeba histolytica. Penyebab diare lainnya akhir-akhir ini dapat disebutkan karena alergi makanan dan minuman gangguan gizi dan kekurangan enzim tertentu sebagai penyebab diare (Tjay dan Rahardja, 2002). Selain itu diare juga dapat disebabkan oleh : Ansietas atau cemas (misal: saat ujian, bepergian), keracunan makanan (makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun kimiawi) dan karena kekurangan gizi (Depkes RI, 2006). 3. Penggolongan obat Obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas. Obat bebas dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri (Depkes, 2006). a. Obat bebas Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotek atau di warung-warung. Obat bebas dalam

6 kemasannya ditandai dengan lingkaran bewarna hijau (gambar 1). Contohnya adalah : parasetamol, asetosal, vitamin C, antasida daftar obat esensial (DOEN) dan obat batuk hitam (OBH) Gambar 1. Penandaan untuk obat bebas b. Obat bebas terbatas Obat golongan ini adalah juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran bewarna biru (gambar 2) dan 6 peringatan khusus (gambar 3). Sebagaimana obat bebas, obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diperoleh di apotek, toko obat atau di warung-warung. Contohnya: obat flu kombinasi tablet, ibuprofen, klortimaleas (CTM) dan mebendazol. Gambar 2. Penandaan untuk obat bebas terbatas. P.No 1 Bacalah aturan memakainya P.No2 Hanya untuk kumur, jangan ditelan P.No 3 Hanya untuk bagian luar dari badan P.No 4 Hanya untuk dibakar P.No 5 Tidak boleh ditelan P.No 6 Awas wasir, jangan ditelan Gambar 3. Peringatan khusus untuk obat bebas terbatas (Priyanto, 2008)

7 4. Obat diare Untuk mencegah terjadinya dehidrasi biasanya digunakan oralit. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang keluar bersama tinja. Jika tidak tersedia oralit dapat dibuat larutan sendiri dengan mencampur : Gula 40 g (1 sendok makan) + garam 3,5 g (1 sendok teh) dilarutkan dalam 1 liter (5 gelas) air mendidih yang telah didinginkan (Depkes RI, 2006). Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah : a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika : sulfonamida, kinolon dan furazolidon. b. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni : 1) Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus, misalnya candu dan alkoloidnya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna). 2) Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut dan aluminium. 3) Adsorbensia, misalnya carbo adsorben yang pada permukaan dapat menyerap (adsorbsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau makanan. Termasuk juga mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-garam bismut serta aluminium. c. Spasmolitika, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002). 5. Perilaku Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua yakni : faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk

8 mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri seorang terjadi proses yang berurutan yakni : a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlabih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikendaki oleh stimulus. e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo, 2003). 6. Praktik atau tindakan (practise) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

9 Tingkat-tingkat praktik : a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai contoh adalah indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adaptasi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2003). E. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data deskriptif tentang tingkat pengetahuan dan tindakan swamedikasi pada pelajar SMA Negeri 1 Karanganom.