TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

dokumen-dokumen yang mirip
Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Tren Korupsi Semester 1 Tahun Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan-

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi

TREN PENINDAKAN KASUS KORUPSI TAHUN Jakarta Senin, 19 Februari 2017

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

Tren Korupsi Kesehatan Periode

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

K I N E R J A P E N A N G A N A N K A S U S K O R U P S I S E M E S T E R I I N D O N E S I A C O R R U P T I O N WAT C H J A K A R TA

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

MONITORING PERADILAN DI ACEH SELAMA TAHUN Lhokseumawe, 26 Desember 2011

PERAN SERTA MASYARAKAT

Satu Dasawarsa Pemberantasan Korupsi Pendidikan, Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Jakarta, 29 Agustus 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen bangsa. Hal tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengenai masalah kebijakan tertentu. Output dari sebuah kebijakan publik adalah

Tri Atmojo Sejati. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara Deputi Bidang Kajian Kebijakan Lembaga Administrasi Negara

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

INTERNATIONAL DEVELOPMENT FORUM PEMUTUSAN LINGKARAN SETAN KORUPSI

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November

DELIK PUNGUTAN LIAR DALAM LAYANAN PUBLIK

Tren Korupsi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan

TURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

KIP dan Gerakan Antikorupsi. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

Pembangunan Integritas Bisnis

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

Korupsi Struktural; Analisis Database Korupsi Versi 4 ( )

Korupsi Pemilu Legislatif 2014 Pemantauan Atas Politik Uang, Politisasi Birokrasi dan Penggunaan Sumber Daya Negara Dalam Pemilu 2014

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA. Kuesioner Penelitian

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA

KAJIAN KEBIJAKAN TATA-NIAGA KOMODITAS STRATEGIS: DAGING SAPI. 20 Februari 2013 Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor

PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN, DAN KEAMANAN SERTA REFORMASI BIROKRASI

Bagaimana Cara Memberantas Korupsi?

BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

RENCANA GARIS BESAR UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI ( UPP )

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

UPAYA MENUJU PELAYANAN PENERBITAN REKOMENDASI TEKNIS, IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR BEBAS PUNGLI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach

RENCANA GARIS BESAR UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI ( UPP )

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. strategis APIP tersebut antara lain: (i) mengawal program dan kebijakan

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 II.L.093.1

TREND CORRUPTION REPORT

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Transkripsi:

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 217

LATAR BELAKANG 1. Informasi penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum tidak dipublikasi secara transparan, khususnya Kepolisian dan Kejaksaan. 2. Data jumlah kasus korupsi yang dilaporkan hanya berupa statistik akumulatif per tahun dan tidak tersedia detail kasus korupsi.

TUJUAN Melakukan pemetaan atas kasus korupsi yang disidik oleh Aparat Penegak Hukum pada semester I 217, meliputi : jumlah kasus korupsi, total nilai kerugian negara, jumlah tersangka, modus yang dilakukan, sektor korupsi terjadi, jabatan pelaku. Mendorong transparansi data kasus korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum.

METODOLOGI 1. Melakukan pemantauan kasus korupsi di tingkat penyidikan yang sudah ada penetapan tersangka. 2. Pengumpulan data kasus korupsi yang telah diungkap ke publik oleh penegak hukum, baik melalui website resmi atau melalui media massa. 3. Melakukan tabulasi atas kasus kasus yang terungkap ke publik dan terpantau oleh ICW. 4. Membandingkan statistik jumlah kasus dan kerugian negara serta penyuapan berdasarkan semester. 5. Melakukan analisis deskriptif atas kinerja penyidikan kasus korupsi.

BAGAN DATA KASUS KORUPSI TAHUN 216 YANG TERPANTAU OLEH ICW Kasus Korupsi Kasus terpantau oleh ICW dan CSO Anti Korupsi Tahap Penuntutan Kasus Korupsi Tahap Penyelidikan Kasus Korupsi Kasus Korupsi Tahap Penyidikan dan penetapan tersangka Kasus Korupsi yang diumumkan publik melalui situs resmi atau media massa Kasus korupsi yang belum atau tidak diumumkan ke publik Kasus tidak terpantau oleh ICW dan CSO Anti Korupsi Tren Penindakan Kasus Korupsi

TEMUAN

KINERJA PENYELIDIKAN APH SELAMA SEMESTER I 217 (PENYELIDIKAN PENYIDIKAN) Jumlah Kasus Korupsi 266 Kasus korupsi Jumlah Tersangka 587 Tersangka Kasus Korupsi Nilai Kerugian Negara Rp 1,8 Triliun Nilai Suap Rp 118,1 Miliar

JUMLAH KASUS YANG ADA PENETAPAN TERSANGKA BARU OLEH APARAT PENEGAK HUKUM Jumlah Kasus Korupsi 19 Kasus korupsi Lima Daftar Kasus Penetapan TSK Baru Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus dugaan dugaan dugaan dugaan dugaan korupsi proyek EKTP korupsi pengadaan AlQuran suap proyek jalan di Kementerian PUPR korupsi Sosialisasi Asian Games pengurusan sengketa Pilkada

PERBANDINGAN PENYIDIKAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 213SEMESTER I 217 35 3 292 31 297 266 25 22 2 15 1 5 Semester I 213 Semester I 214 Semester I 215 Semester I 216 Semester I 217 Ratarata kasus korupsi yang ditangani setiap semester I yakni sebanyak 228 kasus. Terjadi sedikit penurunan penanganan tindak pidana korupsi jika dilihat berdasarkan tren korupsi semester I mulai dari tahun 213217.

KASUS KORUPSI SEMESTER I 217 BERDASARKA N MODUS Pungutan liar menjadi modus yang sering dilakukan pada semester I 217. Semenjak adanya Tim Saber Pungli, penindakan terhadap petty corruption meningkat. Penyalahgunaan anggaran masih menjadi modus kedua yang sering dilakukan. Sekitar 58 persen kasus bermodus pungutan liar masih belum diproses di tahap pengadilan. Jumlah Nilai Kerugian Negara Nilai Suap Mark Up 27 Rp 288,7 Miliar Penggelapan 29 Rp 166,8 Miliar Laporan Fiktif 24 Rp 67,3 Miliar Penyalahgunaan Anggaran 43 Rp 763,3 Miliar Suap 19 Rp 118,1 Miliar Penyunatan / Pemotongan 6 Rp 331,2 Miliar Pemerasan 2 Penyalahgunaan Wewenang 25 Rp 155,2 Miliar Kegiatan/Proyek Fiktif 35 Rp 62,3 Miliar Pungutan Liar 55 1 Rp 1,83 Rp 118,1 Keterangan Pencucian Uang

KASUS KORUPSI SEMESTER I 217 BERDASARKAN MODUS YANG DITANGANI OLEH APH APARAT PENEGAK HUKUM Keterangan Kejaksaan Kepolisian KPK Pusat Polisi Militer Jumlah Mark Up 19 6 1 1 27 Penggelapan 18 11 29 Laporan Fiktif 18 6 24 Penyalahgunaan Anggaran 31 11 1 43 Suap 4 1 14 19 Penyunatan / Pemotongan 2 4 6 Pemerasan 2 2 Penyalahgunaan Wewenang 19 2 4 25 Kegiatan/Proyek Fiktif 21 13 1 35 Pungutan Liar 3 52 55 Pencucian Uang 1 1 135 19 21 1 266 TOTAL Kejaksaan paling sering menindak kasus korupsi yang bermodus penyalahgunaan anggaran. Sekitar 47% kasus korupsi yang ditangani oleh Kepolisian bermoduskan Pungutan liar. Munculnya Perpres Satgas Saber Pungli yang diteken oleh Jokowi pada 22 Oktober tahun 216 menjadi salah satu faktor tingginya angka penegakan tipikor dalam modus pungli. Sebagian besar modus yang sering ditindak oleh KPK adalah suap.

KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN SEMESTER I 217 BERDASARKAN WILAYAH (5 TERATAS) RIAU JAWA TIMUR Jumlah Kasus 19 Kasus Nilai Kerugian Negara Rp 211 miliar Jumlah Kasus 23 Kasus Nilai Kerugian Negara Rp 14,5 miliar PUSAT Jumlah Kasus 19 Kasus Nilai Kerugian Negara Rp 211 miliar JAWA BARAT SUMATERA UTARA Jumlah Kasus 3 Kasus Nilai Kerugian Negara Rp 179 miliar Jumlah Kasus 28 Kasus Nilai Kerugian Negara Rp 39 miliar

KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN PADA SEMESTER I 217 BERDASARKAN LEMBAGA (5 TERATAS) Pemerintah Kabupaten Kementerian 1 9 Pemerintah Desa Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota Rp 615,4 91 miliar 8 7 6 5 45 4 3 2 1 Rp 19,5 miliar Rp 8,5 miliar 17 Rp 1,9 miliar 15 Rp 16,9 miliar 13 Pemerintah Kabupaten menjadi lembaga tempat terbanyak terjadi praktik korupsi. Pemerintah desa menjadi lembaga terbanyak kedua terjadinya praktik korupsi. Maraknya penindakan yang dilakukan oleh APH di Kementerian menjadikan sinyal bahwa masih lemahnya pengelolaan anggaran yang terjadi di lembaga tersebut.

KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN PADA SEMESTER I 217 BERDASARKAN SEKTOR (5 TERATAS) Pengelolaan Anggaran Desa Transportasi Keuangan Daerah Pertanahan Pendidikan 35 35 31 3 25 29 26 Rp 361,2 miliar 19 2 Rp 115,1 miliar 15 1 5 Rp 19,4 Miliar Rp 59,5 miliar Rp 6,2 miliar Sekitar 35 persen kasus korupsi terjadi bersumber dari Dana Desa. Besarnya anggaran desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kabupaten menjadi titik rawan untuk dikorupsi. Keuangan daerah menjadi sektor yang masih menjadi sasaran pelaku korupsi dalam merampok uang negara. Sektor pelayanan publik seperti pendidikan dan transportasi menjadi sektor yang juga rentan untuk dikorupsi.

JUMLAH AKTOR YANG DITETAPKAN SEBAGAI TERSANGKA PADA SEMESTER I 217 (5 TERATAS) ASNPNS Dirut/Karyawan BUMN 25 Swasta Ketua/Anggota Organisasi Kepala Desa 231 2 15 1 5 86 34 28 19 Sekitar 4 persen pelaku korupsi dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (PNS). Hal ini menunjukan bahwa reformasi birokrasi di Indonesia masih belum konsisten dibenahi oleh Pemerintahan Jokowi. Unsur swasta masih menjadi urutan kedua dalam kaitan pelaku korupsi yang tertangkap. Perselingkuhan antara pemerintah dan swasta masih terjadi.

KINERJA PENYIDIKAN APARAT PENEGAK HUKUM PADA SEMESTER I 217 Jumlah Kejaksaan : 52 Kantor Kejaksaan Kasus Korupsi : 135 Kasus korupsi Jumlah Tersangka : 28 Tersangka Nilai Kerugian Negara : Rp 949 Miliar Nilai Suap : Rp 6,8 Miliar Jumlah Kepolisian : 535 Kantor Kepolisian Kasus Korupsi : 14 Kasus korupsi Jumlah Tersangka : 243 Tersangka Nilai Kerugian Negara : Rp 53 Miliar Nilai Suap : Rp Miliar Kasus Korupsi : 21 Kasus korupsi Jumlah Tersangka : 62 Tersangka Nilai Kerugian Negara : RP 14 Miliar Nilai Suap : Rp 111,3 Miliar

PENANGANAN KASUS KORUPSI DI KEJAKSAAN PADA SEMESTER I 217 WILAYAH JUMLAH KASUS JUMLAH LEMBAGA Pulau Sumatera 46 Kasus 174 Lembaga Pulau Jawa 24 Kasus 122 Lembaga Pulau Kalimantan 17 Kasus 59 Lembaga Pulau Sulawesi 17 Kasus 94 Lembaga Pulau Bali, NTT, NTB 14 Kasus 37 Lembaga Pulau Maluku 1 Kasus 22 Lembaga Pulau Papua 2 Kasus 11 Lembaga Nasional 5 Kasus 1 Lembaga WILAYAH AKTOR (3 TERBANYAK) JABATAN JUMLAH ASN/PNS 116 Tersangka Swasta 47 Tersangka Kepala Desa 18 Tersangka Aktor yang ditetapkan oleh Kejaksaan selain ASN/PNS dan swasta juga menyasar Kepala Desa. Belum optimalnya Kejaksaan yang berada di daerah berdasarkan perbandingan kasus yang ditangani dengan jumlah lembaga.

PENANGANAN KASUS KORUPSI DI KEPOLISIAN PADA SEMESTER I 217 WILAYAH AKTOR (3 TERBANYAK) JUMLAH KASUS JUMLAH LEMBAGA Pulau Sumatera 34 Kasus 161 Lembaga Pulau Jawa 32 Kasus 132 Lembaga 8 Kasus 58 Lembaga Pulau Sulawesi 15 Kasus 77 Lembaga Pulau Bali, NTT, NTB 14 Kasus 43 Lembaga Pulau Maluku 1 Kasus 22 Lembaga Pulau Papua 4 Kasus 41 Lembaga Nasional 1 Kasus 1 Lembaga WILAYAH Pulau Kalimantan JABATAN JUMLAH ASN/PNS 93 Tersangka Swasta 26 Tersangka Masyarakat 2 Tersangka Aktor yang ditetapkan oleh Kepolisian selain ASN/PNS dan swasta juga menyasar masyarakat yang juga turut terlibat dalam tindak pidana korupsi. Lembaga Kepolisian masih belum optimal dalam penanganan kasus korupsi. Jumlah kasus korupsi yang disidik sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah lembaga yang berada di daerah.

PENANGANAN KASUS KORUPSI DI KPK PADA SEMESTER I 217 WILAYAH AKTOR (3 TERBANYAK) JUMLAH KASUS JUMLAH LEMBAGA Pulau Sumatera 4 Kasus Pulau Jawa 2 Kasus Pulau Kalimantan Kasus Pulau Sulawesi Kasus Pulau Bali, NTT, NTB Kasus Pulau Maluku 1 Kasus Pulau Papua 1 Kasus 13 Kasus 1 Lembaga WILAYAH Nasional JABATAN ASN/PNS 19 Tersangka Swasta 11 Tersangka Anggota DPRD JUMLAH 7 Tersangka KPK selain menyasar ASN/PNS dan swasta juga menyasar anggota DPRD. Kerjakerja KPK dalam penindakan korupsi sudah sangat optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kasus yang ditangani meskipun hanya memilki satu lemaga yang berada di pusat.

KINERJA KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN MASIH BELUM OPTIMAL. MENGINGAT BANYAKNYA JUMLAH LEMBAGA KEJAKSAAN DAN KEPOLISIAN DI DAERAH NAMUN TIDAK SEBANDING DENGAN PENANGANAN KASUS KORUPSI DI DAERAH.

KESIMPULAN Penyidikan kasus korupsi cenderung menurun jika melihat dari tren korupsi mulai dari semester I 213 sampai semester I 217. Meskipun demikian, terjadi sedikit peningkatan jumlah kasus yang ditangani pada semester I 216 ke semester I 217. Aparat Penegak Hukum (APH) pada semester I 217 lebih banyak menangani kasus yang bermodus pungutan liar. Pengelolaan anggaran desa masih menjadi sektor yang rawan untuk dikorupsi. Sedikitnya ada 35 persen kasus yang berhubungan dengan Dana Desa. Terdapat 19 kasus korupsi yang ada penetapan tersangka baru. Banyaknya ASN yang tertangkap menandakan bahwa belum berhasilnya reformasi birokrasi khususnya di daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Belum optimalnya kinerja Kejaksaan dan Kepolisian dalam menangani kasus korupsi di daerah. Padahal setiap instansi APH di daerah mendapatkan anggaran yang sama setiap tahunnya.

I Memperkuat peran Kepala Desa dan jajarannya dalam hal pengelolaan anggaran desa. Penting untuk mengembangkan setiap kasus korupsi yang disidik oleh APH agar actor utama dalam penyelewangan keuangan negara dapat terungkap. Pemerintahan Jokowi perlu untuk memprioritaskan agenda reformasi birokrasi agar birokrat yang menempati posisiposisi strategis dapat menggunakan wewenang mengelola anggaran secara lebih baik. Perlu adanya sinergi antara penegak hokum dalan kaitannya pemberantasan korupsi. Pentingnya peran korsup KPK dalam hal membantu penyidikan yang dirasa sulit. APH jangan hanya berfokus pada kasus yang bermodus pungutan liar, namun juga penting untuk menyasar kasuskasus besar yang melibatkan actor penting.