mengganggu situasi pembelajaran. Perekaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Pendahuluan. Oleh : ABD Karim

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 74

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

PEMBELAJARAN MENYIMAK DI SMP NEGERI 1 GEMOLONG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

RENCANA PEMBELAJARAN

PROSIDING: METABOOK ISBN: Penerbit: Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Bekerja sama dengan Penerbit Metabook.

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

ANALISIS SK DAN KD PADA STANDAR ISI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA BERDASARKAN KETERAMPILAN BERBAHASA, ILMU KEBAHASAAN, DAN ILMU KESASTRAAN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

ANALISIS AKTIVITAS MAHASISWA MENYUSUN LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN MUHAMMAD BAKRI

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 5 RANCANGAN BAHAN AJAR DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif


PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satu di ataranya adalah faktor guru. Guru memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

Tujuan Penelitian. Kajian Teori

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang kompeten dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

8. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. (Cetakan pertama 2011). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, (5) metode pengumpulan data, (6) analisis data, dan (7) indikator

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Transkripsi:

di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas dan pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, kenyataan sering menunjukkan, bahwa masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan krfeatif. Suatu sikap yang mencip-takan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri (Sahertian, 2000:19-20). Terkait dengan sikap tersebut, Purwanto (1987: 77) menjelaskan bahwa tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar-mengajar secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajarmengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemi-lihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya. Kajian Teori Prosedur dan teknik supervisi klinis dalam berbagai pembelajaran bidang studi pada prinsipnya sama, yakni meliputi sejumlah langkah-langkah dan cara-cara supervisi yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam pelatihan kali ini langkahlangkah yang dikenalkan meliputi: (1) pertemuan awal/perenca-naan (planning conference); (2) observasi kelas (classroom observation); dan (3) pertemuan balikan (feedback conference). Dalam setiap langkah dilakukan dengan menggunakan teknik dan instrumen tertentu. Pemilihan teknik dan penggunaan instrumen tertentu pada setiap langkah tersebut pada dasarnya merupakan implementasi prinsip-prinsip supervisi yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan. Secara garis besar prinsip-prinsip yang dimaksud dapat dirangkum dari apa yang telah dikemukakan oleh Sahertian (2000:2), meliputi: (1) prinsip ilmiah, yakni berdasarkan data objektif dan dilaksanakan secara sistematis; (2) prinsip de-mokratis, yakni menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, berdasarkan ke-sejawatan; (3) prinsip kerja sama, yakni sharing of idea, sharing of experience, dan support; dan (4) prinsip konstruktif dan kreatif, yakni memotivasi dan mengembangkan kreativitas. Dengan demikian pemilihan dan pengembangan tenik dan instrumen dalam supervisi pembelajaran mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut. Sudah barang tentu kemungkinan terdapat perbedaan kelengkapan isntrumen yang digunakan pada saat pelatihan supervisi dengan supervisi yang sebenarnya. Dalam pelatihan bisa saja disediakan handycam untuk merekam seluruh proses pembelajaran di sekolah latihan, tetapi pada saat supervisi yang sesungguhnya di sekolah-sekolah pada umumnya, kemungkinan tidak bisa dise-diakan handycam. Atau kalaupun bisa belum tentu efektif dan membantu. Mempertimbangkan kenyataan di sekolahsekolah pada umumnya, maka pemilihan teknik dan penggunaan instrumen hendaknya didasarkan atas prinsip alamiah, objektif, dan praktis. Misalnya tenik observasi dan wawancara hendaknya dilakukan secara wajar, akrab, dan tidak Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-2, Cetakan ke-6. 86

mengganggu situasi pembelajaran. Perekaman atau pencatatan data dapat menggunakan instrumen panduan dan lembar catatan yang praktis, cerdas, cermat, dan objektif. Artinya, lembar catatan lapangan telah dirancang dapat dipergunakan untuk memperhatikan dan merekam keberhasilan dan kegagalan pada setiap aspek yang diamati. Teknik supervisi dan seperangkat instrumen yang dikembangkan pada prinsipnya sama dengan pada penelitian kualitatif, yaitu instrumen utamanya adalah peneliti atau supervisornya sendiri. SUPERVISI KLINIS DALAM PEMBELA- JARAN BAHASA INDOSNESIA. Pada prinsipnya supervisi klinis dalam pembelajaran bahasa Indonesia di berbagai jenjang dan jenis satuan pendidikan tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada materi kurikulum, sedangkan prosedur, teknik, dan isntrumennya bisa menggunakan format yang sama. Perbedaan materi kurikulum, yaitu pada aspek disiplin dan kompetensi mengharuskan pelaksanaan supervisi memperhatikan kewenangan akademis setiap supervisornya. Apalagi terkait dengan perkembangan model kurikulum yang setiap kali berubah. Saat ini implementasi kurikulum di pendeidikan dasar dan menengah menggunakan model KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Pengembangan model tersebut menuntut seorang supervisor memahaminya dengan baik sebelum melakukan supervisi klinis di kelas. Berbagai hal yang perlu dipahami dengan baik oleh supervisor pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang dan jenis satuan pendidikan (misalnya: SMP, SMA, SMK), yaitu: (1) konsep dasar, tujuan, dan karakteristik KTSP; (2) format dan kompetensi dalam KTSP; (3) pengembangan silabus dalam KTSP; (4) penyusunan RPP dalam KTSP; dan (5) pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi dalam KTSP. Sebagai suatu paradigma baru tentu masih banyak fenomena yang bervariasi di sana-sini. Bahkan sosok utuhnya sebagai sebuah model masih dalam perkembangan. Dengan kata lain masih sulit diidentifikasi karakternya, bahkan parameter keberhasilannya masih sulit juga direkonstruksi. Kebanyakan orang hanya mengedepankan argumen keunggulannya dan tidak mempertimbangkan kerumitannya. Oleh sebab itu, untuk mensupervisi pembelajaran yang mengimplementasi paradigma baru tersebut, seorang supervisor perlu memiliki pengalaman yang cukup tentang KTSP. Kerumitan dalam format dan materi kurikulum, seperti yang dijumpai dalam Kurikulum Bahasa Indonesia, yaitu pembelajaran bahasa memiliki empat aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; selanjutnya pembelajaran sastra di anggap sama, yaitu memiliki empat aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis merupakan persoalan tersendiri yang harus disikapi dengan arif dan cerdas oleh supervisor pembelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan masingmasing menjadi empat aspek tersebut seolah-olah tidak ada persoalan, tetapi sebenarnya terdapat kesesatan substansial, yaitu menganalogikan bahasa sebagai alat komunikasi yang memiliki keempat aspek keterampilan tersebut sama dengan sastra sebagai media ekspresi dan apresiasi. Bersastra tidak sekedar berko-munikasi, tetapi telah melampaui fungsi komunikasi tersebut. Bersastra lisan bukan berbicara biasa, tetapi berpantun, mendongeng, atau bersyair. Bersastra tulis bukan bersurat atau menulis laporan, tetapi menulis puisi, cerpen, atau novel. Kedua jenis sastra Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-2, Cetakan ke-6. 87

tersebut (lisan dan tulis) bukan berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai bentuk ekspresi proses kreatif dan apresiasi seni. Sejumlah persoalan selanjutnya yang perlu diperhatikan oleh supervisor pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: (1) pengembangan silabus; (2) penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (3) pelaksanaan RRP dan penggunaan Buku Paket; (4) Lembar Kerja Siswa dan rubrik penilaian; dan (5) penentuan standar keberhasilan. Pengembangan silabus mengharuskan guru menyusunnya dalam format silabus per kelas per semester yang masing-masing dikelompokkan menjadi empat aspek keterampilan (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Penyusunan RRP dalam format per aspek keterampilan (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) untuk per kelas per semester yang terdiri atas sejumlah RPP. Selanjutnya yang cukup rumit penggunaan Buku Paket atau Buku Pendamping yang pada umumnya disusun secara tematik mencakup keempat aspek pada setiap sajian pelajaran. Format Buku Buku Paket atau Buku Pendamping tersebut sering kali sulit disesuaikan dengan RPP. MODEL PENGEMBANGAN SUPERVISI KLINIS. Model pengembangan supervisi klinis dapat dilakukan pada suatu program pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya yang dilaksanakan di SMA Kelas X Semester 1 untuk pembelajaran bersastra lisan, yaitu aspek kemampuan mendengarkan. Standar kompetensi untuk pembelajaran ini, yaitu memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. Pengembangan supervisi klinis ini meliputi tiga tahap atau yang dapat disebut juga siklus ; yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap observasi kelas, dan tahap pertemuan balikan. Rancangan langkah-langkah yang dilaksanakan pada masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut. (1) Tahap Pertemuan Pendahuluan Tahap pertemuan pendahuluan dapat disebut juga sebagai tahap pembicaraan awal atau tahap pembicaraan pra-observasi. Pada tahap ini supervisor ber-usaha memulai pembicaraan dalam suasana penuh keakraban, terbuka, bersa-habat, sehingga terbangun hubungan kerjasama yang harmonis. Ada beberapa langkah penting yang dilakukan pada tahap pertemuan pendahuluan ini. (a) Melakukan kajian ulang terhadap RPP yang telah dibuat oleh guru, yakni dengan mencermati: (i) standar kompetensi: memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung; (ii) kompetensi dasar: mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung; (iii) sejumlah indikator yang dituliskan berdasarkan pengembangan silabus; (iv) alohas waktu; (v) tujuan pembelajaran; (vi) materi pembelajaran; (vii) metode pembelajaran; (viii) langkah-langkah pembelajaran, yang meliputi sejumlah pertemuan dan kegiatannya; (ix) sumber dan media pembelajarn; dan (x) penilaian. (b) Mengidentifikasi komponen kemampuan beserta indikatornya yang akan diobservasi. Misalnya supervisor dan guru sepakat memfokuskan perhatiannya pada kemampuaan siswa dalam menyampaikan unsur-unsur intrin-sik cerita (tema, tokoh, latar, dll). Supervisor dan guru menyusun profil kompetensi siswa dalam mengungkapkan kembali Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-2, Cetakan ke-6. 88

cerita yang didengar-nya. Profil ini mencakup aspek isi (tema, tokoh, latar, dll); bahasa; dan pemaparan yang disertai indikator dan kualifikasi. (c) Memilih dan mengembangkan instrumen observasi dengan memanfaat-kan profil kompetensi siswa yang diobservasi melalui diskusi dan pemba-hasan yang mendalam. (2) Tahab Observasi Kelas. Tahap observasi kelas ini dilaksanakan pada saat guru melaksanakan kegiatan belajarmengajar di kelas atau di luar kelas. Observasi kelas ini diupayakan tidak mengganggu suasana kelas, sehingga pembelajaran tetap berlangsung secara alamiah tidak terpengaruh oleh kehadiran supervisor. Kehadiran supervisor diupayakan tidak menimbulkan pertanyaan bagi siswa atau memberikan dampak buruk terhadap suasana pembelajaran. Siswa harus telah dikondisikan tidak terpengaruh oleh kehadiran supervisor. Apalagi guru kelas merasa grogi atas kehadiran super-visor sungguh keadaan yang akan berdampak buruk terhadap suasana pembela-jaran. Oleh sebab itu, langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap observasi kelas ini adalah sebagai berikut. (a) Penggunaan instrumen observasi diusahakan sesuai dengan kesepakatan guru dan supervisor, yakni yang benarbenar fungsional dan tidak berdam-pak artifisial (tidak bermakna). Perekaman data tidak harus dilakukan dengan menggunakan alat-alat elektronik, tetapi cukup dilakukan dengan membuat catatan lapangan yang cermat, akurat, lengkap. (b) Perhatian supervisor terfokus pada komponen kemampuan beserta indikatornya yang telah dirancang dan ditetapkan diobservasi. Jika supervisor dan guru telah sepakat memfokuskan perhatiannya pada kemampuaan siswa dalam menyampaikan unsur-unsur intrinsik cerita (tema, tokoh, latar, dll), maka supervisor harus benar-benar mengamati bagaimana strategi dan intensitas pembelajaran untuk mewujudkan kemampuan tersebut. Dua hal yang tidak bisa diabaikan keterkaitannya, yaitu proses pembelajaran dan hasil yang dicapai. Catatan proses dan hasil menjadi sangat penting untuk analisis selanjutnya. (c) Satu hal yang perlu terus dijaga selama observasi adalah suasana pembe-lajaran yang menyenangkan. Bukan yang sebaliknya, menakutkan guru dan siswa atau membuat guru adan siswa merasa tidak nyaman. Bukan berarti seorang supervisor harus memfasilitasi kelancaran proses pembe-lajaran, tetapi yang penting dapat mengambil posisi netral dalam situasi pembelajaran yang diobservasi. Posisi netral ini memberikan isyarat bahwa seorang supervisor tidak memerlukan pelayanan, penghargaan, atau perhatian. Justru kehadiran supervisor memberikan dorongan kepada guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. (3) Tahap Pertemuan Balikan Tahap pertemuan balikan dilakukan segera sesudah kegiatan belajar-mengajar selesai. Pertemuan ini merupakan diskusi klarifikasi, analisis, dan balikan antara supervisor dan guru kelas. Suasana pertemuan balikan ini diciptakan sebagaimana pertemuan awal, yakni penuh keakraban, terbuka, bersahabat, sehingga terbangun hubungan kerjasama yang harmonis. Supervisor menunjukkan catatan dan bukti-bukti sedemikian rupa, sehingga guru kelas dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannya pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Dalam per- Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-2, Cetakan ke-6. 89

temuaan balikan ini supervisor berusaha menghindari kesan menuduh, menilai, mengadili, menghukum, atau meremehkan guru. Oleh sebab itu, langkah-langkah yang pembahasan dalam pertemuan balikan ini dilakukan sebagai berikut. (a) Menunjukkan secara objektif temuan yang diperoleh selama pengamatan dalam proses belajar-mengajar, sehingga terjadi kesepahaman antara guru dan supervisor tentang hal-hal yang perlu diperbaikan dan yang perlu dikembangkan. (b) Mereview catatan proses dan hasil dengan menggunakan parameter keberhasilan sebagai telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Jika pada pertemuan pendahuluan sepakat menggunakan profil kompetensi siswa dalam mengungkapkan kembali cerita yang didengarnya mencakup aspek isi (tema, tokoh, latar, dll), bahasa, dan pemaparan yang disertai indikator dan kualifikasi; maka dalam menentukan keberhasilan siswa harus menggunakan parameter tersebut. Selanjutnya supervisor memberikan penguatan berupa dukungan, pujian, atau pengakuan bahwa proses pembelajaran yang diobservasi merupakan implementasi RRP yang telah dilaksanakan secara bersungguh-sungguh. Penguatan ini penting bagi guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran Kesimpulan Memperhatikan sejumlah persoalan yang ada di lapangan, maka langkah yang strategis untuk melakukan supervisi pembelajaran bahasa Indonesia adalah memantapkan pada tahap pertemuan awal/ perencanaan (planning conference). Pada tahap awal ini tentu tidak cukup strategi jika dimulai dari mengidentifikasi konteks pembelajaran yang menjadi perhatian guru. Langkah yang paling strategis adalah mengidentifikasi dan memecahkan kesulitan guru pada saat memahami kurikulum dan mengembangkan silabus. Selanjutnya memperhatikan kesulitan guru dalam menyusuun RPP dan menggunakan Buku Paket atau Buku Pendamping. Apa yang tertuangan di RPP hendaknya sudah melalui diskusi yang cukup mendalam, sehingga core competence, rencana pelaksanaan, materi dan media, dan rancangan tagihan hasil benar-benar telah sesuai dengan substansi kurikulum. Kecermatan dan kesungguhan pada tahap awal ini akan sangat membantu ketika supervisor masuk dalam klas untuk melakukan observasi dan memberikan umpan balik kepada guru. Buku Rujukan Asrom. 2007. Supervisi Klinis Makalah. Jakarta: Tidak diterbitkan Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslih, Masnur. 2007. KTSP- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-2, Cetakan ke-6. 90