NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena dari keluargalah dasar pembentukan tingkah laku, watak, dan moral anak.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa adalah merupakan tugas utama seorang ibu, karena para ibu mempunyai andil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Siswoyo (2007) mahasiswi adalah individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

Transkripsi:

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : DESI DWI WULANDARI F 100 050 064 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah buah hati, permata yang dikaruniakan Allah kepada makhluk yang dikendakinya, dan harapan serta kebahagiaan yang tidak ternilai harganya bagi orang tua. Menurut Ihromi (1999), bahwa keluarga dan anak umumnya menjadi topik pembicaraan daripada membicarakan harta kekayaan apabila dua orang sahabat lama berjumpa. Hal tersebut menggambarkan bahwa anak mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan seseorang atau suatu keluarga, melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan seseorang atau suatu keluarga melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan dapat diketahui antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang tua untuk mencurahkan kasih sayang. Di samping itu anak juga merupakan sumber kebahagiaan keluarga, terkadang anak dijadikan pertimbangan oleh orang tua untuk membatalkan niatnya bercerai. Terhadap anak nilai-nilai didalam keluarga disosialisasikan dan harta kekayaan keluarga diwariskan. Anak juga menjadi tempat orang tua untuk mewujudkan berbagai harapan. Berdasarkan pernyataan diatas terdapat pula peribahasa yang mengungkapkan bahwa anak mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan seseorang atau suatu keluarga yaitu peribahasa yang berbunyi The Child is Father of The Man atau anak merupakan bapak dari seorang pria 1

2 dewasa. Maksud dari peribahasa itu adalah anak yang dimanjakan orang tua. Para orang tua pada umumnya bersikap memanjakan anak-anak. Pendapat lain mengatakan bahwa anak berkedudukan seperti raja di dalam sebuah keluarga, baik keluarga kaya, keluarga menengah, keluarga sederhana, bahkan keluarga miskin (www.kotasantri.com, 17/12/2008). Nilai anak yang dianggap penting dalam kehidupan seseorang atau keluarga tersebut menyebabkan setiap pasangan di Indonesia pada umunya mengharapkan kehadiran seorang anak. Anak atau keturunan merupakan bagian yang sangat penting dari tujuan sebuah pernikahan. Oleh karena itu, kehadiran anak dalam keluarga adalah kebahagiaan yang tidak bisa diukur oleh harta, tetapi Allah telah mengingatkanpada umatnya agar rasa cinta kepada anak-anak tidak menyebabkan lupa kepada Allah SWT. Sesuai dengan ayat AL Qur an surat Ath Thagghabun: 14 yang artinya Hai orang-orang yang beriman janganlah harta dan anak-anakmu membuat kamu lalai dari ingat kepada Allah SWT dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itu adalah orang-orang yang merugi (prov.bkkbn.go.id. 8/01/2009). Anggapan bahwa anak atau keturunan merupakan bagian yang sangat penting dari tujuan sebuah pernikahan tersebut menimbulkan pendapat dalam masyarakat, bahwa citra sebuah keluarga tanpa anak akan menjadi suatu hal yang dapat memunculkan pergunjingan. Bahkan akan mengurangi kebahagiaan individu tersebut dan menyebabkan penderitaan batin. Semaksimal mungkin keluarga berusaha untuk mendapatkan anak atau keturunan. Berbagai upaya dilakukan baik dengan pengobatan medis maupun dengan berbagai rmacam terapi

3 dari dunia kedokteran seperti pemakaian obat penyubur kandungan, bahkan seiring dengan berkembangnya zaman untuk mendapatkan keturunan dengan cara cloning dan inseminasi buatan (bayi tabung). Pengobatan alternatif juga dilakukan oleh individu, ditambah lagi berdoa kepada Tuhan agar harapan untuk dapat memperoleh keturunan segera dikabulkan olehnya (www.sinarharapan.co.id 8/01/2009). Apabila anak sudah lahir maka kehadiran anak ditengah keluarga akan memberikan dampak yang baik buat ayah dan ibu, karena akan menambah rasa tanggung jawab terhadap keluarga dengan adanya kehadiran anak. Peran sebagai orang tua dimulai ketika anak hadir di tengah kehidupan pasangan suami istri. Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (1992) justru dengan kehadiran dan kalahiran anak tersebut nantinya, akan semakin membuat matang fungsi keayahan dan semakin matang pula fungsi keibuan. Senada dengan hal itu Chugani & Woyne (Nugroho, 2003) menyatakan bahwa orang tua mungkin tidak dapat berbuat banyak untuk mengubah apa yang terjadi sebelum anak dilahirkan, tetapi orang tua dapat mengubah apa yang terjadi sesudah anak lahir. Anak dianggap penting oleh keluarga dan diharapkan kehadirannya. Berbagai usaha dilakukan orang tua untuk mendapatkan anak tersebut, maka setelah anak lahir sepantasnya orang tua merawat dan mendidik buah hatinya. Solihin (2002) berpendapat bahwa tugas utama setiap orang tua adalah: (a) memberikan fasilitas bagi perkembangan anak dan (b) membantu memperlancar perkembangan anak menurut irama dan temponya sendiri-sendiri.

4 Dalam rangka memenuhi tumbuh kembang buah hatinya tersebut maka orang tua mengikhtiarkan segala daya upaya dengan cara bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak. Kamerman dan Kahn (Santrock, 2002) menyatakan bahwa kebijakan keluarga dapat dibagi ke dalam kebijakan yang dapat menolong peran orang tua sebagai pencari nafkah dan kebijakan yang berkonsentrasi pada peran orang tua dalam pengasuhan dan perawatan. Kebijakan keluarga sebagai pencari nafkah mendukung keluarga sebagai suatu unit ekonomi yang aktif, baik dengan mempertahankan penghasilan minimal tertentu dalam keluarga atau dengan memberi perawatan dan pengasuhan terhadap anak-anak ketika orang tua bekerja. Kebijakan keluarga tentang pengasuhan dan perawatan berfokus pada kehidupan internal keluarga, dengan cara meningkatkan fungsi keluarga yang positif dan pengembangan serta kesejahteraan anggota keluarga secara individual. Orang tua dengan kebijakan-kebijakan tersebut dalam keluarga berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dengan bekerja keras. Ratnawati (2000) berpendapat bahwa kebanyakan orang tua mempunyai tuntutan yang tinggi dan terkesan tidak realistis. Orang tua menuntut dirinya menjadi orang tua yang dapat memenuhi semua keinginan anaknya, memberikan kasih sayang, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak dan sebagainya. Tuntutan yang berlebihan itu malah menghambat tugasnya sebagai orang tua. Disisi lain, dalam keluarga modern seperti ini umumnya kedua orang tua bekerja. Dampak dari krisis moneter salah satunya adalah bertambahnya kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi, karena harga semakin meningkat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan menambah penghasilan. Perubahan

5 sosial turut mengubah pola pengasuhan orang tua. Dahulu ibu yang dirumah, ayah bekerja, maka sekarang keduanya bekerja (Serambi Indonesia, Edisi: 7 juni 2008). Seperti yang dijelaskan oleh Hoffman (Santrock, 2002) bahwa ibu-ibu bekerja adalah suatu bagian dari kehidupan modern. Hal itu bukan suatu aspek kehidupan yang menyimpang dari kebiasaan, tetapi suatu tanggapan terhadap perubahanperubahan sosial. Tanggapan terhadap perubahan sosial tersebut menyebabkan ibu-ibu bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Jumlah keluarga dimana kedua orang tua bekerja menjadi bertambah. Menurut Soekanto (2005) bahwa keluarga menurut pola masyarakat yang agraris, menghadapi persoalan dalam menyongsong modernisasi, khususnya industrialisasi. Ikatan keluarga dalam masyarakat agraris adalah atas dasar faktor kasih sayang dan faktor ekonomis, dalam arti keluarga tersebut merupakan suatu unit yang memproduksi sendiri kebutuhan primernya. Dimulainya industrialisasi pada suatu masyarakat agraris, peranan keluarga menjadi berubah. Ayah yang biasanya wajib mencari penghasilan, sekarang seorang ibu apabila penghasilan ayah tidak mencukupi maka ikut mencari penghasilan tambahan. Jelas bahwa pola pendidikan anak mengalami perubahan. Sebagian dari pendidikan anak diserahkan kepada lembaga pendidikan di luar rumah seperti di sekolah. Pada hakikatnya disorganisasi keluarga pada masyarakat yang sedang menuju masyarakat yang modern, disebabkan oleh keterlambatan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial ekonomi yang baru.

6 Konsekuensinya bagi orang tua yang keduanya bekerja adalah setiap orang tua sering menyangka dengan dipenuhinya kebutuhan biologis, fisik, kesehatan, dan materi sudah cukup bagi anak. Shochib (dalam Harian Kompas, 1998) menyatakan bahwa orang tua cenderung hanya memberikan kebutuhan materi kepada anak, sehingga anak menjadi pribadi yang tidak lengkap. Orang tua berusaha dengan segala daya upaya melalui kerja keras. Kedua orang tua yang bekerja mempunyai dampak positif dan negatif terhadap anak. Menurut Santrock (2002) bahwa seorang ibu yang bekerja purna waktu di luar rumah dapat berpengaruh positif dan negatif bagi anak, tidak ada indikasi bahwa pengaruh jangka panjang sama sekali negatif. Dampak positif yang muncul dari orang tua yang keduanya bekerja yaitu kebutuhan anak lebih terpenuhi dari segi materi seperti rumah tinggal yang nyaman, mainan yang mahal, baju yang bagus untuk anak, kendaraan untuk mengantar jemput dari sekolah dan menyekolahkan anak ditempat favorit dan anak juga lebih mandiri. Menurut psikolog Adelar (dalam Ratnawati, 2000) bahwa sisi positif meninggalkan anak adalah anak menjadi cepat mandiri dibandingkan dengan anak yang terus-menerus dibantu. Anak-anak yang biasa ditinggal orang tua menjadi terbiasa memenuhi kebutuhannya sendiri dan belajar mencari kesibukan sendiri. Ditambah lagi anak menjadi terbiasa memegang tanggung jawab. Padahal dengan waktu yang banyak tersita untuk bekerja tersebut dapat menimbulkan dampak negatif juga yaitu semakin sedikit waktu yang tersisa untuk memenuhi kebutuhan sosial dan pengajaran bagi anak, anak kurang perhatian,

7 sehingga anak kurang dekat dengan orang tua. Ratnawati (2000) menyatakan bahwa di sisi lain, kalau anak terus dibiarkan sendirian, ada dampak kehilangan yang bisa terjadi. Yang paling mungkin adalah kehilangan teman berbincangbincang serta tidak ada respon dari orang yang lebih dewasa. Menurut Gold, dkk (dalam Atkinson, 1983) bahwa memiliki seorang ibu yang bekerja nampaknya lebih menguntungkan bagi anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak perempuan yang mempunyai ibu yang bekerja cenderung lebih dapat mandiri (independen), lebih dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan, cenderung berprestasi baik secara akademis serta bercita-cita mencapai suatu karir dibandingkan dengan anak perempuan yang memiliki ibu yang tidak bekerja. Anak laki-laki yang memiliki ibu yang bekerja juga lebih mandiri dan lebih dapat menyesuaikan diri daripada anak laki-laki yang memiliki ibu yang tidak bekerja. Akan tetapi di sekolah dan dalam tes, kemampuan kognitif anak tidak begitu baik. Senada dengan hal itu Brown dan Banducci (dalam Atkinson, 1983) menjelaskan penemuan tersebut dengan sejumlah kemungkinan yaitu mungkin anak akan kehilangan stimulasi intelektual ketika ibu sedang bekerja memiliki pengaruh yang kurang menguntungkan, baik bagi anak laki-laki maupun bagi anak perempuan. Akan tetapi kehilangan stimulasi yang dialami anak perempuan diimbangi dengan keuntungan lain, seperti bertambahnya rasa mandiri dan meningkatnya model ibu yang berhasil dan kompeten (mampu). Anak laki-laki yang mendapatkan perawatan ibu sepenuhnya dalam usia prasekolah menjadi lebih mampu secara intelektual seperti orang dewasa tetapi juga lebih penurut, pemalu, dan penakut. Ibu yang tidak bekerja mungkin terlalu fokus dengan

8 peranannya, sehingga mendorong ketergantungan dan sulit membiarkan anak lakilakinya mengembangkan perilaku yang matang. Apabila dampak negatif yang ditimbulkan berlangsung terus menerus maka anak akan cenderung lari kedalam hal-hal yang tidak dikehendaki orang tua. Severe (2005) menyatakan bahwa anak-anak yang merupakan tolak ukur bagi keberhasilan dan nilai-nilai orang tua. Orang tua menilai diri sendiri berdasarkan sukses dan prestasi yang didapatkan oleh anak. Orang tua menghendaki anak sukses dan bahagia serta pandai menyesuaikan diri. Orang tua menghendaki anak merasa nyaman dengan diri sendiri, menyayangi dan menghormati orang lain. Orang tua menghendaki anak berlaku sopan, memiliki motivasi dan mandiri serta tidak tinggal bersama orang tua ketika anak dewasa. Semua orang tua punya tujuan dan keinginan yang sama terhadap anak. Orang tua yang terlalu sibuk dengan urusan karir atau urusan pribadinya masing-masing tidak memiliki waktu untuk memperhatikan anak, tidak mau tau apa yang sedang diinginkan atau dibutuhkan anak, tidak tau apa yang sedang difikirkan dan dirasakan oleh anak. Kurang perhatian dari orang tua sering membuat anak menjadi mudah terbawa arus negatif. Linda & Richard (2006) berpendapat bahwa tanpa perhatian orang tua maka anak akan merasakan bahwa hidupnya hampa. Jika sudah demikian, anak akan mencari dan bergabung dengan orang-orang yang dianggap bisa membahagiakan, mendengar, dan mengerti apa yang sedang dibutuhkan anak. Mungkin anak akan berkelompok dengan orangorang yang tidak bertanggung jawab, yang menggunakan obat-obat terlarang atau genk yang brutal. Orang tua yang tidak punya waktu untuk memperhatikan anak,

9 tidak akan tau apa yang sedang terjadi pada diri anak. Orang tua tersebut akan mendapatkan kesulitan untuk bisa membantu anak menghindari atau mengatasi masalah. Orang tua yang terlalu sibuk dengan kerja atau urusan pribadi akan kehilangan sensitivitas serta kesadaran bahwa anaknya sedang dalam bahaya yang dapat merugikan anak, orang tua dan lingkungan (www.perkembangananak.com, 5/01/2009). Apabila orang tua itu menganggap anak penting dalam kehidupannya, maka orang tua ingin membuat anaknya bahagia, tapi apakah orang tua sudah melakukan hal tersebut secara nyata kepada anak. Purwadi (2007) berpendapat bahwa masyarakat memberikan penghargaan yang tinggi terhadap keberadaan anak karena sebagaimana dikatakan bahwa anak merupakan kunci kebahagiaan orang tua. Anak mempunyai kedudukan penting di dalam hati orang tua karena merupakan tali pengikat yang kokoh terhadap ayah ibunya. Sochib (dalam Harian Kompas, 1998) menyatakan bahwa orang tua cenderung hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga anak menjadi pribadi yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan karena kesibukan orang tua, terutama yang berdiam di kota besar atau orang tua yang tidak paham dalam mengembangkan kepribadian anak. Dengan demikian menunjukkan bahwa betapa pentingnya situasi dan kondisi kehidupan dalam keluarga yang dihayati oleh semua anggotanya, sehingga anak merasa tenang dan tentram hidup dalam keluarga. Kehadiran orang tua tetap dirasakan secara utuh terutama oleh anakanak, sehingga memungkinkan adanya rasa kebersamaan. Selain itu, perlu adanya

10 situasi yang dihayati bersama sehingga ada kemudahan dari orang tua untuk mendidik anak melalui nilai-nilai moral yang ditaati dalam berperilaku. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin memahami/mengeksplorasi lebih lanjut bagaimanakah sebenarnya orang tua menilai keberadaan anak dalam keluarga dan bagaimana dampak terhadap pengasuhan?. Untuk menjawab pertanyaan penelitian rumusan masalah tersebut maka peneliti mengambil judul NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami nilai anak bagi orang tua dan dampak terhadap pengasuhan yang diterapkan pada anak. C. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Bagi Ilmuan, memperluas cakrawala bagi pengembangan ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi sosial pada khususnya tentang nilai anak bagi orang tua dan dampak terhadap pengasuhan. 2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai anak bagi orang tua sehingga masyarakat memahami keterkaitan dengan pengasuhan yang diterapkan pada anak.

11 b. Bagi keluarga yang memiliki anak, diharapkan mereka dapat memahami nilai anak bagi orang tua dan dampak terhadap pengasuhan yang diterapkan pada anak. c. Bagi peneliti selanjutnya, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi tentang nilai anak bagi orang tua dan dampak terhadap pengasuhan yang diterapkan pada anak.