FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN. Elisati Hulu

dokumen-dokumen yang mirip
Bagian 1: Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Rene Descartes, Spinoza dan Leibniz aliran rasionalisme

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Filsafat Ilmu dan Logika

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

Sejarah Perkembangan Ilmu

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

Sejarah Perkembangan Ilmu

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Filsafat Ilmu dan Logika

PENDIDIKAN PANCASILA

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

METODE RISET (TMK602)

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

DASAR-DASAR LOGIKA 1

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

Sumber Yusuf Lubis dan Doni Ardian, Pengantar Filsafat Ilmu, hal 27-37

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

Sejak Zaman Klasik Hingga Abad XX

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

KRISIS ILMU BARAT SEKULER DAN ILMU TAUHIDILLAH

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

POSTMODERNISME HUKUM

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

SEKlLAS PANDANG TENTANG ALlRAN FILSAFAT MODERN. Dra.Erika Revida. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan,

PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA


MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

SEJARAH METODE ILMIAH

UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

SEJARAH METODE ILMIAH. Di sampaikan di Kelas Filsafat Ilmu STTB Samarinda

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

PERTEMUAN II PENGENALAN LOGIKA

PERTEMUAN 3 DASAR-DASAR LOGIKA

ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

SILABUS. : Metode Penelitian Sosial Kuantitatif

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

Minggu ke. Media Tugas Referensi

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS

FILSAFAT MANUSIA. Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd. Pertemuan 4

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S

DEFINISI TEORI, HIPOTESIS, MODEL, KONSTRUK, HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP. Jenis-Jenis Belajar. Belajar dan Survival. Studi Sistematis Terhadap Belajar

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

FILSAFAT BARAT MODERN

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

Penelitian : Rumit? Sulit? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar.

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

Deskripsi Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

Filsafat Umum. Filsafat Timur. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

Transkripsi:

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN Elisati Hulu 33212002

Pendahuluan Filsafat, ratunya ilmu-ilmu, yang muncul tidak terlepas dari konteks kultural masyarakat dimana ia berkembang. Kritis, adalah kata kunci yang dipegang semua filosof sepanjang zaman. Bertrand Russel mendefinisikan filsafat sebagai daerah tak bertuan antara teologi dan ilmu pengetahuan, yang berisi spekulasi terhadap semesta, namun juga memiliki sifat rasionalitas dari otoritas.

Empat Pendekatan Filsafat Menurut penulis, mempelajari filsafat memerlukan pendekatan, dan penulis membagi pendekatan tersebut yaitu: pendekatan definisi, pendekatan sistematika, pendekatan tokoh atau aliran dan pendekatan sejarah

Pendekatan definisi Ilmu Pengetahuan: mengkaji sebatas gejala-gejala yang tampak dan berusaha menjelaskannya secara kausalistik Teologi: mengkaji semesta supra-inderawi, semesta ketuhanan namun dalam batas-batas keimanan Filsafat: upaya mencari atau memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan lewat penalaran sistematis yang kritis (tidak hanya pengkajian asumsi, dogmatis, tetapi terus bertanya untuk mencapai hakikatnya), radikal (mengkaji sampai ke akar-akarnya), refleksif (mengendapkan, mengolah dan menghasilkan pengetahuan yang jernih) dan integral (menyeluruh).

Pendekatan sistematis-1 Terdiri dari Wilayah pengetahuan, wilayah ada dan wilayah nilai Wilayah pengetahuan, terdiri dari 4 disiplin filsafat Epistemologi: mengkaji hakikat pengetahuan dari sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan dan keabsahan pengetahuan Filsafat ilmu pengetahuan, mengkaji ilmu pengethauan dari segi ciri-ciri dan cara-cara memperolehnya Logika, mengkaji azas-azas berpikir secara lurus dan tertib Metodologi, mengkaji metode-metode yang digunakan dalam dunia ilmiah

Pendekatan sistematis-2 Wilayah ada, terdiri dari 2 disiplin filsafat Ontologi, berusan dengan yang ada sebagai yang ada yang sebenar-benarnya ada (vs bentuk partikular ada: fisika, biologi, atau psikologi). Menurut Christian Wolff: semesta empiris Metafisika, mengkaji semesta dibalik gejala-gejala empiris Wilayah nilai, terdiri dari 2 disiplin filsafat Etika, yang merefleksikan nilai-nilai moral Estetika, yang merefleksikan nilai-nilai estetis

Pendekatan melalui tokoh dan aliran Rene Descartes, Spinoza dan Leibniz aliran rasionalisme, filsafat yang berpandangan semua pengetahuan bersumber dari akal. David Hume, John Locke, dan Berkeley aliran empirisme, filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Immanuel Kant pelopor aliran kritisisme, aliran yang pada dasarnya kritik terhadap rasionalisme dan empirisme. Bahan2 yang masih kacau (dari pengalaman empiris) lalu mengatur dan menertibkannya dalam kategori2.

Pendekatan melalui tokoh dan aliran-2 Hegel, Fichte, Schelling mengusung aliran idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses2 mental atau psikologis yang sifatnya subjektif. Materi merupakan materialisasi dari pikiran manusia Nietzche, Bergson, dan Schopenhouer mengusung aliran vitalisme, yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika (mekanistisdeterministis). Manusia memiliki kehendak kreatif yang mampu mengubah dirinya sekaligus semesta secara dinamis.

Pendekatan melalui tokoh dan aliran-3 Edmund Husserl, Martin Heidegger, dan Merleau Ponty mengusung aliran fenomenologi, aliran yang mengkaji penampakan atau fenomena yang mana antara fenomena dan kesadaran selalu berhubungan secara dialektis.

Pendekatan sejarah Secara konvensional dibagi menjadi 3 periode: Yunani kuno, Skolastik dan Modern. Kemudian oleh Susan Langer dikembangkan menjadi enam tahapan Yunani Kuno Filosof manusia Abad pertengahan Filsafat Modern Positivisme Alam Simbolis Diluar tahapan tersebut, ada tahapan mutakhir yaitu postomodernisme

Yunani Kuno Pada periode ini, terjadi pergeseran pemikiran dari mitos ke logos, pemikiran irasional ke penjelasan logis berdasarkan rasio. Para filosof mncari penjelasan rasional atas prinsip dasar yang melandasi gejala-gejalan alam, yang selama ini terselubungi kabut mistis. Thales (585 SM), misalnya mengatakan air adalah arkhe (asas pertama) dari alam semesta. Filosof pada periode ini antara lain Anaximander (610-547 SM) dan Anaximenes (546 SM).

Filosof-filosof Manusia Pada era ini, para filosof memfokuskan diri pada permasalahan manusia, bukan lagi pada alam semesta. Para filosof seperti Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) banyak mengemukakan tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik. Pada masa ini untuk pertama kali muncul disiplin Filsafat yang disebut etika. Phytagoras (580-500 SM) mengatakan bahwa filsafat tidak semata-mata kontemplasi terhadap alam, melainkan jalan keselamatan hidup, jiwa dibebaskan dari keterbelakangan badani menuju keselamatan (bersatunya dengan jiwa alam semesta).

Abad Pertengahan (300 1300 SM) Pemikiran bercirikan teosentris, berpusat pada kebenaran wahyu Tuhan. Filosof seperti Thomas Aquinas, St. Bonaventura adalah rohaniawan yang hendak merekonsiliasi akal dan wahyu. Mereka buktikan bahwa kebenaran wahyu tidak berbeda dengan kebenaran yang dihasilkan oleh akal. Atmosfer yang meliputi hampir semua pemikiran, memperlakukan akal sekedar hamba dari teologi.

Abad Pertengahan (300 1300 SM)-2 St. Augustinus tidak percaya akan kekuatan akal semata dalam mencapai kebenaran. Manusia tidak mampu mencapai pengetahuan sejati tanpa iluminasi kebeharan ilahi. Wahyu menjadi sumber kebenaran utama. Rasionalitas kehilangan otonominya, filsafat menjadi abdi dari teologi, dimana pemikiran2 filosofis digunakan untuk mendukung kebenaran wahyu. Pertentangan wahyu dan akan semakin menajam dan mengeras, bahkan para ilmuwan dieksekusi karena mewartakan kebenaran ilmiah yang tidak sesuai dengan kebenaran wahyu. Perkembangan ilmu pengetahuan surut.

Filsafat Modern Hampir sepuluh abad, pemikiran filosofis dan ilmu pengetahuan dikekang oleh kebenaran teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan ini disebut fideisme, ketaatan buta pada iman. Kemudian muncul era Renaisans, yang berarti kelahiran kembali. Pemikiran2 filosofi Yunani kuno, yang selama ini disembunyikan dan dimonopoli oleh kalangan elit gereja, kembali dipelajari. Kemunculan era renaisans, tidak terlepas dari sumbangan para filosof Islam, yang menerjemahkan pemikiran Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Dan terjemahan inilah yang dipelajari oleh filosof barat yang akhirnya melahirkan gerakan reformasi, era renaisans.

Rene Descartes pelopor rasionalisme Rene Descartes, filosof Perancis berjasa merehabilitasi, mengembalikan otonomi rasio. Diktumnya berbunyi: cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada terkenal sampai sekarang. Rasio menjadi sumber satu-satunya ilmu pengetahuan, sementara kesan2 inderawi adalah ilusi yang dapat diatasi oleh rasio. Rene mempelopori aliran filsafat rasionalisme, yang berpengaruh cukup besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Filsafat Empirisme Filosof-filosof Inggris seperti David Hume, John Locke, dan George Berkeley, menentang keras argumen Descartes. Mereka menganut filsafat empirisme, yang mengatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan dari pengalaman lewat pengamatan empiris, bukan semata-mata penalaran deduksi. Mereka meyakini adanya keteraturan (regularity) di alam raya ini, yang bukan berasal atau ditujukan pada kodrat metafisis.

Immanuel Kant rasio dan empiris Pertentangan tersebut berlangsung sampai Immanuel Kant, filosof Jerman, menyatakan bahwa kedua aliran tersebut terlalu ekstrim, rasio dan empiris adalah samasama sumber pengetahuan dimana kesan-kesan empiris dikonstruksikan oleh rasio manusia melalui kategori2 menjadi pengetahuan. Immanuel Kant, yang terkenal dengan pernyataannya sapere aude (berani berpikir sendiri) merupakan tokoh sentral zaman modern.

Positivisme Aliran empirisme mengalami puncaknya pada aliran filsafat positivisme. Filosof August Comte, mempelopori aliran ini, juga menciptakan istilah sosiologi, ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah. Positivisme, yang dominan pada awal abad 20- an, menetapkan kriteria2 yang harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam. Kriteria tersebut adalah eksplanatoris dan prediktif.

Pandangan positivisme Untuk mencapai kriteria eksplanatoris dan prediktif, maka ilmu2 harus memiliki pandangan positivistik Objektif, teori ttg semesta harus bebas nilai Fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya berbicara pada semesta yang diamati, metafisis diabaikan Reduksionisme, semesta direduksi menjadi faktafakta keras yang dapat diamati Naturalisme, alam semesta adalah objek2 yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam.

Klaim positivisme terhadap ilmu pengetahuan Klaim kesatuan ilmu, ilmu2 manusia dan ilmu2 alam berada pada payung yang sama, yaitu paradigm positivisme. Klaim kesatuan bahasa. Bahasa perlu untuk memurnikan dari konsep-konsep metafisis dengan mengajukan parameter verifisikasi. Klaim kesatuan metode. Metode verifikasi bersifat universal, berlaku baik bagi ilmu-ilmu alam, maupun ilmu-ilmu manusia.

Alam Simbolis Positivisme memberikan beberapa dampak, antara lain Mereduksi kekayaraan pengalaman manusia menjadi faktafakta empiris Prinsip bebas nilai, membuat ilmuwan menjadi robot-robot tak berperasaan Keringnya semesta dari kekayaan batin yang tak terhingga (di desakralisasi) Menurut Ernest Cassirer, manusia adalah makhluk simbolik (animal simbolicum), yang memiliki substratum simbolik dalam benaknya, sehingga mampu memberikan jarak antara rangsangan dan tanggapan. Distansiasi (refleksi) tersebut melahirkan sistem-sistem simbolis seperti ilmu pengetahuan, seni, religi dan bahasa.

Posmodernisme-1 anti modern, terhadap ide-ide seperti kemajuan, emansipasi, linieritas sejarah dsb. Konsep-konsep ini ditentang oleh para pemikir posmo seperti Lyotard, Foucault dan Derrida. Sebenarnya, postmodernisme merupakan pergeseran wacana di berbagai bidang, seperti seni, arsitektur, sosiologi, literatur dan filsafat. Merupakan reaksi keras terhadap pemikiran modernisme yang terlampau mendewakan rasionalitas, jauh dari kekayaan dunia batin manusia. Para posmodernisme menyerang pilar-pilar filsafat modern, yang menjunjung tinggi rasionalitas dengan mengklaim dorongan-dorongan subjektif-irasional

Posmodernisme-2 Mereka antikebenaran tunggal demi berkembangnya kebenaran-kebenaran partikular yang plural. Daniel Bell, dalam bukunya The Cultural Contradiction, tahun 1976, yang mengemukakan pertama kali tentang posmodernisme. Menurut Bell, Kapitalisme lanjut telah bergeser dari sebuah sistem kultural dan ekonomi yang berlandaskan disiplin2 yang perlu bagi produksi, ke sistem yang berlandaskan pada kenikmatan2 konsumsi Etika kapitalisme yang menekankan pada kerja keras, individualitas, dan prestasi untuk produksi, ke konsumerisme, kolusi dsb.

Jean Baudrillard produksi dan reproduksi tidak lagi berkaitan dengan benda-benda, tetapi makna. Contohnya: iklan rokok yang tidak lagi menonjolkan bendanya, tetapi memuat makna yang dicapai seperti kemapanan hidup dan maskulinitas dunia didominasi simulakrum, konsep yang mewakili tiadanya lagi batas antara yang nyata dan yang semu. Contoh: Dysneyland, yang membuat segala sesuatu bersifat futuristik, mimpi-mimpi. Irasionalitas perilaku konsumtif, orang-orang rela antri berjam-jam, membayar puluhan dolar hanya untuk memuaskan nafsu, insting, dorongan dan impuls. Kolektivitas bersifat semu. Kemudian terpecah menjadi individu-individu yang menjemukan, dengan rutinitas itu-itu saja. Ini adalah sebuah simulakrum.

Jean Francois Lyotard Penjelasan posmodernisme yang lengkap dikemukakan oleh Jean Francois Lyotard, di bukunya The Postmodern Condition (1984). Modernisme, menurutnya, muncul dengan menggeser narasi-narasi spiritual ttg takdir manusia ke narasi yang lebih sekular, tapi masih senafas dengan narasi spiritual. Posmodernisme tidak percaya pada narasi-narasi raksasa yang sifatnya universal dan esensialis. Kesatuan sejarah digeser dengan kemajemukan sejarah lokal yang tidak bisa diletakkan di bawah satu payung narasi raksasa.

Efek Posmodernisme Menurut Frederic Jameson dan Michel Foucault menyatakan kekuasaan telah menyebar pada institusi mikro seperti sekolah, institusi agama, penjara, partai politik, dsb. Masing-masing memiliki mekanisme kuasanya sendirisendiri. Misalnya di sekolah, otoritas pendidikan selain memberikan pengetahuan, juga menggali pengetahuan tentang muridnya untuk bisa menguasai mereka. Selain itu, gerakan isu perjuangan kesetaraan gender, hak konsumen, hak suku terasing, lingkungan hidup semakin muncul. Hal ini, menurut Jameson, menunjukkan masyarakat sosialis (yang menurut Marxis) sudah tidak lagi relevan alias usang.

Epistemologi dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan khususnya empat pokok persoalan pengetahuan yaitu keabsahan, struktur, batas dan sumber. Epistemologi mengkaji seputar pengetahuan, namun dalam arti seluas-luasnya termasuk pengetahuan seharihari. Secara epistemologi, keabsahan pengetahuan dibagi menjadi 3 teori kebenaran Korespondensi Koherensi pragmatis

Epistemologi teori kebenaran Korespondensi: mensyaratkan adanya keselarasan antara ide dengan semesta luar, kebenarannya bersifat empirsinduktif Menghasilkan ilmu-ilmu empiris seperti fisika, kimia, biologi, sosiologi Koherensi: mensyaratkan adanya keselarasan antara peryataan logis, kebenarannya bersifat formal-deduktif Menghasilkan ilmu-ilmu abstrak seperti matematika dan logika Pragmatis, mensyaratkan adanya kriteria instrumental atau kebermanfaatan, kebenarannya bersifat fungsional Menghasilkan ilmu-ilmu terapan seperti ilmu kedokteran

Filsafat Ilmu Pengetahuan Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan, berurusan dengan pengetahuan ilmiah atau sains. Filsafat ilmu pengetahuan melandaskan dirinya pada teori korespondensi (keselarasan antara ide dengan semesta luar), dimana kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran ilmiah-empiris, yang diperoleh melalui metode yang cukup ketat.

Logika Logika memusatkan kajiannya pada problema formal dan spesifik keteraturan penalaran, Logika berurusan dengan pengetahuan formal apriori yaitu pengetahuan yang kebenarannya tidak berdasarkan pengalaman tetapi berdasarkan definisi Contoh: Bujangan adalah pria yang belum menikah Segitiga adalah bidang datagyang memiliki tiga sisi (catatan: pengetahuan aposteriori: pengetahuan yang hadir setelah pengalaman, setelah didukung oleh data-data empiris)

Logika dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan Hubungan keduanya terletak pada konteks penemuan dan pembuktian kebenaran ilmu pengetahuan; logika digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan membuktikan kebenarannya. Logika yang digunakan adalah induksi dan deduksi Logika induksi: penalaran dari fakta-fakta konkret menuju kesimpulan umum Logika deduksi: penalaran dari kesimpulan umum menuju hal-hal yang lebih spesifik

Metodologi dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan Metodologi adalah ilmu filsafat yang mengkaji langkahlangkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah Perbandingan Filsafat Ilmu Pengetahuan: berurusan dengan cara kerja dan ciri ilmu pengetahuan Logika: berurusan dengan tertib nalar untuk mendapatkan dan membenarkan pengetahuan Metodologi: berurusan dengan langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah

Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat Ilmu Pengetahuan Menggunakan penalaran yang kritis, refleksif dan integral Tidak berhenti pada penampakan, tetapi secara kritis mencapai hakikatnya Menerangkan gejalagejala secara ilmiah Tujuannya mencoba menjelaskan gejalagejala secara relasional Mencoba melakukan pendekatan kritis dan mendasar tentang pemerolehan ilmu pengetahuan, langkah-langkahnya untuk mencapai kebenaran ilmiah Mencoba mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara2 pemerolehannya

-lanjutan Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat Ilmu Pengetahuan Untuk mencapai hakikatnya, menggunakan metode kritis, metode intuitif, metode geometris, metode fenomenologis, dsb, dimana semuanya bersifat kritis, refleksif dan integral. Objek kajian: semesta dalam arti seluasluasnya. Contoh: melihat manusia secara integral dengan alam semesta yang meliputinya, tidak terkotak-kotak. Menggunakan metode, yaitu langkah-langkah dalam satu urutan metodologis yang ketat untuk mendapatkan penjelasan yang seobjektif mungkin tentang semesta. Objek kajian bergantung pada displin ilmu yang ada. Disiplin ilmu biologi, sosiologi dan antropologi menjadikan manusia jadi objek kajiannya, tetapi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Memandang semesta cenderung terkotak-kotak, dan tidak bersifat kritis. Membongkar asumsiasumsi yang tadinya diterima begitu saja dalam ilmu pengetahuan. Objek kajian: ilmu pengetahuan

Pengetahuan Ilmiah dan Pengetahuan Nonilmiah Pengetahuan Ilmiah Tujuan deskripsi (menjelaskan gejala-gejala) eksplanasi (hubungan kausal) prediksi (lewat data-data objektif untuk memprediksi gejala-gejala yang muncul) Pengetahuan NonIlmiah atau eksistensial bertahan hidup dalam kehidupan sehari-hari (pragmatis) Cara pemerolehan metodis (melalui jalan tertentu, dan hasilnya harus dapat dipertanggungj awabkan-verifikasi dan falsifikasi) sistematis (mengikuti urut-urutan yang ketat) objektif (bebas nilai) warisan budaya tradisi metode tidak menjadi masalah pernyataan ambigu, kabur dan tidak objektif

Ilmu Pengetahuan sebagai Proses Ilmu pengetahuan tidak dapat diterima begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup ketat Proses (piramida ilmu pengetahuan) dibagi dalam tahapan: Pengetahuan bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari yang cukup luas dan cenderung variatif Pengalaman sehari-hari tersebut harus mengalami pemurnian. Pertama pemurnian dari pengalaman perseptual (persepsi), untuk secara terkendali mendapatkan titik fokus melalui observasi. Kedua, pemurnian dari bahasa sehari-hari, menjadi konsepkonsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Ilmu Pengetahuan sebagai proses - 2 Ketiga, mencari keteraturan dalam gejala-gejala dengan membentuk proposisi kondisional p q untuk mendeskripsikan relasi kausalistik antara gejala-gejala melalui metode induksi. Sejauh proposisi kondisional belum terbukti secara empiris --- suatu hipotesis yaitu proposisi yang berisikan hubungan antara gejalagejala yang bersifat sementara menunggu untuk dibuktikan Keempat, memperoleh hukum yang menunjukkan keteraturan gejala-gejala, yaitu memperoleh pembenaran ilmiah suatu proposisi melalui verifikasi yang ketat Kelima, pembentukan teori, yaitu seperangkat eksplanasi yang menggambarkan bulat-lonjongnya dunia.

Realis dan Anti realis Dua sikap di kalangan filosof ilmu pengetahuan tentang teori: Realis dan Anti realis Sikap realis: meyakini bahwa teori merupakan cermin sempurna dunia Sikap anti realis: meyakini, bahwa kita hanya mengkonstruksi teori untuk mempermudah pemahaman kita tentang dunia atau untuk kepentingan instrumental berupa kontrol dan prediksi. Dunia sebenarnya tetap tidak bisa dicerminkan secara sempurna

Thank you