BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA. produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resvan Friandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebabnya adalah karena dari tahun ke tahun lulusan sekolah, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB VI PENUTUP. sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. Akseptasi Pasar di SMK Islam 2 Durenan dan SMKN 1 Pogalan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB III METODE PENELITIAN A.

Standar Kompetensi Lulusan STIKES HARAPAN IBU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. siswa kelas IX pendidikan dasar dan XII pendidikan menengah. Ujian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,


BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting. dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN. Oleh : Yanti Sri Danarwati, SS., SE., MM. Dosen STIA ASMI Solo ABSTRAK

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERDAYAAN GURU DAN KEMITRAAN DENGAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU (Studi pada Guru SD di UPTD Pendidikan Kecamatan Kawali)

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

KONSEP, REGULASI, DAN KEBIJAKAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

2016 PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DENGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dalam upaya menghasilkan karyawan berkualitas.

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Latar belakang pengelolaan pendidikan multikultural terdiri dari (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PENINGKATAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MONTESSORI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

PERAN KOMITE SEKOLAH DENGAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kata Pengantar. Jakarta, Desember Tim Penyusun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

STRATEGI BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerna informasi dan mengadaptasi perubahan yang berlangsung sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah terbatas pada aspek pembiayaan, sumber daya manusia dan

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDID

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BERITA NEGARA. No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa.

STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mutu Pendidikan Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang nonakademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran (Umaedi, 1999). Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir semester, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN atau UAS). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb. (Umaedi, 1999) Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolut dan relatif (Edward & Sallis, 2004). Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga

8 pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan, dalam konsep relatif, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan (fit for their purpose). Edward & Sallis (2004) dalam Nurkolis, mengemukakan kualitas dalam konsep relatif berhubungan dengan produsen, maka kualitas berarti sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pelanggan. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah dalam konsep relatif, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan pendidikan ada dua aspek, yaitu pelanggan internal dan eksternal (Kamisa, 1997, dalam Nurkholis). Pendidikan berkualitas apabila : a) Pelanggan internal (kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah) berkembang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara lain mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah bila mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan, bakat dan kreatifitasnya. b) Pelanggan eksternal : 1. Eksternal primer (para siswa): menjadi pembelajar sepanjang hayat, komunikator yang baik dalam bahasa nasional maupun internasional, punya keterampilan teknologi untuk lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari, inregritas pribadi, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, menjadi warga negara yang bertanggungjawab (Phillip Hallinger, 1998, dalam Nurkholis). Para siswa menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab akan hidupnya. 2. Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan perusahan); para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua, pemerintah dan pemimpin perusahan dalam hal menjalankan tugas-tugas dan pekerjaan yang diberikan. 3. Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas); para lulusan memiliki kompetensi dalam dunia kerja dan dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.

9 Dalam konteks peningkatan kualitas pendidikan Sutikno (2006) menjelaskan, untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu: (1) kondisi gurunya (persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, kesejahteraan), (2) kurikulum disikapi dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah, (3) bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku pelajaran), (4) rujukan sumber belajar oleh guru dan siswa, (5) kondisi prasarana belajar yang ada (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat informasi), (6) kondisi iklim belajar yang ada saat ini. B. Ujian Nasional (UN) Tahun 2003 merupakan awal dilaksanakannya ujian akhir nasional (UAN) untuk tingkat SMA/MA dengan persyaratan minimal nilai kelulusan 3,01, yang artinya nilai di bawah 3,01 dinyatakan tidak lulus. Kemudian untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, standar kelulusan dinaikkan menjadi 4,01. Pada tahun 2005 UAN diganti dengan ujian nasional (UN) dan menaikkan standar kelulusan menjadi 4,25, untuk tahun 2006 standar kelulusan dinaikkan lagi menjadi 4,50, begitu pula untuk tahun 2007-2011, standarisasi ujian nasional dan aturan kelulusan terjadi perubahan, untuk tahun 2011 standarisasi ujian nasional terjadi perubahan yang sangat signifikan yakni peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua nilai akhir (NA) sebagaimana diperoleh dari gabungan Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan Nilai UN, dengan pembobotan 40% untuk Nilai S/M dari 6 (enam) mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk Nilai UN mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol), Nilai S/M diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan 5 untuk SMA/MA Ujian Nasional (UN) sebagai bentuk dari penilaian hasil belajar, bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran

10 tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi (PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63 ayat (1)). Selanjutnya pada Pasal 68, lebih jauh lagi dinyatakan bahwa hasil UN dapat digunakan diantaranya untuk: a). pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, dan b). pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai hal-hal tersebut diatas, maka langkah yang sangat penting untuk dilakukan adalah melakukan analisa atas hasil UN. Melalui analisa UN maka akan dapat diketahui permasalahan apa saja yang dihadapi oleh perserta didik dan sekolah. Pertanyaan-pertanyaan penting yang bisa digali adalah: seberapa besar daya serap peserta ujian, pada sub pokok bahasan apa saja terdapat kelemahan daya serap, bagaimanakah keberhasilan guru dalam memberikan pengajaran, satuan pendidikan mana sajakah yang sudah tuntas dalam memberikan pengajaran, bagaimanakah keefektifan kurikulum, dan daerah mana sajakah yang sudah berhasil atau belum menerapkan sistem pendidikan? Selanjutnya, hasil analisis terhadap Ujian Nasional perlu untuk disosialisasikan, sehingga pihak-pihak yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan. C. Kerangka Konseptual Kajian Penelitian ini akan mengacu pada kerangka dasar upaya peningkatan mutu pendidikan seperti tertera pada Gambar 1. Diharapkan hasil penelitian dapat memotret berbagai faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak sebagai wilayah yang diteliti terutama sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Di samping itu, penelitian ini diharapkan menghasilkan model pemecahan masalah pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak yang siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan benar-benar fungsional, komprehensif, dan aplikatif yang relevan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak.

11 1. 2. Gambar 2.1 Kerangka Dasar Penelitian PPMP di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak Desain penelitian mengacu pada kerangka dasar penelitian yang dikembangkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Jangkauan penelitian mencakup Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak.