BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

dokumen-dokumen yang mirip
Priyanti 1, Maya Fitria 2, Erna Mutiara 2 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

PENDUDUK LANJUT USIA

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

KARAKTERISTIK REMAJA NIKAH MUDA DI DESA BRENGGOLO JATIROTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

Kata kunci: faktor, penyebab perkawinan, usia muda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

PERSEPSI PELAJAR SMA NEGERI 1 BANJARMASIN DAN SMA NEGERI 2 BANJARMASIN TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai usia balita. Menurut Badan Pusat Statistik, pada data Susenas tahun 2010 ada beberapa provinsi yang menunjukkan masih banyak terjadi perempuan menikah pada usia yang relatif masih muda yaitu < 19 tahun (Ayu dan Soebijanto, 2011). Undang-Undang Perkawinan di Indonesia yaitu diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 dalam pasal 7 ayat (1) membolehkan wanita menikah pada usia 16 tahun dan pria pada usia 19 tahun, tetapi ternyata masih banyak orang tua yang merestui perkawinan anak perempuannya, (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut World Health Organization (WHO) adalah usia 11 20 tahun, yang merupakan bagian masyarakat yang potensial sebagai sumber daya manusia muda yang sesungguhnya memiliki peran penting dalam proses penerus dan pelestarian cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. Sehingga perkawinan usia muda atau kehamilan usia muda menjadi masalah sosial yang banyak mendapat perhatian disiplin ilmu termasuk bagian kebidanan, karena risiko kehamilan yang tinggi akan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Bila masalah tersebut masih berjalan tentu sulit menciptakan suatu keluarga sesuai harapan dan cita-cita (Sarwono, 2004). Seorang perempuan yang telah memasuki jenjang pernikahan maka harus mempersiapkan diri untuk proses kehamilan dan melahirkan. Sementara itu jika wanita menikah pada usia di bawah 20 tahun, akan banyak risiko yang terjadi karena kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal. Hal ini dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian yang timbul selama proses kehamilan dan kelahiran bayi (BkkbN, 2010).

Permasalahan kesehatan pada perempuan berawal dari masih tingginya usia perkawinan pertama di bawah 20 tahun (4,8% pada usia 10-14 tahun, 41,9% pada usia 15-19 tahun). Umur pertama menikah pada usia sangat muda (10-14 tahun) cenderung lebih tinggi di pedesaan (6,2%), kelompok perempuan yang tidak sekolah (9,5%), kelompok petani/nelayan/buruh (6,3%), serta status ekonomi terendah (6,0%) (Ninuk, 2010). Lebih dari 64 juta wanita di dunia menikah di bawah sebelum umur 18 tahun. Adapun faktor penyebabnya adalah keadaan sistem pencatatan sipil di negara tersebut yang belum memadai dengan mekanisme penegakan hukum dalam menanganin kasus perkawinan usia muda dan adanya adat dan hukum agama yang membenarkan praktek perkawinan usia muda (UNICEF, 2009). Berdasarkan Susenas 2010 yang dilakukan BPS, sebanyak 1,59% perempuan berumur 10-17 tahun di Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin. Persentase terbesar berada di wilayah Kalimantan Tengah (3,32%) dan persentase terkecil di Sumatera Barat (0,33%). Seperti yang telah diduga, persentase perempuan 10-17 tahun yang telah kawin dan pernah kawin di pedesaan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan perkotaan. Fenomena menikah dini di wilayah pedesaan pada 2010 mencapai 2,17%, sedangkan di perkotaan mencapai 0,98%. Faktor ekonomi, budaya, dan lainnya menjadi pemicu banyaknya fenomena pernikahan usia muda di perdesaan. Dengan dinikahkan, anak diharapkan bisa meringankan atau malah bisa membantu ekonomi orang tua. Adapun menikah terburu-buru dilakukan karena takut dikatakan perawan tua lantaran tidak laku-laku. Dari 1,59% perempuan yang menikah dini itu, 3,49% nya telah melakukan perceraian dengan status cerai hidup dan 0,22% berstatus cerai mati. Perkawinan usia muda sangat memengaruhi perkembangan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Jika ditilik secara medis, ibu yang menikah di usia muda organ produksinya belum

berfungsi secara normal. Dengan kata lain, risiko persalinan pada ibu terlalu muda semakin tinggi (Alimoeso, 2012). Data Riskesdas 2010 menunjukan bahwa prevalensi umur perkawinan pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 %. Menurut SDKI tahun 2007, sebanyak 17 % wanita yang saat ini berumur 45-49 tahun menikah pada umur 15 tahun, sedangkan proporsi wanita yang menikah pada umur 15 tahun berkurang dari 9 % untuk umur 30-34 tahun menjadi 4 % untuk wanita umur 20-24 tahun. Menurut data Susenas tahun 2010, secara nasional rata-rata usia kawin pertama di Indonesia 19 tahun, rata-rata usia kawin di daerah perkotaan 20 tahun dan di daerah pedesaan 18 tahun, masih terdapat beberapa provinsi rata-rata umur kawin pertama perempuan di bawah angka nasional (Ayu dan Soebijanto, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2006) dan Hanggara (2010) sebelumnya menunjukkan bahwa terjadinya perkawinan usia muda disebabkan beberapa faktor pendorong antara lain faktor ekonomi, faktor orang tua, faktor pendidikan, faktor diri sendiri, faktor adat setempat, faktor sosial budaya, dan faktor sosial ekonomi. Salah-satu faktor pendorong terjadinya perkawinan usia muda adalah faktor pendidikan. Dari data perkawinan berdasarkan pendidikan yang ada di Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa masyarakat yang menikah dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 9,03 %, tamat SD sampai SLTP sebanyak 46,04 %, tamat SLTA ke atas sebanyak 37,21 % dan yang tamat Akademi/ Perguruan Tinggi sebanyak 7,72 % (BkkbN, 2011). Penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan di Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Banten, menunjukan bahwa usia kawin pertama perempuan di perkotaan sekitar 16-19 tahun, sedangkan di pedesaan sekitar 13-18 tahun. Pendidikan mereka SD, SLTP dan SLTA tidak tamat. Setelah putus sekolah mereka umumnya

menganggur tidak mempunyai pekerjaan. Sebagai akibat dari mereka menganggur, orang tua menginginkan anaknya segera menikah dari pada menjadi beban keluarga. Orang tua ingin lepas tanggung jawab, takut dengan pergaulan bebas atau seks bebas. Faktor budaya yang mendorong terjadinya kawin muda (usia 14-16 tahun) adalah lingkungan, di lingkungan tersebut sudah biasa menikah pada usia 14-16 tahun, lebih tua dari 17 tahun dianggap perawan tua. Faktor ekonomi, orang tua berharap mendapat bantuan dari anak setelah menikah karena rendahnya ekonomi keluarga (BkkbN, 2011). Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Deli Serdang yaitu pada di Kelurahan Puji Mulyo. Dari hasil wawancara yang dilakukan, faktor budaya dan dorongan orang tua memengaruhi meningkatnya angka perkawinan usia muda. Faktor budaya di sini orang tua takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan, didukung dengan lingkungan tempat tinggal sudah menjadi suatu kebiasaan masyarakatnya untuk mengawinkan anaknya pada usia muda. Sedangkan dorongan orang tua adalah usaha orang tua untuk memengaruhi anaknya agar mau melakukan perkawinan usia muda, misalnya dengan menjodohkan anaknya dengan kolega atau masyarakat yang berdomisili satu lingkungan. Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Sunggal, jumlah remaja umur 12-19 tahun yang melakukan perkawinan di bawah usia 20 tahun pada tahun 2010 yaitu sebanyak 152 pasangan (8,06 %), sementara itu pada tahun 2011 yaitu sebanyak 273 pasangan (17,7 %). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan remaja yang melakukan perkawinan usia muda (KUA Sunggal, 2011). Jumlah remaja umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo sebanyak 1.458 jiwa, yang terdiri dari 714 jiwa remaja putri dan 744 jiwa remaja putra. Pada tahun 2010, jumlah perkawinan usia muda di bawah 20 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal sebanyak 29 pasangan (3,9 %),

sedangkan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 49 pasangan (6,7 %). Dari survei awal yang dilakukan di Desa Puji Mulyo, dari 13 remaja yang melakukan perkawinan usia muda mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu dampak perkawinan usia muda yaitu sebanyak 8 orang (62%), mereka kawin muda karena tidak melanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang berpendidikan SMP sebanyak 2 orang (15,3%) dan yang berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (84,7%), sedangkan pendidikan orang tua remaja sendiri yaitu yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 3 orang (23%), yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 8 orang (61,5%), yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 2 orang (15,3%). Ditambah adanya budaya masyarakat yang menikahkan anaknya dengan kolega atau masyarakat yang berdomisili satu wilayah pada usia muda yaitu sebanyak 1 orang (7,7%), karena takut anaknya terjerumus dalam pergulan bebas. Hal ini disebabkan karena adanya remaja yang hamil di luar nikah yaitu sebanyak 2 orang (15,4%). Melihat hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, dengan membatasi faktor-faktor tersebut pada variabel pengetahuan, pendidikan, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pergaulan bebas, dan budaya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka yang jadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun dan belum adanya informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Kelurahan Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang dampak perkawinan usia muda dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ayah dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 4. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 5. Untuk mengetahui hubungan pergaulan bebas dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

6. Untuk mengetahui hubungan budaya dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dan bekerjasama dengan pihak sekolah atau KUA Kecamatan Sunggal dalam memberikan konseling yang berhubungan dengan perkawinan. 1.4.2 Sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya, agar dapat mengkaji hal-hal yang lebih dalam lagi, terutama yang berhubungan dengan perkawinan usia muda.