BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III.METODE PENELITIAN. Bagian metode penelitian dalam tesis ini terdiri dari, desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena sosial dan penggunaan tuturan dalam interaksi antara dokter dan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

III. METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB III METODE PENELITIAN

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriftif kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian terhadap tindak tutur komisif penjual dan pembeli cabai di Pasar

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR ILOKUSI PARA DAI DI MESJID NURUSH SHIDDIQ KELURAHAN GUNUNG PANGILUN KECAMATAN PADANG UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas karakteristik tuturan guru sains berdasarkan jenis

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini, di

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL. Oleh Rini Saroza Nim Medann 16 Februarr20l6 Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA KELAS V SDN SUMBERSARI I

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas an tindak tutur petugas penerangan yang paling banyak digunakan, serta 3) tindak tutur petugas penerangan dilihat dari teori kesantunan PSTR. Oleh karena itu, bab ini akan membahas jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, serta prosedur pengolahan data. Kelima hal tersebut akan peneliti jelaskan sebagai berikut. 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, data yang diambil merupakan realisasi tindak tutur yang terjadi di bagian penerangan sebuah kelurahan. Data tersebut diperoleh dengan merekam realisasi tindak tutur yang terjadi antara petugas penerangan kelurahan dengan masyarakat yang sedang mencari informasi. Peneliti terlibat langsung dalam situasi selama tindak tutur itu terjadi. Setelah direkam, data ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Data tersebut untuk mengetahui jenis tindak tutur apa yang sering digunakan oleh petugas penerangan ketika melayanai masyarakat di kelurahan. Selain itu juga untuk mengetahui nilai kesantunan pekerja penerangan terhadap masyarakat selama komunikasi berlangsung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa percakapan atau ujaran yang dituturkan oleh pekerja 21

22 penerangan dan masyarakat yang diolah dengan menggunakan teori tindak tutur dengan mengklasifikasikan jenis tindak tutur ke dalam lima bentuk yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kemudian dikaji nilai kesantunannya dengan menggunakan teori PSTR yang dilihat dari wacana percakapan yang terjadi dalam interaksi. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mempunyai karakteristik kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya (Sadikin, 2002). Selain itu ditambah dengan pernyataan Moleong (2007) bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian pada tataran alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. 3.2 Data dan Sumber Data Penelitian Dalam penelitian ini, sumber data diambil dari salah satu kelurahan di kota Bandung yang berada di kawasan Sukajadi. Peneliti sengaja menyamarkan nama kelurahan karena berkaitan dengan kode etik penelitian yakni salah satunya jangan membahayakan partisipan (Cresswell, 2010: 132). Ada beberapa alasan dalam penentuan kelurahan tersebut. Pertama, tidak semua tempat pelayanan masyarakat bersedia dijadikan sebagai objek penelitian sehingga peneliti sedikit kesulitan untuk menentukan tempat penelitian. Namun ada satu tempat yang bersedia menerima, yaitu kelurahan tersebut. Kedua, kelurahan tersebut berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sehingga peneliti mengetahui situasi dan kondisi kelurahan tersebut. Dengan memilih tempat tersebut, peneliti dapat mengefektifkan waktu dan menekan biaya. Ketiga, ditemukan gaya atau karakter petugas penerangan di kelurahan tersebut ketika

23 melayani masyarakat karena beredar kabar bahwa petugas pelayanan (penerangan) kelurahan tersebut judes (tidak ramah). Dari pengambilan data yang telah dilakukan, didapatkan hasil tuturan petugas penerangan kelurahan dengan masyarakat. Berdasarkan cara pengambilan data, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena data berupa teks lisan yaitu proses interaksi (tindak tutur) ketika petugas penerangan melayani masyarakat. Sumber data lainnya yakni berasal dari tuturan petugas penerangan yang dijadikan sumber data yaitu satu orang petugas penerangan. Petugas penerangan yang dijadikan salah satu sumber adalah seorang perempuan dengan usia 45 tahun. Pendidikan terakhirnya adalah D3. Sementara itu untuk masyarakat yang dilayani ada 35 orang yang terdiri dari 20 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. 3.3 Pengembangan Instrumen Menurut Cresswell (2009), penggunaan instrumen yang keliru atau kurang tepat akan memberikan hasil penelitian yang menyesatkan. Sebaliknya penggunaan instrumen yang tepat akan menghasilkan penelitian yang akurat. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian. Instrumen yang peneliti gunakan adalah sebagi berikut. Intrumen pertama adalah obeservasi. Observasi dilakukan hanya untuk melakukan pengamatan terkait penentuan subjek penelitian. Mahsun (2005: 218) menyebut teknik observasi ini sebagai metode simak. Namun metode simak

24 dilakukan apabila mengambil data dengan langsung mewawncarai informan. Sementara dalam penelitian ini yang dilakukan hanya pengamatan terkait dengan penentuan subjek penelitian seperti yang dikemukan oleh Meleong (2001). Instrumen kedua adalah rekaman. Rekaman ini dilakukan untuk mendapatkan data yaitu tuturan petugas penerangan ketika melayani masyarakat. Hasil rekaman ini kemudian ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan yang nantinya akan dijadikan data utama dalam proses analisis. 3.4 Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data terbagi menjadi dua teknik yaitu observasi dan perekaman. Teknik observasi dibagi ke dalam dua tahap. Pada tahap pertama dalam kegiatan ini, peneliti melakukan pengamatan awal terhadap kondisi dan situasi yang ada di kelurahan. Dari hasil pengamatan awal, ada satu petugas penerangan di kelurahan tempat peneliti mengambil data. Pada pengamatan awal ini, peneliti juga mengamati interaksi antara petugas penerangan dengan masyarakat. Interaksi ini akan menjadi sumber data untuk direkam. Kemudian tahap kedua merupakan observasi lanjutan berupa pengecekan kembali jika data masih kurang. Setelah observasi, langkah kedua adalah perekaman. Perekaman dilakukan ketika petugas penerangan melayani masyarakat. Proses perekaman dilakukan selama satu minggu. Masyarakat yang datang ke kelurahan setiap harinya memanglah tidak banyak tetapi perekaman selama satu minggu cukup untuk mendapatkan data sebagai gambaran menyeluruh tentang tuturan petugas penerangan ketika melayani masyarakat. Selain itu, teknik perekaman ini dipadukan dengan pencatatan langsung

25 terhadap hal-hal yang terjadi selama interaksi berlangsung. Hal ini sebagai laporan dari hasil observassi. 3.5 Prosedur Pengolahan Data Prosedur pengolahan data dibagi ke dalam tiga tahap yaitu tahap transkripsi, tahap klasifikasi dan identifikasi, serta tahap evaluasi. 3.5.1 Analisis Tindak tutur Tahap pertama adalah proses transkripsi. Karena sumber data berbentuk rekaman, maka rekaman tersebut ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Hal itu untuk mempermudah proses analisis. Contoh : Transkrip I = Informasi M= Masyarakat #1 I : ieu jalmina araya?(1a) ini orangnya pada ada? M : Muhun aya (1b) iya ada I : Neng panghurungkeun ituna, hareudang, eta AC (2a) neng, nyalain itunya, gerah, itu AC Eta teu aya KTP-an (3a) itu ga ada KTP-nya M : ieu bu aya (2b) ini bu ada

26 Tahap kedua adalah proses klasifikasi dan identifikasi. Tahap ini terdiri dari dua langkah. Langkah pertama adalah tuturan petugas penerangan yang telah ditranskripsi akan dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis ilokusi yakni asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Hasil klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1. Klasifikasi tuturan petugas penerangan No. Jenis tuturan Nomor Tuturan Jumlah 1. Asertif Menyatakan (55a) Nya teu sawios iya tidak apa-apa (56a) mung abdi mah naroskeun ieu KTP-na KTP naon cuman saya menanyakan ini KTP-nya KTP apa 2 Menyarankan (69a) paling engke weh di dinas kependudukan 1 2. Direktif Memerintah (2a) Neng panghurungkeun ituna, hareudang, eta AC 1

27 Tabel 3.1 digunakan untuk mengelompokkan jenis tuturan petugas penerangan yang ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Pengelompokan tersebut berdasarkan wujud tuturan per kalimat, jenis-jenis tindak tutur beserta bentuk-bentuk yang muncul pada tuturan petugas penerangan, serta mengetahui jumlah tuturan per bentuk untuk mengetahui jenis tuturan yang sering digunakan oleh petugas penerangan. Dalam penentuan jenis tindak tutur dan bentuknya, peneliti melihat terlebih dahulu bentuk gramatikal dari tuturan tersebut. Penentuan bentuk gramatikal di sini berdasarkan bidang sintaksis yakni kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya. Akan tetapi, dalam melihat bentuk gramatikal ini tidak secara langsung dikelompokkan, melainkan pengamatan yang dilakukan peneliti secara sepintas saja. Alasannya adalah penelitian ini mengkaji pragmatik yang berkaitan dengan isi dan maksud penutur. Kemudian penentuan bentuk secara sepintas akan lebih mudah. Analisis bentuk ini sebagai penguat data. Hasil klasifikasi tersebut kemudian diidentifikasi atau dipaparkan kembali dengan mendeskripsikan hasilnya. Data yang telah ditranskripsikan kemudian dikelompokkan ke dalam bentuk gramatikal. Dengan begitu akan diketahui bahwa satu tuturan petugas penerangan bukan berarti satu kalimat. Mungkin saja dalam satu tuturan terdapat beberapa kalimat. Karena itulah dibutuhkan pengelompokan dalam bentuk gramatikal. Setelah dikelompokkan menjadi kalimat, tuturan tersebut diidentifikasi ke dalam jenis tindak tutur menurut ilokusinya sehingga akan didapat hasil berupa bentuk tuturan tersebut.

28 Hasil bentuk tuturan ini misalnya tuturan (55a) dan (56a) yang merupakan jenis tindak tutur asertif menyatakan. Tuturan tersebut dikelompokkan ke dalam jenis tindak tutur asertif bentuk menyatakan karena tuturan (55a) adalah jawaban petugas penerangan dari pertanyaan masyarakat. Tidak ada kata tanya ataupun maksud lainnya. Sedangkan tuturan (56a) termasuk ke dalam jenis tuturan asertif menyatakan walaupun ada tanda naon apa. Pada umumnya apa adalah untuk bentuk pertanyaan tetapi dalam tuturan (56a) merupakan bentuk pernyataan karena hanya membetulkan, tidak ada maksud untuk bertanya. Analisis ini untuk mengetahui realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan. Hasilnya akan diketahui apakah lebih banyak tuturan asertif menyatakan, direktif memerintah, atau yang lainnya. Analisis seperti ini untuk menjawab rumusan masalah nomor satu. Kemudian akan dibahas alas an yang melatar belakangi tuturan yang paling banyak digunakan oleh petuga penerangan. Tuturan yang paling banyak tersebut pasti memiliki alas an digunakan oleh petugas penerangan. Hal tersebut dapat terjadi dari berbagai aspek seperti yang dijelasakan oleh Van Dijk (1977) dalam Thomas (1983) mengatakan bahwa memahami kondisi-kondisi yang bersifat umum maupun khusus yang ada pada diri seseorang mempengaruhi tercapai atau tidaknya ilokusi. Kondisikondisi tersebut seperti budaya, usia dan jenis kelamin, kelas sosial dan pekerjaan, peranan dan status dalam interaksi

29 3.5.2 Analisis Kesantuanan Langkah kedua adalah menilai tuturan petugas penerangan yaitu santun atau tidak. Penilaian tuturan tersebut ditinjau dari teori kesantunan PSTR seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3.2. Penilaian kesantuan PSTR No. Tuturan DL/DS BR KP KB Ket 118 Ieu fotokopi heula ieuna (118a) Ini fotokopi dulu ininya - - - - Sangat tidak santun Tabel 3.2 digunakan untuk menilai setiap tuturan petugas penerangan dilihat dari prinsip kesantunan PSTR. DS/DL adalah nilai yang memiliki daya sanjung atau daya luka, BR untuk nilai prinsip berbagi rasa, KP untuk nilai kesan pertama, dan KB untuk nilai prinsip keberlanjutan. Penilaian diberikan dengan nilai positif (+) atau negatif (-). Jika tuturan tersebut memiliki unsur daya luka bernilai negatif (-) tetapi jika tuturan tersebut memiliki unsur daya sanjung maka bernilai positif (+). Begitupun dengan prinsip BR, KP, dan KB jika di dalamnya memilki unsur-unsur prinsip tersebut maka akan bernilai positif (+) tetapi sebaliknya jika tidak ada prinsiprinsip tersebut dalam tuturan petugas penerangan maka akan bernilai negatif (-). Hal tersebut berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya prinsip kesantunan PSTR pada setiap tuturan petugas penerangan. Penilaian tersebut nantinya akan menentukan santun atau tidaknya tuturan tersebut. Jika dari semua perinsip PSTR terpenuhi dengan nilai empat plus (4+) maka tuturan tersebut dinyatakan sangat santun, jika

30 hanya terpenuhi tiga plus (3+) maka tuturan tersebut dinyatakan santun, jika dua plus (2+) dinyatakan cukup santun, jika bernilai satu plus (1+) maka dinyatakan tidak santun, dan jika tidak memiliki nilai plus (0+) atau dapat dikatakan empat minus (4-) maka dinyatakan sangat tidak santun. Setelah tuturan tersebut dianalisis dengan prinsip kesantunan, hasilnya akan menyimpulkan realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat. Kesimpulan tersebut tentang jenis tuturan apa yang sering dituturkan dan bagaimana nilai kesantuan dari tuturan tersebut dilihat dari prinsip kesantunan PSTR. Misalnya masyarakat yang baru datang memberikan berkasnya dan menjelaskan bahwa ia akan membuat KTP. Tuturan yang keluar dari petugas penerangan tanpa ada basa-basi langsung menyuruh untuk memfotokopi kelengkapan berkas. Tuturan (118a) tidak memiliki daya sanjung tetapi memiliki daya luka karena petugas penerangan tidak memperhitungkan tuturannya kepada masyarakat. Walaupun bermaksud agar masyarakat memfotokopi terlebih dahulu, sebenarnya ada banyak pilihan kata yang dapat digunakan. Penutur menggunakan bahasa Sunda dalam tuturannya yang sebenarnya dalam bahasa Sunda ada yang disebut undak usuk basa. Undak usuk basa memungkinkan pilihan kata mulai yang halus sampai yang kasar karena itu nilai dari tuturan itu negatif. Kemudian tuturan tersebut tidak ada prinsip berbagi rasa sehingga berdampak tidak menyenangkan pada keberlanjutan komunikasi antara petugas penerangan dengan masyarakat. Tanpa melihat siapa yang dilayani dan bagaimana kondisinya, petugas penerangan langsung menyuruh ibu (masyarakat) yang baru datang untuk memfotokopi kekurangan berkasnya. Dalam hal ini pun nilai kesantunan petugas

31 penerangan adalah negatif. Kesan pertama yang ditimbulkan negatif dan keberlanjutan komunikasi pun tidak harmonis. Analisis seperti ini untuk menjawab bagaimana kesantunan tuturan petugas penerangan kepada masyarakat dilihat dari prinsip kesantunan PSTR. Yang kemudian setiap tuturan yang telah dinilai menggunakan kesantunan dari Aziz akan dinilai pula dengan menggunakan teori kesantunan Brwon & Levinson atau Leech namun tidak dianalisis secara gambling hanya sebagai bahan penguat data saja alas an menggunakan prinsip kesantunan PSTR. Pada teori Brown & Levinson dijelaskan bahwa pengancaman wajah melalui tindak tutur (speech act) akan terjadi jika penutur dan mitra tutur sama-sama tidak berbahasa sesuai dengan jarak sosial. Pengancaman wajah ini menyebabkan kehilangan wajah yang sama artinya dengan merasa malu atau terhina. Tuturan tersebut dinamakan sebagai tindak tutur pengancaman wajah, atau Face Threatening Act ( FTA). Sedangkan teori Leech tentang keenam maksim-maksim nya. Dengan begitu analisis ini untuk menjawab rumusan masalah nomor tiga Tahap ketiga adalah evaluasi. Tahap ini untuk melihat kembali hasil analisis yang dirasa masih kurang. Setelah tahap evaluasi dilakukan kemudian ditarik garis merah hasil dari temuan dan pembahasan penelitian ini yang dipaparkan dalam kesimpulan.