BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Sebagai contoh, tachometer yang ergonomi adalah: 1.Desain dari cakra yang lancip, menunjuk pada skala, warna kontras dengan dasar (menyala)

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGINDERAAN DAN INFORMASI

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

BAB I PENDAHULUAN. signifikan tiap tahunnya (Dirjen, 2014). Transportasi ini sebagian besar terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORI

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Panel instrumen pada kendaraan bermotor (dashboard) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. material logam karena memiliki berbagai keuntungan yaitu memiliki berat yang


BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

Gambar Lampu kepala

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah jawa tengah keberadaan bus sudah banyak digunakan para masyarakat

EVALUASI DAN PERANCANGAN ULANG RUANG KEMUDI DAN PENUMPANG MOBIL KANCIL BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. di setiap tahunnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan di industri otomotif semakin

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB III METODOLOGI III - 1

PERANCANGAN HELM ANAK YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI TK AN-NAMIROH PEKANBARU)

DIAN KEMALA PUTRI KULIAH PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

selain tidak menimbulkan polusi udara dan kontruksi mesin yang lebih

MODIFIKASI SISTEM HEADLAMP LIVINA DENGAN PERGERAKAN ADAPTIVE

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

PERSEPSI KUALITAS KONSUMEN TERHADAP PRODUK OTOMOTIF

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Cindy Puspita Sari / 4ID01

DAFTAR SINGKATAN. ADC : Analog Digital Converter GPS : Global Positioning System HUD : Head Up Display RPM : Revolution Per Minute

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Standard Operating Procedure STANDAR KENDARAAN SARANA (LIGHT VEHICLE)

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

I. PENDAHULUAN. Di jaman seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari piranti

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

Pert 9 ASPEK ERGONOMIK DALAM INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Desain dan Simulasi Frame dan Bodi Kendaraan Konsep Urban Menggunakan Software CAD

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

SISTEM KONTROL PADA KENDARAAN RODA DUA BERPENGGERAK HIBRIDA

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 1-1 Universitas Kristen Maranatha

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB 4 PEMBAHASAN. orang yang berumur tahun menempati peringkat paling tinggi yaitu sebesar

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA)

PENINGKATAN UNJUK KERJA MEKANISME ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BOBOT KENDARAAN DI PERLINTASAN PORTAL AREA PARKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Pengaruh Variasi Diameter Pulley Alternator dan Daya Motor Terhadap Arus dan Kecepatan Proses Pengisian Baterai 12 Volt

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang berhubungan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang akan dibahas dalam bab ini antara lain konsep mobil listrik, ergonomi, display, dashboard, teori perancangan dan pengembangan produk, serta teori lainnya yang berhubungan penelitian yang dilakukan. 2.1 Mobil Listrik Didalam pembuatannya kendaraan listrik dibagi menjadi beberapa bagian, yakni motor penggerak, kontroler, motor, baterai dan bodi. Berikut adalah studi permulaan yang dilakukan yaitu mobil listrik dapat beroperasi dengan menggunakan sumber energi baterai sebagai penggerak motor. Karena karakteristik motor bersifat dinamis maka akan sangat merugikan sumber tegangan. Oleh karenanya studi tentang karakteristik tegangan pada pembebanan dinamis motor listrik telah dilakukan oleh tim riset. Didalam penelitian yang sama didapatkan bahwa tegangan akan mengalami penurunan yang signifikan apabila menggunakan banyak beban reaktif sehingga pemilihan jenis motor akan sangat membantu menentukkan unjuk kerja motor listrik. Pemilihan jenis motor akan mempengaruhi pengaturannya. Untuk membuat sebuah mobil listrik semakin kompleks sistemnya maka akan semakin banyak power electric yang diperlukan. Demikian halnya dengan banyaknya tingkatan tegangan pada pengaturan suatu sistem motor. Mobil listrik umumnya berwawasan lingkungan dikatakan demikian karena mobil listrik tidak menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya bagi kesehatan, mobil listrik juga dinilai cocok untuk pengendara di kawasan perkotaan. 2.1.1 Sejarah Mobil Listrik Prototype mobil listrik pertama yang dibuat pada tahun 1830 oleh Robert namun saat itu mobil listrik tersebut hanya dilengkapi dengan baterai yang tidak dapat diisi ulang (non rechargeable). Baru di tahun 1859 Gaston Planté commit to user II-1

menemukan baterai yang dapat diisi ulang yang menjadi dasar bagi pengembangan mobil listrik di dunia (Happyanto dan Purnomo, 2014). Mobil listrik pada umumnya digolongkan menjadi tiga jenis yaitu mobil listrik bersumber dari baterai, sumber dari hydrogen dan sumber dari campuran (hybrid) BBM. Diantara kesemuanya yang paling sering digunakan adalah mobil listrik dengan sumber utama baterai dikarenakan lebih murah, perawatan mudah, praktis serta dapat mengurangi emisi gas yang terbuang (Chau, 2009). Pengembangan mobil listrik di Indonesia dimulai awal tahun 2010 dengan dukungan Kemendikbud, 5 PTN yaitu UNS, ITB, ITS, UGM dan UI diberikan kesempatan untuk mengembangkan Mobil Listrik Nasional atau yang sering OLINA, dalam hal pengembangan di Indonesia sendiri telah dimulai berbagai riset mengenai penyempurnaan kontrol listrik serta efisiensi penggunaan energi dan desain bodi mobil listrik telah dilakukan di tahun 2012. Selain itu juga telah dilakukan kerjasama dengan berbagai instansi (LIPI, BPPT, dan DIKTI), benchmarking dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri (PT. INKA madiun, PT. PINDAD Bandung, Korea, Cina, dan lain sebagainya), serta sosialisasi ke masyarakat luas agar dapat memaksimalkan kerja dan proses pengembangan Mobil Listrik Nasional. Pengembangan MOLINA di UNS sendiri telah dimulai suatu pengembangan rekayasa mobil listrik yang dikenal dengan nama SmarT. Selanjutnya pada tahun 2012 UNS melalui SmarT dikembangkan menjadi SmarT EV. 2. 2.1.2 Perbandingan Mobil Listrik SmarT dengan Mobil Listrik Lain Prototype mobil listrik buatan UNS yaitu SmarT telah dikembangkan menjadi SmarT EV.2. Dalam pengembangannya juga di fokuskan kepada komponen yang ada pada dashboard. Komponen yang terdapat pada dashboard SmarT masih terlalu sederhana. Berikut tabel 2.1 menunjukkan perbandingan mobil listrik SmarT dengan mobil listrik terbaru ditahun 2014. commit to user II-2

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Mobil Listrik Perbandingan Kendaraan jenis Mock Up No keterangan Honda Fit EV Ford Focus Electric Mitsubishi I-Miev Nissan Leaf (2014) MOLINA SmarT (2014) (2014) (2014) (2012) 1 Harga total Rp. 448.980.000,00 Rp. 396.240.000,00 Rp. 431.940.000,00 Rp. 287.940.000,00 Rp. 566.688.000,00 2 Tipe Emisi Zero Emission Zero Emission Zero Emission Zero Emission Zero Emission Vehicle Vehicle Vehicle Vehicle Vehicle 3 CD Player Standar Standar Standar Standar tidak tersedia 4 MP3 Player Standar Standar Standar Standar tidak tersedia 5 Auxillary Input Audio Jack Standar Standar Standar Standar tidak tersedia 6 Tempat Minum Standar Standar Standar Standar tidak tersedia 7 Laci Depan Standar Standar Standar tidak tersedia tidak tersedia 8 Panjang 162 " 175" 172,9" 144,7" 153,5" 9 Lebar 67,7" 69,7" 71,8" 62,4" 66,7" 2.2 City car Mobil city car adalah jenis mobil yang cocok dipakai didalam perkotaan. Hal tersebut dikarenakan mobil jenis ini memiliki bodi yang kecil yang dianggap lebih lincah untuk daerah perkotaan yang padat dan macet. City car juga diklaim sebagai mobil yang praktis dan lebih efektif digunakan untuk daerah perkotaan dan cocok untuk gaya mengemudi stop and go yang lebih banyak diterapkan pada kemacetan lalu lintas kota. Pada umumnya mobil city car adalah mobil empat pintu yang berukuran kecil dan memiliki bodi yang lebih pendek, biasanya tanpa Gambar 2.1 Perbedaan Mobil Biasa dengan Mobil City car Sumber: Wikipedia (2014) commit to user II-3

Pada gambar menjelaskan perbedaan mobil city car dan mobil biasanya. Pada mobil biasa biasanya terbagi atas tiga ruas yaitu A-B ruas kursi pengemudi dan kursi depan, B-C ruas kursi belakang/kursi penumpang dan C-D ruas ruang untuk bagasi/ kursi penumpang paling belakang. Berbeda dengan mobil city car yang hanya terdiri dari dua ruas yaitu ruas A-B adalah kursi depan dan kursi pengemudi serta B-C adalah kursi belakang yang bisa menjadi satu dengan bagasi mobil. 2.3 Ergonomi Manusia memegang peranan yang sangat penting dalam perancangan suatu sistem kerja. Hal tersebut sangatlah memungkinkan, karena dalam perancangan harus dapat merencanakan, mengendalikan, serta mengevaluasi sistem kerja agar dapat menghasilkan keluaran yang baik. Dalam suatu sistem kerja, bekerjanya seseorang tidak akan lepas dari pengaruh berbagai dorongan baik langsung maupun tidak langsung yang datangnya dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik tersebut, sebelumnya harus dapat mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia, yang mana semua hal tersebut dapat dipelajari secara sistematis dalam ergonomi. Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri atas kata dasar dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2008). Istilah ergonomi untuk berbagai wilayah berbeda-beda, seperti halnya di Jerman mereka memberi istilah Arbeltswissenchraft, kemudian di daerah negaranegara Skandinavia memberi istilah Bioteknologi, dan untuk negara-negara di bagian Amerika sebelah utara memberi istilah Human Engineering atau Human Factors Engineering. Pada dasarnya Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang commit to user II-4

dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979). Mc Cormick, dalam buku Human Factor in Engineering and Design memberikan pengertian ergonomi kedalam bagian-bagian berikut ini: a) Fokus utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas, dan lingkungan yang dibuat oleh manusia yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya. b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat manusia ada dua hal : - Untuk meningkatkan efektifitas fungsional dari penggunaannya. - Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value, seperti halnya kesehatan, keselamatan, dan kepuasan kerja. c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematis dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. 2.3.1 Perkembangan Ergonomi Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat bergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk megurangi ganasnya alam pada saat itu. Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaan berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat pada alat-alat batu runcing yang commit to user II-5

bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru di abad ke-20 ini orang mulai mensistematiskan cara-cara perbaikan tersebut khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu caba (Sutalaksana, 1979). Perkembangan ergonomi modern sendiri dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilbert (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada zaman perang dunia I untuk mengoptimasikan pabrik-pabrik pada tahun 1924-1930 di Hawthorne Works of Western electric, Amerika, dilakukan Hawthrone Effect ercobaan ini memberikan suatu konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukkan adanya hubungan fisik yang langsung antara manusia dan mesin. Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri paha sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit). Hal ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual pada postur kerja, desain suatu perkakas kerja (hands tools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan menghasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kerja dan hilangnya resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat (Nurmianto, 2008). Ergonomi dibagi kedalam empat kelompok utama, yaitu (Sutalaksana dkk., 1979): commit to user II-6

1. Anthropometri Menitikberatkan pada nilai ukuran ukuran yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia. Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data anthropometri dengan ilmu statistik yang menjadi prasarat utama. 2. Biomekanik Menitikberatkan pada aktivitas aktivitas manusia ketika bekerja dan cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. 3. Display Menitikberatkan pada bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan pada manusia. 4. Lingkungan Menitikberatkan kepada fasilitas-fasilitas dan ruangan ruangan yang biasa digunakan oleh manusia dan kondisi lingkungan kerja karena kedua hal tersebut banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. 2.3.2 Ergonomi Automotif Ilmu ergonomi dapat diaplikasikan dimana saja, termasuk yang penting yaitu pada automotif. Ergonomi memiliki peranan penting dalam mendesain dimensi automotif yang disesuaikan dengan dimensi anthropometri pengemudi. Gambar 2.2 Anthropometri Pengemudi dalam Mendesain Mobil Sumber: Peacock (1993) commit to user II-7

2.4 Display Alat peraga yaitu display menyampaikan informasi kepada organ tubuh manusia dengan berbagai macam cara. Penyampaian informasi tersebut didalam sistem manusia mesin adalah merupakan suatu proses yang dinamis dari dari suatu presentasi visual indera penglihatan. Disamping itu keterandalan proses tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh desain dari alat peraganya. Banyak desain display yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan yang memadai tentang nilai fungsionalnya. Oleh karenanya pada saat ini sudah waktunya untuk mengadakan pemikiran kritis yang beranjak dari prinsip-prinsip dasar ergonomi. Kebanyakan desain tersebut lebih mengutamakan faktor kesan (impression) dari pada faktor fungsionalnya, sehingga tidak sedikit jumlah kecelakaan kerja operator. Kecelakaan tersebut dapat diakibatkan oleh salah satu faktor dari beberapa faktor: kesalahan baca, kelambatan dalam mengintrepetasikan data atau informasi, dan lain-lain. Hal tersebut tentu dapat diminimumkan dengan mendesain alat peraga yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Display adalah bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana dkk.,, 1979). Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima pada indra manusia baik langsung maupun tidak langsung biasanya berbentuk energi seperti cahaya, suara, tekanan, gelombang, dan lain-lain. Display berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang menghubungkan. antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia (Nurmianto, 1991). Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Sebagai contoh display Tachometer yang ergonomi adalah: 1. Desain cakra yang runcing, menunjuk pada skala, warna kontras dengan dasar yang menyala dilengkapi dengan fosfor atau lampu. 2. Angka tidak tertutup oleh cakra. 3. Background cerah dan mudah terbaca. Berikut adalah ciri-ciri display yang baik: 1. Dapat menyampaikan pesan. commit to user II-8

2. Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian. 3. menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian. 4. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat dan dibaca. 5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas dan jelas. 6. menggunakan huruf yang baik sehingga mudah di baca. 7. Realistis sesuai dengan permasalahan. 8. Tidak membosankan. Sehubungan dengan lingkungan display dapat dibagi kedalam dua kelas yaitu : a) Display dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dan sesuai dengan variabelnya. Contohnya adalah speedometer, Tachometer b) Display statis merupakan informasi tentang sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu. Contohnya adalah kaca spion, tape. 2.4.1 Penerapan Ilmu Ergonomi dalam Display Penerapan ilmu ergonomi dalam display yaitu meliputi: 1. Untuk mempermudah pengamatan panel instrumen tersebut, maka instrumeninstrumen pada panel tersebut disusun pada satu kelompok tempat di bawah posisi roda kemudi. Ukuran instrumen tersebut dibuat lebih kecil dari diameter roda kemudi. 2. Penentuan letak panel instrumen terhadap kedudukan garis pandangan horisontal pengemudi adalah sekitar 350 o. Hal ini didasarkan pada harga optimal sudut rotasi mata, terutama antara melihat depan dengan melihat ke panel instrumen. Gambar 2.3 Area Penglihatan Dimana Kepala dan Mata Diam Sumber: Nurmianto (2012) commit II-9 to user

Gambar 2.4 Area Penglihatan Dimana Kepala Diam dan Kedua Mata Boleh Digerakkan. Sumber: Nurmianto (2012) Dari gambar diatas menunjukan bahwa penglihatan rekomendasi maksimum untuk kepala dan mata diam adalah 30 o. Sedangkan area penglihatan yang dimana kepala diam dan kedua mata dapat digerakkan adalah antara 15 o -95 o apabila area penglihatan melebihi batas tersebut maka akan membuat mata menjadi cepat lelah dan leher terasa sakit. Oleh karenanya dashboard yang baik adalah dashboard yang memiliki indikator mesin yang terletak didepan pengemudi sehingga pengemudi tidak perlu untuk menoleh dalam melihat indikator. Gambar 2.5 Gambar Area Penglihatan Optimum. Sumber: Nurmianto (2012) Pemilihan huruf dan angka yang tepat pada instrumen memang harus dipertimbangkan agar dapat terbaca dengan jelas. Hal-hal yang dapat jadi pertimbangan : Latar belakang warna huruf dan angka. Besar huruf dan angka. commit to user II-10

Cahaya penyinaran. Jarak pembacaan. 2.4.2 Ergonomi Visual Ada tiga bidang utama dalam ergonomi visual yaitu lingkungan fisik, kemampuan visual individu, dan tugas kerja. Dikatakan bahwa sebuah lingkungan fisik dengan kemampuan visual yang tidak cukup akan meningkatkan risiko kelelahan mata, ketidaknyamanan muskuloskeletal, sakit kepala yang dapat mempengaruhi kinerja individu. Menurut AFS dalam The Swedish Work Environmental Authority (SWEA) telah menerbitkan Belastnings ergonomi (di Swedia) "Fisik Beban Kerja dan Ergonomi" yang berisi peraturan dan saran yang menyatakan bahwa kondisi visual yang harus diselidiki untuk melihat apakah ada pengaruh negatif mempengaruhi pekerjaan postur dan gerakan (Nurmianto, 2012). IEA (International Ergonomi Association) mendefinisikan ergonomi visual yang telah disetujui oleh Panitia Teknis Ergonomi Asosiasi Internasional untuk Visual Ergonomi (Nurmianto, 2012): 1. Visual ergonomi adalah multidisiplin ilmu yang bersangkutan dengan pemahaman manusia akan proses visual dan interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem. 2. Visual ergonomi berlaku teori, pengetahuan dan metode untuk desain dan penilaian terhadap sistem, mengoptimalkan kenyamanan dalam pekerjaan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Topik yang relevan meliputi, antara lain: lingkungan visual, seperti pencahayaan; fungsi dan kinerja visual; kenyamanan visual dan keamanan; koreksi alat bantu visual dan optik lainnya. 2.4.3 Alat Peraga Visual Kuantitatif Tujuan dari alat peraga kuantitatif adalah untuk memberikan informasi tentang nilai kuantitatif dari suatu variabel. Pada banyak kasus variabel selalu berubah atau mempunyai kecenderungan untuk berubah. Seperti kecepatan dan Temperature. McCormick dan Sanders (1987) menyatakan terdapat tiga alat peraga kuantitatif yang konvensional yaitu: commit to user II-11

a. Skala tetap dengan jarum penunjuk berputar.(fixed scale with moving pointer). b. Skala berputar dengan jarum penunjuk tetap.(moving scale with fixed pointer). c. Alat peraga numeric (digital display) Tabel 2.2 Tipe Diplay Visual Kuantitatif Type of Display Moving Pointer Fixed Marker Moving Scale Digital Counter Ease of Reading Acceptable Acceptable Very Good Detection of Change Very Good Acceptable Poor Setting to a Reading or Controlling a Process Very Good Acceptable Acceptable Sumber: McCormick dan Sanders (1987) Dari tabel 2.2 yang ada maka dapat diketahui yaitu dalam hal kemudahan pembacaan alat peraga digital sangat bagus untuk dipakai (very good) namun skala tetap dengan jarum penunjuk berputar dan skala berputar dengan jarum penunjuk tetap masih dapat diterima untuk pembacaan (acceptable). Dalam hal deteksi perubahan pembacaan alat peraga digital sangat buruk, berbeda dengan skala tetap dengan jarum penunjuk berputar yang sangat baik untuk digunakan, skala berputar dengan jarum penunjuk tetap masih dapat diterima untuk pembacaan (acceptable). Dalam hal pengaturan untuk membaca dan mengendalikan proses skala tetap dengan jarum penunjuk berputar yang sangat baik untuk digunakan dan skala berputar dengan jarum penunjuk tetap serta alat peraga digital masih dapat diterima untuk pembacaan (acceptable). 2.4.4 Perancangan dasar Kuantitatif untuk Pembacaan Kualitatif Menurut Elkin data kuantitatif dapat dipakai sebagai dasar untuk pembacaan kualitatif (Nurmianto, 2012). Paling sedikit ada tiga cara yaitu (1) untuk menentukan status atau kondisi dari suatu variabel (Misalnya apakah Temperature suatu instrumen pengukur yang terdapat pada mobil telah dingin, normal atau panas); (2) untuk menjaga suatu kondisi nilai tertentu (misalnya commit II-12 to user

menjaga kecepatan mobil agar tetap diantara 80-88 km/jam); (3) mengamati kecenderungan perubahan, kecepatan perubahan dan lain-lain. Menurut Heglin dalam mempertimbangkan untuk memilih alat peraga analog ada beberapa alternatif (Nurmianto, 2012): 1. Secara umum dipilih jarum penujuk bergerak dengan skala tetap (moving pointer, fixed scale). 2. Jika nilai dari variabel numeric - thermometer dengan jarum penunjuk bergerak (moving pointer). 3. Tidak dicampur-adukkan berbagai macam penggunaan indikator skala dan jarum penunjukknya, untuk menghindari kesalahan baca yang diakibatkan informasi yang bersifat antagonis (berlawanan). 4. Agar didapat kompatibilitas yang tinggi, maka arah gerakan dari control/ pengendali dan alat peraga (display-nya) harus jelas. 5. Perubahan pergerakan/perubahan variabel kuantitas adalah penting bagi pengamat, lebih-lebih jika dengan menggunakan jarum penunjuk yang bergerak (moving pointer). 6. Jika diinginkan adanya nilai numeric, maka skala bergerak (moving scale) open window yang dimaksud adalah lebih baik jika digital atau counter, display). 2.5 Dashboard Dashboard sebuah mobil adalah suatu perangkat komunikasi yang relay informasi penting kepada pengemudi. Memanfaatkan berbagai macam sensor dan peralatan canggih (on-board), sehingga kendaraan dapat mendiagnosa sendiri berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi dan kinerja. Dengan kemajuan dalam teknologi otomotif yang modern, jumlah potensi masalah dashboard dapat memperingatkan pengemudi tentang peningkatan yang dramatis. Info grafik ini memberikan gambaran tentang lampu peringatan mobil yang paling umum dan universal digunakan, apa yang dimaksud dan bagaimana pengemudi harus bertindak setelah diterangi. Setiap mobil memiliki set tersendiri dari spesifikasi commit to user II-13

lampu peringatan dashboard dan informasi yang tepat berkaitan dengan masingmasing dapat ditemukan dari dalam buku pegangan sopir. Di dalam pembuatan dashboard pada SmarT EV.2 terinspirasi dari badak Jawa yang merupakan spesies asli Indonesia, dilihat dari bentuk fisiknya, badak jawa terlihat lebih kecil daripada badak yang lain sehingga dalam aplikasi penggambaran bentuk dashboard mobil, ukuran slim sangat ditonjolkan sebagai suatu keindahan. Desain dashboard yang berlipat-lipat di bagian tengah juga terinspirasi dari kulit badak yang berlipat dan bermosaik menyerupai baju baja yang terlihat kesan dashing. Kesan yang kuat, maskulin, dan sangat cocok untuk desain dashboard. 2.6 Komponen pada dashboard Setiap mobil terdapat dashboard yang memiliki fungsi untuk menempatkan beberapa komponen dalam dashboard seperti radio/tape/cd, tempat minuman, laci, tombol-tombol kontrol AC, serta indikator-indikator kendaraan. Indikator-indikator kendaraan pada umumnya berupa speedometer, Tachometer, petunjuk BBM, petunjuk suhu mesin, petunjuk oli, petunjuk pengisian accu, indikator handbrake, engine check, indikator belok, hazard dan indikator lampu jauh (beam). Indikator-indikator tersebut sangat penting fungsinya untuk pengemudi dalam menjalankan kendaraannya guna keselamatan diperjalanan. Indikator yang dibahas pada SmarT EV.2 hanya ada empat macam dikarenakan indikator tersebut memiliki peran yang paling penting yaitu: 2.6.1 Speedometer Gambar 2.6 Speedometer Sumber: Wikipedia (2014) Speedometer merupakan petunjuk kecepatan kendaraan, umumnya dalam ukuran km per jam, tetapi beberapa jenis kendaraan menerapkan mil per commit to user II-14

jam. Dalam speedometer tersebut tertera angka dari 0 s.d. 180 km per jam atau bahkan pada mobil sport ada yang s.d. 300 km/jam. Angka yang tertera tersebut merupakan angka kecepatan teoritis, yang mana untuk mencapai kecepatan maksimum tentunya dengan asumsi kondisi kendaraan masih prima baik mesin maupun sasis. Indikator ini ditunjukan oleh jarum (sistem analog) atau angka (sistem digital). Dengan indikator ini pengemudi dapat membaca kecepatan kendaraan melaju dijalan, dengan demikian pengemudi dapat mempertimbangkan keamanan berkendara disesuaikan kondisi jalan serta pertimbangan antisipasi pengereman. Pada speedometer analog berupa jarum digerakan dengan mengukur kecepatan roda berputar melalui gear dan dihubungkan dengan kabel baja yang secara berkesinambungan berputar seiring dengan berputarnya roda/ban. Dengan demikian ukuran lingkar ban berpengaruh terhadap pembacaan speedometer. Biasanya setiap kendaraan sudah ditentukan spesifikasi ukuran ban yang diperbolehkan. Makin dikecilkan ukuran lingkar ban dari yang seharusnya, maka semakin cepat berputar dan semakin cepat speedometer terangkat, begitupun sebaliknya. Perbaikan speedometer sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Peacock dkk. (1993) dalam penelitiannya di buku Automotive Engineering yaitu: A. Bentuk Speedometer Sesuai Standar Peacock Perancangan speedometer terpilih yaitu skala tetap dengan jarum penunjuk berputar (fixed scale with moving pointer). Bentuk yang cocok dam efektif dipakai adalah circular dials alasannya karena skala ini sangat diterima untuk pembacaan, sangat bagus untuk mendeteksi perubahan dan sangat bagus dalam mengendalikan proses. Pembacaan secara searah jarum jam juga akan meningkatkan dan memudahkan cara baca. Gambar 2.7 menunjukkan ukuran speedometer optimal - - 10,2 cm. ukuran speedometer dengan tingkat akurasi yang tinggi adalah 1,2 cm- 15,2cm. commit to user II-15

Gambar 2.7 Circular Dials Sumber: Peacock dkk. (1993) B. Ukuran Huruf Speedometer Sesuai Standar Peacock Besar huruf dan angka pada tahapan speedometer SmarT EV.2 besar angka disesuaikan agar dapat terlihat dan tidak tertutup oleh jarum/cakra sehingga dalam hal ini angka dibuat agak lebih besar dari jarum penunjuk. C. Penunjuk dan Latar Belakang Warna Speedometer Sesuai Standar Peacock Gambar 2.8 menunjukkan latar belakang warna penunjuk/indek idealnya dibuat 2 kali lebih lebar untuk hitam pada putih. Besar penunjuk minor yang Gambar 2.8 Indeks Penunjuk Sumber: Peacock dkk. (1993) commit to user II-16

D. Jarum Penunjuk/ Pointers Speedometer Sesuai Standar Peacock Gambar 2.9 menunjukkan proporsi untuk jarum penunjuk adalah 4; 5; 6 sesuai gambar 2.9. 2,5cm. Pointer dan indeks dengan warna yang sama. 2.6.2 Temperature Gambar 2.9 Jarum Penunjuk Sumber: Peacock dkk. (1993) Gambar 2.10 Temperature Sumber: Wikipedia (2014) Indikator yang menunjukkan suhu pada mesin. Skala Temperature/suhu ditunjukan dengan huruf C (cold) dan H (Hot). Dalam keadaan suhu mesin normal jarum berada pada posisi tengah antara C dan H. Suhu normal mesin umumnya pada kisaran 70-80 derajat celcius. Lebih dari suhu tersebut maka akan menyebabkan terjadinya over heating. Over heating akan berakibat pada silinder commit to user II-17

head mesin melengkung sehingga terjadi kebocoran kompresi yang selanjutnya yaitu mesin mati. A. Bentuk Temperature Meter Sesuai Standar Peacock Perancangan temperaturemeter terpilih yaitu untuk dashboard SmarT EV.2 secara ergonomi visual yang baik menggunakan skala berputar dengan jarum penunjuk tetap (moving scale with fixed pointer). Gambar 2.11 menunjukkan bentuk temperature meter yaitu cocok adalah zone code dials skala ini sangat diterima untuk pembacaan, mendeteksi perubahan dan dalam mengendalikan. Gambar 2.11 Zone Code Dials Sumber: Peacock dkk. (1993) B. Latar Belakang Warna Temperature Meter Sesuai Standar Peacock Untuk latar belakang warna penunjuk/indek idealnya dibuat 2 kali lebih lebar untuk hitam pada putih. 2.6.3 Battery Charging Gambar 2.12 Battery Charging Sumber: Wikipedia (2014) commit to user II-18

Skala indikator untuk ketersediaan baterai sebagai sumber bahan bakar di mobil. Skala ditunjukkan dengan huruf E (empty) dan F (Full). Biasanya skala yang digunakan pada baterai adalah skala alat peraga numeric/digital. Perbaikan battery charging meter sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Peacock dkk. (1993) dalam penelitiannya di buku Automotive Engineering yaitu: A. Bentuk Battery Charging Battery Meter Sesuai Standar Peacock Gambar 2.13 perancangan battery charging meter terpilih yaitu untuk dashboard SmarT EV.2 secara ergonomi visual yang baik menggunakan skala penunjuk digital dengan bentuk grafik karena sangat bagus untuk pembacaan, dapat diterima dalam mengendalikan proses walaupun masih buruk dalam hal mendeteksi perubahan. Gambar 2.13 Gambar Grafik Digital Sumber: Peacock dkk. (1993) 2.7 Material Material yang biasanya dipakai dalam pembuatan dashboard mobil listrik ada dua macam material yaitu: 2.7.1 Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) Acrylonitrile butadiene styrene (akrilonitril butadiene stirena, ABS) termasuk kelompok engineering thermoplastic yang berisi 3 monomer pembentuk. Akrilonitril bersifat tahan terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas. Butadiene memberi perbaikan terhadap sifat ketahanan pukul dan sifat liat (toughness). Sedangkan stirena menjamin kekakuan (rigidity) dan mudah commit to user II-19

diproses. Beberapa grade ABS ada juga yang mempunyai karakteristik yang berfariasi, dari kilap tinggi sampai rendah dan dari yang mempunyai impact resistance tinggi sampai rendah. Berbagai sifat lebih lanjut juga dapat diperoleh dengan penambahan aditif sehingga diperoleh grade ABS yang bersifat menghambat nyala api, transparan, tahan panas tinggi, tahan terhadap sinar UV a. Kelebihan 1. ABS dikenal plug and play dan kerapian tanpa perlu adanya fitting. 2. Serat plastik memiliki pori-pori sehingga hasil cat lebih kuat. 3. Ketebalan bahan setara dengan bumper original/oem. b. Kekurangan: 1. Plastik memiliki kelenturan pada tingkat tertentu sehingga ketika terjadi hantaman/ gesrot akan penyok tidak pecah seperti fiber, dan untuk merestorasinya lebih repot. 2. Pilihan model yang terbatas karena menggunakan material plastik, untuk mengejar produksi masal. 3. Harga masih tinggi karena memang kualitas yang baik. 2.7.2 Fiberglass Fiberglass ialah pencampuran resin dengan katalis/hardener yang harus dijadikan polimer. Hardener ini yang akan membantu resin menjadi polimer dan menjadi keras. Untuk memperkuatnya ditambahkan fiber (woven roving/mat) didalam adonan resin +hardener = jadilah apa yang disebut sebagai fiberglass meskipun lebih tepatnya disebut GFRP. Fiberglass Reinforce Plasstic (FRP) merupakan suatu tipe material komposit yang merupakan hasil perpaduan dari penyatuan material fiberglass, resin, gelcoat, dan pigmen dengan komposisi tertentu dimana penggabungan dari material material tersebut akan menghasilkan suatu bahan yang memiliki karakteristik yang unik yang dapat mendukung kebutuhan material. a. Kelebihan 1. Pilihan model beragam dan dapat dikreasikan sendiri sesuai keinginan (custom). commit to user II-20

2. Fiber biasanya memiliki moulding / cetakan sehingga barang yang dibuat tidak terlalu berat dan harga yang terjangkau. 3. Apabila terjadi hantaman / gesrot fiberglass lebih mudah diperbaiki. b. Kekurangan 1. Masih memerlukan sedikit fitting agar lebih rapi. 2. Serat fiberglass tidak memiliki pori-pori sehingga dalam pengecatan memerlukan keahlian khusus. 2.8 Kanopi Gambar 2.14 Kanopi dashboard Kanopi merupakan salah satu bagian dari dashboard yang menjorok kedepan yang memiliki fungsi untuk mencegah silau atau pantulan cahaya yang berasal dari arah depan maupun samping agar pengemudi mobil dapat melihat indikator dengan jelas. Secara umum bentuk kanopi ada yang lebar dan tertutup seluruhnya namun ada juga yang hanya menutup cahaya pada bagian atas. 2.9 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari beberapa fase, fase tersebut meliputi 6 fase yaitu meliputi fase Planning, fase Concept Development, fase System-level Design, fase Detail Design, fase Testing and refinement dan fase Production ramp up. Setiap fase dalam proses perancangan dan pengembangan produk beserta metode-metode terintegrasi dari setiap fasenya (Ulrich dan Eppringer, 2001). Langkah- langkah dalam proses percangan produk yaitu perancangan desain ususlan dashboard mobil listrik SmarT EV.2 yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi kebutuhan pelanggan. commit II-21 to user

2. Penentuan spesifikasi rancangan. 3. Penyusunan alternatif konsep. 4. Pemilihan konsep produk yang terbaik. 2.10 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah bagian yang berhubungan erat dengan proses pengembangan produk, penurunan, dan menetapkan spesifikasi produk. Menurut Urich (2001) ada 5 tahapan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari pelanggan yaitu: 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan Pengumpulan data awal atau data mentah ini berkaitan dengan konsumen dan pengalaman dari penggunaan produk yang dikembangkan. Ada tiga metode yang dipakai dalam pengumpulan data awal yang banyak digunakan. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data mentah Antara lain wawancara, focus discussion, observasi produk saat digunakan, dan datadata yang diperoleh didokumentasikan. Disini metode yang sering dipakai yaitu metode wawancara dikarenakan metode tersebut relatif hanya memiliki biaya ringan serta melalui wawancara dapat mengetahui dan merasakan kondisi dari penggunaan produk tersebut. Metode wawancara yang dilakukan adalah dengan mewawancarai 10-50 responden tergantung kebutuhan untuk mendapatkan data yang dianggap audah cukup dan metode wawancara akan dihentikan apabila tidak ada lagi kebutuhan baru akan konsep yang terungkap. Di dalam metode wawancara pertanyaan yang sering diajukan di dalam wawancara yaitukapan dan mengapa menggunakan produk, contoh penggunaan produk, apa yang disenangi dari produk yang ada saat ini, hal yang perlu di pertimbangkan serta perbaikan yang diharapkan untuk produk. 2. Menginterpretasikan data mentah yang didapat menjadi kebutuhan dari pelanggan Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Pedoman yang dipakai dalam mengintrepetasikan commit to user II-22

han spesifiknya sama dengan data awal, menggnakan pernyataan positif, ekspresikan kebutuhan sebagai bagian dari 3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hirarki Bertujuan untuk mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan menjadi hirarki. Hasil dari pengorganisasian menghasilkan suatu daftar yang berisi kebutuhan primer yang masing-masing tergolong lebih lanjut membentuk kebutuhan sekunder. 4. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan Merupakan proses identifikasi kebutuhan dari pelanggan yaitu menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan yang dihasilkan pada langkah sebelumnya. Hasil akhirnya adalah bobot kepentingan berupa nilai untuk kebutuhan. 5. Merefleksikan hasil dan proses Langkah yang terakhir adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. 2.11 Penentuan Spesifikasi Rancangan Terdapat dua tahapan dalam menentukan spesifikasi dari rancangan yaitu yang pertama membuat target spesifikasi dan yang kedua adalah menentukan spesifikasi akhir. Target spesifikasi dibuat setelah kebutuhan pelanggan diidentifikasi. Ketika konsep telah terpilih maka selanjutnya mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain setelah itu periksa spesifikasi untuk sekali lagi. 2.12 Penyusunan Konsep Produk Kebutuhan pelanggan dan daftar spesifikasi produk adalah masukan atau input bagi tahap pengembangan konsep. Penyusunan konsep sendiri terdiri dari empat tahap, tahapan tersebut yaitu: 1. Penjelasan masalah Penjelasan masalah yang dimaksud mencakup pembangunan pengertian secara general yang selanjutnya permasalahan dipecah menjadi submasalah yang commit to user II-23

diperlukan atau disebut juga sebagai dekomposisi masalah. Dekomposisi masalah yang dapat dilakukan ada 3 yaitu: a. Dekomposisi fungsional yaitu memecah fungsi produk menjadi subfungsi yang mudah untuk diteliti b. Dekomposisi dengan mengacu kebutuhan pelanggan yaitu digunakan kepada produk yang tidak bekerja berdasarkan suatu prinsip atau teknologi. c. Dekomposisi dengan mengacu pada urutan gerak pengguna saat penggunaan produk yaitu digunakan pada saat interaksi pengguna dengan produk dengan fungsi teknis yang sederhana. 2. Pencarian eksternal Bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai dashboard mobil dari pengguna utama dan orang yang ahli di bidangnya. Hasilnya adalah berupa informasi tambahan untuk menyusun konsep desain dashboard. 3. Pencarian internal merupakan penggunaan dari pengetahuan dan kreativitas personal atau tim untuk memperoleh ide-ide yang mungkin untuk dikerjakan, menggunakan media grafik dan fisik. 4. Penggabungan konsep Penggabungan konsep dilakukan dengan cara mengkombinasikan bagian konsep-konsep solusi alternatif yang ada dengan menggunakan metode VanGundy. Konsep solusi dari pencarian internal dapat dilakukan dengan cara membuat analogi dan menggunakan metode galeri. Menurut VanGundy (1988) dalam buku Perancangan dan Pengembangan Produk yang dimaksud membuat analogi adalah dengan cara bertanya dengan diri sendiri, alat apa yang dapat mengerjakan hal serupa dalam area penerapan yang berbeda. Dari analogi tersebut selanjutnya memunculkan suatu konsep ide-ide yang baru sedangkan untuk menampilkan konsep ide-ide yang ada menjadi suatu gambar maka dibutuhkan metode galeri dalam menampilkan sejumlah besar konsep ide. Hasil dari pencarian eksternal juga dapat berupa suatu informasi-informasi tambahan yang dipakai dalam penyusunan generasi/ kumpulan ide-ide. commit to user II-24

2.12.1 Morphological chart Morphological chart menurut Yuliarty dkk. (2010) yaitu suatu daftar atau ringkasan dari analisis perubahan bentuk secara sistematis untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu produk dibuat. Dalam chart ini dibuat kombinasi dari berbagai kemungkinan solusi untuk membentuk produk-produk yang berbeda atau bervariasi. Kombinasi yang berbeda dari sub solusi dapat dipilih dari chart mungkin dapat menuju solusi baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Morphologi chart berisi elemen-elemen,. Komponen-komponen atau sub-sub yang lengkap yang dapat dikombinasikan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mendaftar/ membuat daftar yang penting bagi sebuah produk. Daftar tersebut haruslah meliputi seluruh fungsi pada tingkat generalisasi yang tepat. 2. Daftar setiap fungsi yang dapat dicapai yang menentukan komponen apa saja untuk mencapai fungsi. Daftar tersebut meliputi gagasan baru sebagaimana komponen-kom-ponen yang ada dari bagian solusi. 3. Menggambar dan membuat sebuah chart untuk mencantumkan semua kemungkinan-kemungkinan hubungan solusi. 4. Identifikasi kelayakan gabungan/ kombinasi sub-sub solusi. Jumlah total dari kombinasi tersebut mungkin sangat banyak sehingga pencarian strategi mungkin harus berpedoman pada konstrain atau kriteria. Tujuan utama dari metoda Morphological chart adalah untuk memperluas penelitian terhadap solusi baru yang mungkin. Morfologi yang dimaksud adalah mempelajari suatu bentuk atau susunan maka analisis morfologi adalah suatu usaha yang sistematis untuk menganalisa bentuk yang terdapat pada suatu mesin atau produk, dan grafik morfologi adalah penggambaran secara ringkas dari kesimpulan analisa ini. 2.13 Pemilihan Konsep Produk Pemilihan konsep produk merupakan proses evaluasi dengan kriteria kebutuhan konsumen dan kriteria lainnya, membandingkan kelebihan dan kekurangan dari setiap masing-masing konsep serta memilih satu atau lebih konsep yang terbaik untuk dijadikan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. commit to user II-25

Pemilihan konsep yang terstruktur akan membuat suatu perancangan yang sukses. Metode terstruktur yang digunakan untuk memilih konsep adalah sebagai berikut: 1. Penyaringan konsep (concept screening) Penyaringan konsep menggunakan sebuah konsep referensi untuk mengevaluasi berbagai macam konsep berdasarkan kriteria pemilihan. Penyaringan konsep didasarkan pada suatu metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh di tahun 1980-an dan sering disebut sebagai metode Pugh. Penyaringan konsep menggunakan sebuah perbandingan untuk memperkecil jumlah konsep yang dipertimbangkan lebih lanjut. Dalam penyaringan konsep melewati lima langkah pengerjaan, lima langkah yang dimaksud adalah: 2. Mempersiapkan matriks pemilihan Untuk mempersiapkan matriks, dipilih suatu media yang tepat untuk menuangkan konsep yang akan dibahas untuk selanjutnya matriks tersebut diisi dengan suatu inputan berupa konsep-konsep dan kriterianya. Konsep-konsep yang akan dibahas akan sangat baik jika digambarkan dengan penggambaran grafis dan deskripsi secara tertulis. Pada bagian atas terdapat konsep-konsep sedangkan pada bagian kiri terdapat kriteria-kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria dipilih berdasarkan kebutuhan pelanggan. Sebaiknya kriteria pemilihan dipilih karena mampu membedakan konsep satu dengan yang lain. Selanjutnya diberikan tambahan bobot kepeningan pada matriks. Dalam memberikan bobot pada kriteria cara berbeda dapat digunakan seperti menetapkan suatu nilai kepentingan dari 1 sampai 5 atau meletakkan nilai presentase dengan jumlah total 100% pada kriteria yang ada. 3. Menghitung nilai dari konsep - Penilaian tersebut diletakkan pada setiap sel matriks yang menunjukkan bagaimana perbandingan setiap konsep dengan konsep referensi terhadap setiap kriteria. Proses tersebut merupakan saran untuk menilai setiap konsep terhadap satu kriteria sebelum melanjutkan pada kriteria selanjutnya. commit to user II-26

4. Meranking setiap konsep Semua konsep yang telah dinilai yang ada selanjutnya dijumlahkan (nilai konsep didapat pada setiap konsep secara urut. Konsep yang memiliki nilai posotif yang lebih banyak berarti memilii ranking yang lebih tinggi. Selanjutnya menghitung nilai bobot, nilai bobot dapat dihitung dengan cara mengalikan baris nilai dengan kriteria. Total skor bagi setiap konsep adalah penjumlahan dari nilai-nilai bobot. 5. Menyatukan dan memperbaiki konsep Setelah setiap konsep dinilai dan diranking selanjutnya diperiksa setiap konsep yang ada apakah masuk akal atau tidak, sadari kekurangan dan kelebihan yang ada dan kemudian mempertimbangkan kemungkinan terdapatnya konsep yang dapat disatukan. 6. Memilih satu atau lebih konsep Pada beberapa kasus dapat dipilih konsep dengan skor lebih rendah dimana memiliki ketidakpastian lebih kecil daripada sebuah konsep dengan skor yang lebih tinggi yang mungkin tidak dapat berfungsi atau lebih baik tidak diinginkan hasil akhirnya. Berdasarkan pada matriks pemilihan, dapat diputuskan untuk memilih dua atau lebih konsep terbaik. Konsep tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut, dibuat prototype, dan diuji untuk mendapatkan umpan balik dari konsumen. commit to user II-27