PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. bab 4 yang telah dibuat mengenai perancangan kawasan dengan metode

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Lokasi : Jalan Halimah, Jakarta Selatan. : Kelurahan grogol selatan. : Kelurahan Kebayoran Lama. : Kelurahan Ulujami

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

PERMUKIMAN PADAT DENGAN METODE SUDS DI STREN KALI PESANGGRAHAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

PENATAAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI BUKIT DURI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Pengembangan RS Harum

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERENCANAAN

PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Jl. Tamansari No.1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan (Kamus Besar Bahasa

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

PEREMAJAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

PERTEMUAN 10 LIMPASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Transkripsi:

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT Carolina, Noegroho, Yanita Mila Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 534 5830, Email : carollinxu@gmail.com ABSTRACT The research is aims to design neighborhoods with starting point on sustainable urban drainage systems so as to meet the needs of residents for space and activities in order to provide a sense of comfort with regard to water quality and the environment. The research method used is a mixture of methods with qualitative and quantitative. Analyses were performed with the application of analyzes and calculations of urban storm water runoff to the implementation of sustainable urban drainage systems to calculate the need for extensive media such sustainable urban drainage systems. The results that the design of a drainage area should be based of a broader scope, not only of the tread design. Concluded, the design approach to sustainable urban drainage systems can improve the quality of life of a dense region that has experienced loss of quality.(c) Keywords : Settlement, Sustainable Urban Drainage Systems, Srengseng, Jakarta Barat ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk merancang permukiman yang bertitik tolak pada sustainable urban drainage systems sehingga dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman dengan tetap memperhatikan kualitas air dan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran dengan kualitatif dan kuantitatif. Analisis dilakukan dengan penerapan analisis-analisis perkotaan dan perhitungan limpasan air hujan untuk penerapan sustainable urban drainage systems untuk menghitung kebutuhan luas media sustainable urban drainage systems tersebut. Hasil penelitian bahwa dalam perancangan suatu kawasan bertitiktolak drainase harus dari lingkup yang lebih luas, tidak hanya dari tapak perencanaan. Disimpulkan bahwa perancangan dengan pendekatan sustainable urban drainage systems dapat memperbaiki kualitas kehidupan kawasan padat yang telah mengalami penurunan kualitas.(c) Kata Kunci : Permukiman, Sustainable Urban Drainage Systems, Srengseng, Jakarta Barat 1

PENDAHULUAN Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat dengan jumlah 10.187.595 jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta 2011. Bertambahnya jumlah penduduk yang pesat menyebabkan daerah-daerah yang masih kosong seperti bantaran kali menjadi tempat tujuan bagi para pendatang dari kalangan ekonomi kelas bawah dan akhirnya menjadi pemukiman liar dan kumuh. Pemukiman kumuh tersebut menimbulkan berbagai permasalahan seperti pencemaran lingkungan dan kesemerawutan kawasan. Hal tersebut berakibat pada timbulnya sumber penyakit pada lingkungan tempat tinggal dan memperburuk estetika kawasan. Permasalahan lainnya juga dapat terjadi pada daerah sungai. Pertumbuhan pemukiman yang tidak terkendali dan liar tersebut juga mengakibatkan berkurangnya area limpasan dan resapan air ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi banjir pada musim hujan. Masalah ini juga berakibat pada penurunan permukaan tanah kota Jakarta yang disebabkan oleh tidak adanya air tanah yang meresap kembali ke dalam tanah. Penanggulangan masalah banjir sudah direncanakan dengan adanya sistem drainase kota dengan metode konvensional. Drainase metode konvensional tersebut didesain untuk kuantitas, yaitu mencegah banjir dengan pembuangan air secepat mungkin. Akan tetapi, metode tersebut tidak dapat mengatasi kualitas aliran air yang rendah dan mengandung polusi sehingga menyebabkan permasalahan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, penerapan SUDS di area pemukiman kumuh dan kurangnya pengelolaan air perlu dilakukan. Salah satu area yang memenuhi kriteria untuk perbaikan tersebut ialah di Srengseng, Jakarta Barat. Area tersebut dinilai kurang baik karena banyaknya pemukiman kumuh dimana kualitas infrastrukturnya dan kondisi rumah-rumahnya tidak memenuhi persyaratan suatu permukiman ideal. Contohnya seperti minimnya drainase yang tersedia, pembuangan sampah tidak pada tempatnya, dan pemanfaatan air tanah berlebihan. Adapun jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan seperti yang dilakukan oleh Mustika Anggraeni dan kawan-kawan dalam penelitian The Effectiveness of Bio-Pore As An Alternative Eco Drainage Technology to Control Flooding in Malang City (Case Study: Metro Sub- Watershed) serta An Innovative Sustainable Approach On Urban Drainage System of Manado City oleh Liany A. Hendratta dan kawan-kawan. Kedua jurnal tersebut memfokuskan pada penelitian desain inovatif dalam pencapaian sistem drainase berkelanjutan sehingga dapat mengatasi permasalahan drainase kota. Metode yang dipergunakan yaitu metode kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder dari lapangan. Hasil dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem drainase berkelanjutan tidak hanya untuk mengalirkan kelebihan air dari daerah perkotaan tetapi juga mendukung konservasi tanah dan air. Nilai lebih dan terkini pada penelitian ini mengenai tentang desain inovatif pengaplikasian sustainable urban drainage systems pada kawasan permukiman padat penduduk dengan menerapkan gabungan beberapa metode dari SUDS tersebut. Rumusan masalah pada penelitian ini ialah mengenai jumlah penduduk yang tidak terkendali menyebabkan kurangnya area tempat tinggal memadai memicu menurunkan kualitas kehidupan serta sistem drainase pada daerah padat penduduk yang tidak mendukung. Tujuan penelitian ialah untuk merancang permukiman bertitik tolak pada sustainable urban drainage systems sehingga dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman. Selain itu, diharapkan dengan topik tersebut dapat menjadi contoh untuk pembangunan-pembangunan selanjutnya sehingga kota Jakarta dapat menjadi kota layak huni. Urban atau Perkotaan Urban (kawasan perkotaan) memiliki artinya sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan uraian Gordon Cullen dalam buku The Concise Townscape, disimpulkan tiga hal, yaitu: 1. Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama, kota disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas- 2

aktivitas penghidup. Keduanya merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas manusia tersebut. 2. Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat yang menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi perkembangan masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, art of environment perlu ditekankan dalam urban design. 3. Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam lingkungan atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi waktu. (Cullen, Gordon. 1961. The Concise Townscape. London: Architectural Press) Permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, pasal 1(5)). Permukiman yang dimaksudkan dalam undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna. (Kumurur, 206) Sustainable Urban Drainage System Istilah sistem drainase berkelanjutan belum memiliki istilah umum yang disepakati bersama. Di Inggris sistem ini dikenal dengan nama sustainable urban drainage system (SUDS), sementara pendekatan pengelolaan air hujan ini di Amerika dikenal dan dikategorikan dalam low impact development (LID) atau best management practise (BMP). Di Australia dikenal dengan water sensitive urban design (WUDS) dan beberapa negara maju lain menamakannya integrated catchment planning dan ecological stormwater management. (Andah dan Iwugo, 2002; Stahre 2005; Spillett dan rekan, 2005; DTI Global Watch Mission, 2006) Sustainable Urban Drainage Systems merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering digunakan dalam perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni: terasering buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan erosi. (CIRIA, 2000) Pada sistem drainase konvensional, fungsi drainase ialah sebagai media pembuangan air di permukaan secara langsung dan cepat ke sungai. Metode ini menimbulkan berbagai permasalahan karena perbedaan siklus dengan metode alami. METODE PENELITIAN Metode pendekatan analisis yang dipakai dalam studi ini dibagi menjadi 2 pendekatan yaitu: 1. Pendekatan kualitatif, terbagi atas: Deskriptif yaitu mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989:65) Pada penelitian ini, pedekatan deskriptif ditujukan untuk mengetahui dua hal yaitu: a. Kondisi kawasan permukiman wilayah studi dan keberadaannya terhadap aktivitas dan tata ruang kota, besaran ruang yang tersedia dan dimanfaatkan oleh aktivitas kawasan untuk mengetahui penyebab kekumuhan. b.karakteristik dan persyaratan untuk menciptakan sistem drainase yang berkelanjutan dalam upaya untuk memperbaiki kualitas air dan kehidupan di kawasan permukiman kumuh yang merupakan objek penelitian. Normatif yaitu menganalisis keadaan objek yang seharusnya mengikuti hukum atau norma atau pedoman ideal tertentu. Aturan baku yang diikuti merupakan aturan pemerintah sebagai landasan hukum terhadap kawasan permukiman, perdagangan, edukasi dan rencana tata ruang kawasan. 3

Studi kepustakaan yaitu mengambil data dari literatur (buku, jurnal, prosiding) yang digunakan untuk mencari konsep, teori, dan penemuan yang dapat diterapkan kedalam penelitian ini. 2. Pendekatan kuantitatif: digunakan untuk menghitung faktor-faktor yang berpengaruh dalam perancangan kawasan sesuai dengan metode SUDS. Adapun analisis yang dilakukan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Karakteristik penerapan dan persyaratan sustainable urban drainage systems dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan. 2. Karakteristik hunian dilakukan dengan mengamati unsur-unsur sebagai berikut: a. Jumlah hunian, status kepemilikan, dan jenis bangunan b. Penggunaan dan fungsi lahan untuk mengidentifikasi pola penggunaan lahan apakah sesuai dengan standar atau tidak. 3. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang Melihat kondisi sarana prasarana yang tersedia di lokasi penelitian seputar jalan lingkungan, drainase, dan ruang terbuka hijau untuk melihat kondisi fisik dan cara pemeliharaan. 4. Karakteristik penghuni a. Kondisi ekonomi untuk mengetahui masalah tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan masyarakat kawasan permukiman tersebut b. Kondisi sosial dengan melihat tingkat pendidikan masyarakat yang berpengaruh terhadap pemahaman dan kemampuan menerapkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup. HASIL DAN BAHASAN Pada sub-bab hasil dan bahasan akan membahas tentang aspek-aspek terkait seperti: tapak perencanaan, proyeksi kebutuhan terkait pembangunan di lahan perencanaan, perencanaan, serta tahapan pembangunan. Tapak Perencanaan Lokasi tapak perencanaan terletak di Jl. Lapangan Tenis, Srengseng-Jakarta Barat dengan akses utama pada Jl. Srengseng Raya. Status tanah merupakan hak milik keseluruhannya. Permasalahan yang timbul ialah ketika pemilik tanah memanfaatkan lahannya sebagai area hunian sewa dengan unit-unit kecil yang tidak memadai dengan infrastruktur yang kurang. Dengan mempergunakan analisa SWOT, peneliti dapat mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis sehingga mendapatkan suatu strategi pembangunan yang sinergis. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEM PELUANG (OPPORTUNITY) Lingkungan sekitar sedang berkembang dengan pesat Tabel 1 Analisis SWOT KEKUATAN (STRENGTH) Terpenuhinya fasilitas sarana prasarana seperti niaga, sekolah, kesehatan, dan peribadatan Berbatasan dengan sungai yang dijadikan tempat berkumpul/ruang terbuka bagi masyrakat Areal perencanaan cukup besar Meningkatkan nilai jual kawasan dengan memanfaatkan sungai Perancangan kawasan dengan bertemakan KELEMAHAN (WEAKNESS) Akses menuju tapak kurang memadai sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui lokasi tapak Tingkat kepadatan rumah tinggi Infrastruktur jalan dan drainase tidak mendukung Kondisi lingkungan yang kumuh Pembuatan jalur pedestrian dan kendaraan yang humanis sehingga masyarakat tertarik 4

Menjadi ciri khas kota Budaya sustainable neighborhood sedang berkembang Budaya sungai dan danau sedang berkembang ANCAMAN (THREAT) Ancaman bahaya banjir Kurang tertariknya masyarakat memanfaatkan kawasan tepi sungai sebagai area konservasi yang produktif sustainable neighborhood dapat dimaksimalkan Pembuatan buffer sebelum mengalirkan air ke sungai sehingga mengurangi kemungkinan banjir Penerapan kaedahkaedah konservasi air untuk menuju daerah ini Menerapkan konsepkonsep sustainable pada permukiman dan jaringan infrastruktur Perancangan kawasan permukiman yang ideal dan layak tinggal Pembuatan signage sebagai penanda menuju tapak sehingga lebih menarik perhatian Proyeksi Kebutuhan Terkait Pembangunan di Lahan Perencanaan Jumlah penduduk pada saat ini sebanyak 315 jiwa dengan pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 2,9%. Perancangan lahan perencanaan menggunakan proyeksi 15 tahun ke depan untuk menghindari terjadinya kepadatan kembali setelah perancangan. Jumlah proyeksi penduduk yang didapatkan sebesar 485 jiwa dengan kebutuhan unit hunian sebesar 120 unit. Kebutuhan luas lahan yang diperlukan dalam perancangan hunian di dalam tapak sebesar 6.984 m². Jumlah unit komersil yang terdapat di dalam tapak perencanaan tercatat ± 10 unit. Dalam perencanaan, unit komersil yang akan disediakan sebesar 15 unit dengan pertimbangan kesalahan perhitungan selama survey. Dalam penerapan metode SUDS diperlukan perhitungan debit limpasan sebagai berikut dengan menggunakan Rumus Rasional: Koefisien pengaliran (C) = 0,7 untuk daerah pemukiman padat dengan aspal Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 36.150 m² Q limpasan = 0.278 x C x I x A = 0.278 x 0.7 x 14,2 x 36.150 = 998,94 m 3 /tahun = 1000 m 3 /tahun Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun Debit hujan sehari = 7 m 3 /hari. Dari total volume air hujan yang masuk ke dalam tapak (input) sebesar 1000 m³/tahun, maka volume ruang yang dibutuhkan untuk penerapan SUDS (volume tampungan) selama 3 bulan sebesar 250 m³. Penyebaran luasan untuk metode-metode terapan dijabarkan sebagai berikut: Nilai maksimal reduksi runoff = 49, perhitungan luasan menggunakan rumus: (nilai reduksi runoff : nilai maksimal reduksi runoff) x 250 m³ 1. Rainwater harvesting = 40,9 m³ 2. Permeable pavements = 45,9 m³ 3. Infiltration trenches = 45,9 m³ 4. Filter strips = 45,9 m³ 5. Swales = 40,8 m³ 6. Basins = 30,6 m³. Perhitungan kebutuhan parkir dengan mempergunakan perkiraan setiap 20 jiwa memerlukan 1 unit mobil pribadi, dan luasan parkir 1 mobil outdoor sebesar 30 m² sehingga kebutuhan parkir mobil yang diperlukan ialah: Jumlah unit diperlukan = 485 jiwa : 20 = 24 unit Luasan diperlukan = 24 unit x 30 m² = 720 m². Sedangkan untuk kebutuhan parkir sepeda motor diasumsikan setiap 2 jiwa memiliki 1 unit sepeda motor, dan luasan parkir 1 sepeda motor outdoor sebesar 3 m² maka dibutuhkan: Jumlah unit diperlukan = 485 jiwa : 2 = 242,5 unit 5

Perencanaan Luasan diperlukan = 242,5 unit x 3 m² = 727,5 m². Sub-bab ini membahas respon desain hasil analisa terhadap permasalahan yang dihadapi. Tabel 2 Perencanaan Terkait Hasil Bahasan No. Pembahasan Analisa Permasalahan Respon Desain Urban Texture Land Use Penggunaan lahan Menentukan luas mayoritas hunian sewaan Hunian yang terbentuk bangunan mengakibatkan penduduk berukuran kecil tidak berdasarkan standar kurang memperhatikan layak perorang yaitu 9.6 kualitas lingkungan dan m² per orang hunian 1. 2. 3 4 5 Building Form and Mass Bentuk bangunan dan peletakkannya tidak teratur ditimbulkan dari kurangnya lahan hunian sehingga penduduk memaksa mendirikan bangunan Urban Circulation and Parking Circulation and Parking Pedestrian Ways Urban Transportation Urban Economy Ekonomi Masyarakat Activity Support Urban Greenery Pengguna jalan yang cukup ramai meskipun lebar jalan cukup kecil dan banyak yang parkir kendaraan di tepi jalan karena kekurangan ruang Tidak adanya jalur pejalan kaki karena kekurangan ruang Pengguna angkutan umum kurang diperhatikan dengan tidak adanya terminal Mayoritas masyarakat merupakan kalangan ekonomi bawah sehingga mereka tidak mampu memiliki hunian layak Kurangnya ruang menyebabkan banyak kegiatan masyarakat yang tidak tertampung Ruang-ruang tersedia tidak cukup untuk kebutuhan hidup warga sehingga mereka tidak memperdulikan tentang ruang terbuka hijau Terbentuk gang-gang kecil Tidak adanya ruang untuk open space Kurangnya lebar jalan Kurangnya area parkir Membahayakan keselamatan masyarakat Masyarakat enggan menggunakan transportasi umum Hunian masyarakat kecil dan ada yang tidak layak ditinggali Muncul pedagang kaki lima Anak-anak bermain di jalan Ruang kosong yang ada disalahgunakan Penataan massa bangunan horizontal menjadi vertikal sehingga timbul ruang-ruang baru untuk jalan dan open space Memperluas lebar jalan dan menyediakan area parkir komunal Menyediakan pedestrian dengan lebar minimum Membuatkan pedestrian menuju terminal agar mendukung masyarakat Menyediakan hunian yang layak terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan Menyediakan ruangruang yang dibutuhkan seperti area komersil yang mudah dijangkau dan ruang terbuka Menyediakan ruangruang terbuka di tengah kepadatan hunian dan memanfaatkan sungai sebagai daya tarik kawasan 6

No. Pembahasan Analisa Permasalahan Respon Desain Urban Infrastructure Kebutuhan Kurangnya sarana dan Memberikan sarana Sarana Kurangnya pengetahuan 6 prasarana masyarakat yang kurang yaitu Prasarana masyarakat mengenai untuk memenuhi taman bacaan dan berdasarkan standar hunian yang layak kebutuhan sehari-hari taman/area bermain SNI 7 Infrastruktur Micro-Climate Matahari Angin 8 Topografi Masih kurangnya infrastruktur yang layak bagi masyarakat ditandai dengan beberapa penurunan kualitas lingkungan Tapak yang dikelilingi oleh bangunan dengan ketinggian rendah Kontur tanah yang relatif datar Pemanfaatan air tanah untuk seharihari Drainase yang tidak berfungsi dengan baik Pembuangan sampah sembarangan Tidak mendapatkan pembayangan yang dapat mereduksi panas Tidak adanya penahan dari angin Mempertahankan kontur yang telah ada sehingga menghemat biaya pengerjaan Memperbaiki kawasan dari segi drainase dan menyediakan tempat pembuangan sampah bagi masyarakat Memberikan bukaan ke arah timur sehingga mendapatkan sinar matahari yang baik dan sedikit terpaan angin Mendesain kawasan dengan memperhatikan kontur tanah Massa Bangunan Orientasi massa menghadap ke 2 arah yaitu utara dan selatan untuk memaksimalkan tapak. Sistem peletakkan unit bangunan berupa cul-de-sac sehingga tercipta ruang-ruang komunal yang merupakan area rekreasi dan tempat berkumpul bagi masyarakat. Ruang terbuka hijau yang diletakkan membatasi tapak dengan sekelilingnya juga berfungsi sebagai ruang komunal tempat bagi penduduk. Area komersil dan fasilitas tapak diletakkan memanjang dari timur hingga barat tapak sehingga dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat di dalam maupun di luar tapak perencanaan. Fasilitas yang disediakan di dalam tapak berupa pasar terbuka, aula multiguna, taman bacaan, lapangan basket, serta ampitheater. 7

Gambar 1 Zoning Tapak Peletakkan area parkir mobil di sebelah barat dari unit hunian ukuran 90 bertujuan untuk menciptakan rasa aman bagi pengguna jalan. Akan tetapi, tempat parkir kendaraan motor/sepeda diletakkan pada samping-samping rumah untuk memudahkan pencapaian pemilik kendaraan. Selain itu, peletakkan area parkir yang tidak terlalu dalam ke dalam tapak untuk mencegah masuknya kendaraan ke area ruang terbuka di tepi sungai. Berdasarkan pada pembahasan subbab Building Form and Mass, penataan massa bangunan dijadikan vertikal namun tetap sesuai dengan tinggi bangunan sekitar untuk menjaga skyline kawasan. Gambar 2 Mengubah Building Form Pola Jalan dan Sirkulasi Pencapaian ke dalam tapak dapat menggunakan 3 jalur dengan tingkat jalan lingkungan. Jalur (1) melalui Jalan Lapangan Bola dan jalur (2) dan (3) melalui Jalan Srengseng Dalam. Gambar 3 Entrance ke Dalam Tapak Lebar jalan yang sempit dan pemanfaatan tapak sebagai area permukiman maka lebih ideal apabila untuk entrance ke dalam tapak memanfaatkan ketiga jalur tersebut. Selain itu, apabila hanya menggunakan salah satu dari ketiga jalur yang tersedia akan menyebabkan kurangnya sosialisasi antara penduduk di dalam dengan di luar tapak. 8

Pola sirkulasi jalan kendaraan di dalam tapak menggunakan pola grid sedangkan pola pejalan kaki pola grid dan cul-de-sac. Pada jalur kendaraan juga terdapat jalur pejalan kaki (pedestrian) dengan ukuran 1,50-2,00 meter. Gambar 4 Pola Sirkulasi Jalan Penghuni unit hunian yang berbeda antar lantai mengakibatkan kemungkinan terjadinya cross pada sirkulasi dan kurangnya rasa nyaman. Respon desain yang dilakukan yaitu memberikan tangga sirkulasi yang memadai dengan lebar 1,50 meter dengan pencahayaan dan penghawaan yang alami. Gambar 5 Sirkulasi Antar Unit Hunian Infrastruktur Sumber air bersih di dalam tapak yang sebelumnya menggunakan air tanah menjadi menggunakan PDAM. Sistem drainase pada tapak perencanaan memanfaatkan konsep sustainable urban drainage systems. Dalam penerapannya didalam tapak memanfaatkan metode green roofs, rainwater harvesting, permeable pavements, infiltration trenches, filter strips, swales, dan basins. Pola peletakkan metode-metode sesuai dengan kontur tapak yang menurun ke arah timur. 9

Gambar 6 Zoning Peletakkan Metode-Metode SUDS Control systems pada penerapan metode SUDS adalah sebagai berikut: 1. Rainwater harvesting Sistem penampungan air hujan berupa peletakkan tong-tong pada setiap 1 unit massa bangunan (terdiri dari 2 rumah tangga). Air hujan yang mengalir pada atap kemudian dialirkan ke dalam tong-tong tersebut. Setiap massa bangunan bertanggung jawab dalam pengaturan dan pemanfaatan dari air tampungan tersebut. Air yang telah ditampung dapat dimanfaatkan sebagai air untuk flush kloset dan untuk menyiram tanaman pada massa bangunan fasilitas umum dan sosial 2. Permeable Pavement dan Filter Strips Air hujan yang jatuh ke tanah melewati permeable pavement sebagai resapan dan mengikuti kemiringan jalan mengarah kepada filter strips yang berfungsi sebagai area resapan sekaligus berperan sebagai selokan menuju kolam penampungan 3. Swales dan basin Air hujan yang mengalir melalui filter strips menuju sengekedan yang kemudian berakhir pada kolam penampungan. Air tampungan tersebut dimanfaatkan sebagai air untuk menyiram taman dan estetika. Kolam tampungan juga berfungsi sebagai media buffering sebelum pembuangan ke sungai. Ruang Terbuka Perancangan ruang terbuka pada tapak perencanaan dilatarbelakangi oleh 2 faktor yaitu peletakkan metode SUDS dan sungai. Oleh sebab itu, perencanaan ruang terbuka dibagi menjadi 2 yaitu bagian timur (sungai) dan barat (hunian). Pada bagian hunian, ruang terbuka berupa jalan kendaraan dan pedestrian, metode-metode terapan SUDS, dan ruang terbuka hijau di antara unit hunian Pada bagian sungai, ruang terbuka berupa metode-metode terapan SUDS dan bantaran sungai. 10

Gambar 7 Zoning Ruang Terbuka Material Pemanfaatan material terkait metode sustainable urban drainage systems pada beberapa titik dijelaskan sebagai berikut: 1. Area parkir dan jalan Pada area ini menggunakan perkerasan berpori yang dapat menyerap air ke dalam permukaan tanah. Manfaat dari penggunaan material ini sebagai upaya untuk mengembalikan ke dalam tanah. 2. Rainwater harvesting Penampungan air hujan yang mengalir dari atap menggunakan material tong dari plastik. Peletakkan tong tersebut pada lantai diatas sehingga dalam pemanfaatannya tidak perlu menggunakan pompa. Tahapan Pembangunan Tahapan pembangunan yang dilakukan ialah dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di dalam tapak. Pentahapan akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Membangun hunian sementara dengan metode knock-down pada lahan kosong yang terletak pada sebelah timur tapak 2. Setelah hunian sementara selesai, sebagian penduduk dipindahkan ke hunian-hunian sementara tersebut 3. Setelah unit hunian permanen jadi, penduduk dipindahkan ke dalam unit tersebut. Pekerjaan dilanjutkan dengan memindahkan penduduk di area yang akan dikonstruksi ke unit knock-down yang telah disiapkan. 4. Setelah semua unit hunian selesai dibangun dan penduduk ditempatkan ke dalam hunian mereka, tahapan terakhir yaitu dengan membangun lahan yang tersisa. 11

Gambar 8 Tahapan Pembangunan SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dari bab 1 sampai dengan bab 4 yang telah dibuat mengenai perancangan kawasan dengan metode sustainable urban drainage systems, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: a. Pengaplikasian metode sustainable urban drainage systems berupa rainwater harvesting, permeable pavements, infiltration trenches, filter strips, swales, dan basins ke dalam fungsi dan layout perancangan lingkungan dan bangunan b. Debit air hujan yang masuk (input) ke dalam tapak perencanaan sebesar 998,94 m 3 /tahun dengan volume penampungan yang harus disiapkan untuk penampungan air selama 3 bulan sebesar 250 m³ c. Penerapan konsep sustainable urban drainage systems berupa penerapan dengan perancangan kawasan bertitik tolak pada sistem drainase dengan memperhatikan konservasi air hujan d. Mendesain kawasan permukiman di Srengseng dengan konsep SUDS tersebut dengan memperhatikan penempatan metode-metode yang dipergunakan di dalam zoning dan site plan sehingga timbul kesinambungan antara lingkungan dengan konsep SUDS. Gambar 9 Site Plan Hasil Desain 12

Gambar 10 Penerapan SUDS pada Tapak Perencanaan REFERENSI Ciria C522. (2000). Sustainable Urban Drainage Systems design manual for England and Wales. London. Cullen, G. (1995). The Concise Townscape. New York: Routledge Hendratta, L. A., Sumanti, F. P., & Kenda, A. (2010). An Innovative Sustainable Approach On Urban Drainage System Of Manado City. Annals Of Faculty Engineering Hunedoara International Journal of Engineering, 101-106. Mustika Anggraeni, G. P. (2013). The Effectiveness of Bio-pore as an Alternative Eco drainage Technology (Case Study: Metro Sub-Watershed). Journal of Applied Environmental and Biological Science, 23-28. RIWAYAT PENULIS Carolina lahir di kota Medan pada tanggal 16 November 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2013. 13