PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR
|
|
- Suparman Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR Johnsen Susiyo, Noegroho, Yanita Mila Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat Telp (62-21) , Johnsenlie@gmail.com ABSTRACT The research aims to design a mixed region that starting point on transit oriented development that could form an environment that supports the activities of mass transportation and pedestrians. The research method used was a qualitative method. Analyses were performed with the application of urban analyzes and analyzes of transit oriented development with walkable urban methods. The results that the design of a regional transportation should bertitiktolak of a broader scope, not only of the tread design. Concluded that the design of transit oriented development method can create a walkable urban regions support the use of mass transportation in urban areas. (JS) Keywords : Transit Oriented Development, Walkable Urban, Balimester, Jakarta Timur ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk merancang sebuah kawasan campuran yang bertitik tolak pada transit oriented development sehingga dapat terbentuk sebuah lingkungan yang mendukung aktifitas moda transportasi massal dan pejalan kaki. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan dengan penerapan analisis-analisis perkotaan dan analisis mengenai transit oriented development dengan metode walkable urban. Hasil penelitian bahwa dalam perancangan suatu kawasan bertitiktolak transportasi harus dari lingkup yang lebih luas, tidak hanya dari tapak perencanaan. Disimpulkan bahwa perancangan transit oriented development dengan metode walkable urban dapat membuat sebuah kawasan mendukung penggunaan transportasi massal pada perkotaan.(js) Kata Kunci : Transit Oriented Development, Walkable Urban, Balimester, Jakarta Timur 1
2 PENDAHULUAN Pertumbuhan infrastruktur di kota Jakarta tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi warganya. Hal ini terlihat pada keterbatasan infrastruktur yang terlihat di berbagai sektor, termasuk dalam sektor transportasi seperti kurangnya perkembangan moda transportasi massal yang tidak sebanding dengan jumlah populasi, pelebaran badan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, dan lain-lain. Kekurangan infrastruktur dalam sektor transportasi ini berdampak langsung pada kemacetan kota Jakarta yang bertambah parah setiap harinya. Kurangnya infrastruktur pada sektor transportasi membuat warga lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan transportasi umum untuk berpergian. Hal tersebut berdampak pula pada pertambahan jumlah kendaraan di kota Jakarta setiap tahunnya yang mencapai 11% menurut Ditjen Hubdat. Kurangnya infrastruktur penunjang juga terlihat pada terminal Kampung Melayu yang terletak di kelurahan Balimester, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Infrastruktur yang dimaksud adalah seperti tidak adanya jalur pejalan kaki dan tidak tersedianya ruang tunggu penumpang. Selain itu, sirkulasi kendaraan di dalam terminal pun kurang diperhatikan dengan terjadinya perpotongan arah arus kendaraan yang satu dengan lainnya. Terminal Kampung Melayu ini direncanakan akan menjadi salah satu lokasi halte transit terpadu di Jakarta. Moda transportasi yang direncanakan melalui halte transit terpadu di daerah ini adalah monorel jalur biru, waterway Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur, transjakarta koridor 5, 7 dan 14, serta angkutan kota. Banyaknya moda transportasi yang akan melalui halte transit terpadu di terminal Kampung Melayu, membuat lokasi ini perlu disiapkan agar tidak menimbulkan masalah baru saat lokasi ini menjadi halte transit terpadu. Masalah saat ini, seperti kurangnya pengaturan arus dan tidak adanya tempat tunggu penumpang, perlu dicarikan solusinya agar pada saat bertambahnya moda transportasi yang masuk ke terminal ini, masalah ini tidak bertambah parah lagi. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya upaya penanganan untuk merapikan daerah Balimester yang berkaitan dengan perencanaan transportasi massal di daerah tersebut. Objek desain Transit Oriented Development (yang selanjutnya disebut TOD) dianggap salah satu objek desain yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut, dimana TOD merupakan penggabungan fungsi dari suatu lahan campuran dan kawasan transit. Penggabungan lahan tersebut meliputi sebuah kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta dekat dengan kawasan transit. Metode yang digunakan untuk mendukung objek desain tersebut adalah konsep walkable urban. Pemilihan konsep ini berdasarkan pada kemauan berjalan kaki masyarakat dan pengguna transportasi massal di terminal ini relatif tinggi. Hal ini tercermin pada banyaknya pejalan kaki yang masuk dan keluar terminal. Pengaplikasian konsep ini dengan cara memilih tempat terdekat dengan rencana lokasi halte transit terpadu, dimana lokasi yang terpilih akan didesain sebuah kawasan campuran yang mendukung aktifitas dari halte transit terpadu tersebut. Selain itu, masuknya desain kawasan campuran tersebut perlu memikirkan kegiatan warga sekitar juga. Hal ini yang membuat kawasan campuran tersebut memiliki fungsi hunian untuk warga di pemukiman padat, fungsi komersial untuk area perdagangan warga, fungsi ruang terbuka hijau yang memang diperlukan Jakarta, dan area parkir serta area pejalan kaki yang cukup untuk mendukung halte transit terpadu tersebut. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan sistem transportasi dengan transit oriented development dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah oleh Graham Currie yang mengkaji literatur dan penerapan pengembangan berbasis TOD, mengidentifikasi kelebihan dan hambatan untuk menerapkan bus-based TOD, serta oleh Aruna S. Reddi tentang TOD, cara mengimplementasikan dan contoh penerapan sehingga dapat diterapkan di India. Penelitian ini sendiri akan membahas tentang cara pengaplikasian konsep transit oriented development pada sebuah kawasan permukiman padat dan mencari solusi agar konsep TOD tersebut tidak menimbulkan masalah baru di kawasan tersebut. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kurangnya pengaturan infrastruktur transportasi kota di daerah pada penduduk sehingga mengakibatkan kemacetan pada daerah tersebut yang diakibatkan oleh penumpukan transportasi kota yang kurang teratur Tujuan penelitian ialah untuk merancang sebuah kawasan transit oriented development dengan menggunakan metode walkable urban agar terbentuk sebuah lingkungan yang mendukung aktifitas moda transportasi massal dan pejalan kaki. 2
3 Kota Kota, menurut Bintarto (1983) adalah sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan. Sebuah kota memiliki identitas tersendiri yang tercermin dari citra wawasannya. Penjabaran citra kota menurut Lynch (1960) yaitu: Path (jalur) Jalur adalah rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Rute-rute sirkulasi tersebut antara lain, jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, dan lain-lain. Jalur tersebut akan memiliki fungsi lebih apabila jalur tersebut terhubung langsung ke sebuah tempat utama, seperti stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-lain. Edge (tepian) Tepian merupakan suatu batas arsitektural yang menjadi pembatas atau pemisah antara dua kawasan tertentu. Tepian berfungsi juga sebagai pemutus linear, seperti pantai, tembok, topografi, dan lain-lain. Tepian memiliki fungsi yang lebih berarti ketika kontinuitas memiliki batasan yang jelas. District (kawasan) District merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Kawasan atau district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya). Node (simpul) Merupakan sebuah simpul atau titik temu, dimana aktifitas dari berbagai arah saling bertemu di satu titik dan dapat berubah kea rah atau aktifitas lainnya, seperti persimpangan jalan, stasiun, jembatan, dan lain-lain. Landmark (tengeran) Landmark atau tengeran adalah sebuah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari sebuah kota, misalnya gunung, menara, gedung, dan lain-lain. Unsur perencanaan tersebut mendefinisikan pengelompokkan fungsi dalam sebuah kota. Menurut Hamid Shirvani (1985), urban desain terbagi atas 8 prinsip-prinsip perencanaan, antara lain: Tata guna lahan Prinsip ini menjelaskan tentang penggunaan lahan untuk menentukan fungsi terbaik dari lahan tersebut sehingga lahan tersebut berfungsi dengan semestinya. Bentuk dan massa bangunan Bentuk dan massa bangunan ditentukan dati tinggi dan besarnya bangunan, massa bangunan, peraturan tata guna lahan (GSB, KLB), sempadan, skala, material, warna, dan sebagainya. Sirkulasi dan perparkiran Sirkulasi merupakan salah satu elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota. Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan, bentuk struktur kota, fasilitas perkotaan, dan kendaraan bermotor. Tempat parkir sendiri memiliki pengaruh langsung terhadap suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Ruang terbuka Ruang terbuka adalah ruang yang direncanakan untuk kebutuhan tempat-tempat pertemuan dan aktifitas bersama antar banyak orang yang memiliki kemungkinan dapat menimbulkan bermacammacam kegiatan umum di ruang tersebut. Jalur pejalan kaki Sistem pejalan kaki yang baik adalah: Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia Lebih mengekspresikan aktiftas PKL dan mampu menyajikan kualitas udara Penanda (signage) Perpapanan berfungsi sebagai petunjuk jalan, arah ke suatu kawasan tertentu pada jalan tol, atau di jalan kawasan kota. Aktivitas Pendukung 3
4 Merupakan semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota, seperti taman kota, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Preservasi Preservasi adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelajaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti bangunan bersejarah. Transit Oriented Development (TOD) Transit oriented development, adalah penggabungan fungsi dari suatu lahan campuran dan kawasan transit, dimana penggabungan lahan tersebut meliputi sebuah kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta dekat dengan kawasan transit. (Transit-Oriented Development Guidebook, 2006) Menurut Peter Calthorpe, perencanaan kawasan TOD memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: mengorganisasikan pertumbuhan dalam level regional menjadi lebih kompak dan transit supportive menempatkan komersial, permukiman, perkantoran, dan fasilitas umum-sosial dalam jarak tempuh berjalan kaki dari stasiun transit menciptakan jaringan jalan yang ramah pejalan kaki yang menghubungkan berbagai tujuan berpergian lokal menyediakan permukiman dengan tipe, kepadatan dan biaya yang bervariasi melestarikan habitat dan ruang terbuka dengan kualitas tinggi membuat ruang publik sebagai focus dari orientasi bangunan dan kegiatan masyarakat mendorong penggunaan lahan dan redevelopment sepanjang koridor transit Sustainable Neighbourhood Sustainable development, menurut The Bruntland Commission, adalah development that meets the needs of today s generation without compromising the ability of future generations to meet their needs, yang artinya pembangunan yang memikirkan kebutuhan generasi saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ciri-ciri sebuah lingkungan yang dapat disebut telah menjadi sebuah lingkungan yang sustainable urban neighbourhood, antara lain: a. Kawasan yang dapat ditempuh dengan jalan kaki b. Penggunaan energi c. Daur ulang d. Air dan limbah e. Ruang terbuka hijau Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendukung insentifitas dari pengaplikasian rendah energi dan emisi kendaraan transportasi umum yang rendah, antara lain: Siklus jaringan terintegrasi dengan kebijakan perencaaan perkotaan Menyediakan jalur sepeda dan kendaraan rendah energi Mengadakan stasiun pengisian bahan bakar untuk kendaraan listrik dan biodiesel (bahan bakar nabati) Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dalam pusat kota dan lingkungan yang ramai Pemberitaan kepada masyarakat Walkable Urban Walkable Urban adalah sebuah kawasan perkotaan yang mendukung aktifitas berjalan kaki sebagai bagian penting dari perjalanan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan transportasi, penggunaan lahan, dan karakter desain dari kawasan tersebut. Ciri-ciri sebuah kawasan yang perencanaannya menggunakan konsep walkable urban adalah sebagai berikut: Manusia dari segala usia dan kemampuan memiliki akses yang mudah ke komunitas mereka dengan cara berjalan kaki Manusia akan lebih banya berjalan kaki, dimana masyaratkat dan lingkungan akan menjadi lebih aman, sehat, dan ramah 4
5 Orangtua akan merasa nyaman ketika anak-anak mereka bermain di luar karena tidak ada rasa khawatir dari ancaman kendaraan bermotor Anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak di luar dengan anak-anak lainnya METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. Pemilihan pendekatan metode ini didasarkan pada penelitian yang tidak hanya fokus pada satu masalah saja, melainkan fokus terhadap beberapa masalah. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah sebagai berikut: Observasi metode pengumpulan data kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Wawancara Metode ini merupakan percakapan dengan maksud tertentu, percakapan tersebut dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Dokumen metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Data dari dokumen dapat berupa dalam bentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya HASIL DAN BAHASAN Pada sub-bab hasil dan bahasan akan membahas tentang aspek-aspek terkait seperti: tapak perencanaan, proyeksi kebutuhan terkait pembangunan di lahan perencanaan, perencanaan, serta tahapan pembangunan. Tapak Perencanaan Tapak terletak di kelurahan Balimester dan Kampung Melayu, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur, Jatinegara Barat, dan Jalan Jatinegara Barat 4, Jakarta Timur, Jakarta. Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui strategi desain yang dibutuhkan pada tapak perencanaan. Peluang (opportunities) Banyaknya moda transportasi yang melalui kawasan Kawasan menjadi hidup karena aktifitas transportasi Ancaman (threats) Kurangnya ketertarikan masyarakat menggunakan transportasi massal Tabel 1 Analisis SWOT Kekuatan (strenghts) Rencana kawasan menjadi terminal transportasi terpadu Area komersial yang ramai Merencanakan sebuah kawasan yang mendukung aktifitas transportasi kota sehingga area komersial bertambah ramai Penambahan area komersial yang menarik sebagai daya tarik masyarakat ke dalam kawasan Sumber: Data Olahan Pribadi., 2013 Kelemahan (weaknesses) Sirkulasi dalam terminal belum terlalu diperhatikan Kurangnya lahan parkir pada area komersial Kurangnya fasilitas pejalan kaki Memperbaiki sirkulasi dalam terminal agar moda transportasi memiliki nilai tambah Menambahkan lahan parkir dan fasilitas pejalan kaki agar kawasan menjadi ramai. Perencanaan sebuah kawasan transit oriented development yang dilengkapi area pendukung terminal 5
6 Proyeksi Kebutuhan Terkait Pembangunan di Lahan Perencanaan Tapak perencanaan berada pada dua kelurahan, yaitu kelurahan Kampung Melayu dan Balismester. Jumlah penduduk saat ini sebanyak 246 jiwa pada Kampung Melayu dan 361 pada Balimester. Laju pertemubuhan penduduk pada Kampung Melayu sebesar 9,33% dan Balimester sebesar -1,33%. Berdasarkan data tersebut, proyeksi petumbuhan penduduk dalam 10 tahun untuk daerah Kampung Melayu menjadi 601 jiwa dan pada Balimester menjadi 316 jiwa dengan total sebesar 917 jiwa. Penduduk/KK pada kelurahan Kampung Melayu sebesar 3,01 jiwa/kk,sedangkan pada Balimester sebesar 2,92 jiwa/kk. Berdasarkan data tersebut, total hunian yang diperlukan dalam 10 tahun kedepan adalah 200 hunian untuk penduduk Kampung Melayu dan 109 KK untuk penduduk Balimester. Luas kebutuhan parkir pada tapak untuk penghuni sebesar m 2 untuk motor dan m 2 untuk mobil. Kebutuhan parkir untuk area komersial sebesar 702 m 2 untuk motor dan m 2 untuk mobil. Perkiraan kebutuhan parkir untuk pengguna transportasi kota sebesar m 2 untuk mobil dan 276 m 2 umtuk motor. Kebutuha parkir tersebut berdasarka perhitungan apabila kendaraan tersebut parkir pada gedung parkir. Perencanaan Subbab ini menjelaskan tentang perencanaan tapak perencanaan berdasarkan analisis dan masalah pada tapak yang dapat disimpulkan sintesa desainnya. Tabel 2 Perencanaan No Pembahasan Analisis Masalah Sintesa Urban Texture 1 Land Use Lahan didominasi oleh fungsi hunian dan komersial 2 Building Form and Mass Bentuk massa bangunan didominasi oleh bentuk persegi panjang dengan sebagian besar material utama adalah dinding bata 3 Jalan Lebar jalan pada tapak antara 2,5-5 meter Maksimalisasi penggunaan lahan membuat kurangnya lahan terbuka dalam tapak Masih terdapat bangunan yang tidak permanen Jalan kurang lebar dan kurang terurus tersebut No Pembahasan Analisis Masalah Sintesa Urban Circulation and Parking 4 Sirkulasi Kendaraan Tapak dikelilingi dua jalan arteri Jatinegara 5 Pedestrian Ways Pedestrian hanya terdapat pada area komersial Urban Transportation 6 Urban Transportation Tapak dilalui oleh berbagai macam Tapak dikelilingi jalan yang berpotensi menimbulkan kemacetan Pejalan kaki tidak memiliki area khusus pada zona hunian Penataan sirkulasi terminal yang Penyusunan kembali fungsi lahan pada tapak agar memiliki ruang terbuka Desain bangunan ikut serta memperbaiki bangunan yang belum baik Desain lebar jalan yang sesuai dengan kebutuhan akan jalan Penempatan pintu masuk dan keluar dibagi pada dua titik agar tidak menambah kemacetan Penambahan area pejalan kaki pada tapak Mengatur ulang sirkulasi dalam 6
7 No Pembahasan Analisis Masalah Sintesa transportasi kota kurang baik terminal agar tidak menimbulkan kemacetan Urban Economy 7 Ekonomi Masyarakat Mayoritas penduduk Terdapat area Merapikan bekerja dalam sektor komersial yang kembali area perdagangan dan jasa kurang tepat komersial yang 8 Activity Support Keterbatasan ruang karena area hunian yang berdekatan Urban Greenery 9 Urban Greenery Keterbatasan lahan membuat warga kurang mempedulikan area hijau Urban Infrastruktur 10 Drainase Ukuran drainase antara cm 11 Persampahan Titik pembuangan sampah kurang banyak Micro Climate 12 Matahari Ketinggian bangunan disekitar tapak tidak lebih tinggi dari tiga lantai keberadaannya Keterbatasan ruang menyebabkan aktifitas terbatasi sosial Kurangnya lahan terbuka hijau pada tapak Ukuran drainase yang kecil dapat menyebabkan banjir pada kawasan Warga malas mencari tempat sampah umum sehingga terdapat sampah di jalan Tidak mendapatkan bayangan untuk mengurangi panas pada waktu sore hari 13 Angin Angin kurang terasa pada daerah yang memiliki lebar jalan kecil Sumber: Data Olahan Pribadi., 2013 Building Envelope telah ada Merapikan kawasan hunian agar dapat menambahkan fungsi ruang terbuka Desain kawasan juga perlu menyediakan tempat untuk fungsi penghijauan Pelebaran ukuran drainase yang kurang besar Memperbanyak titik pembuangan sampah dengan tempat yang tidak terlampau jauh Menghadapkan massa bangunan ke arah timur laut untuk mengurangi matahari dari barat serta mendapatkan angina yang banyak Peletakkan massa bangunan dalam kawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu area privat dan area publik. Area privat terletak pada bagian utara tapak, sedangkan area publik terletak pada bagian selatan tapak. Area komersial diletakkan di sepanjang lahan yang berbatasan dengan jalan utama sehingga mudah dijangkau oleh pengguna jalan. 7
8 Gambar 4.26 Zoning Tapak Lokasi tapak yang diapit oleh jalan arteri Jatinegara, berakibat pada ramainya arus lalu lintas pada jalan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka area yang berbatasan langsung dengan jalan utama tadi diperuntukkan bagi area publik. Area hunian diletakkan pada bagian utara tapak dengan alasan jalan yang berada di utara tapak tidak sebesar dan tidak seramai jalan arteri Jatinegara. Street pattern and circulation Gambar 4.27 Zoning Massa Solusi agar tidak menambah kemacetan pada jalan arteri, maka pintu masuk dan keluar di letakkan pada masing-masing jalan arteri. Hal tersebut ikut mengurangi kemacetan karena kendaraan tidak keluar pada satu titik saja, tetapi dapat keluar di tempat lain sehingga titik kepadatan terpecah menjadi dua bagian. 8
9 Gambar 4.28 Pintu Masuk Infrastructure Sirkulasi kendaraan di dalam tapak menggunakan pola grid yang bertujuan untuk memudahkan arah sirkulasi pada tapak. arah sirkulasi kendaraan tersebut langsung tersambung ke jalan utama Jatinegara yang turut serta memudahkan pengendara. Gambar 4.29 Sirkulasi Sistem pengaliran drainase pada tapak langsung menuju ke sungai Ciliwung. Hal tersebut yang menjadi dasar perencanaan letak titik drainase sehingga arahnya mengalir ke sungai Ciliwung. Arah aliran drainase juga mengikuti pola grid karena letak drainase sendiri berada di samping pedestrian. 9
10 Gambar 4.30 Drainase Open Space Peletakkan penghijauan pada tapak dilakukan secara menyebar agar kawasan tidak terkesan gersang. Beberapa titik pada kawasan memiliki zona hijau berupa ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari. Gambar 4.36 Ruang Terbuka Tahap Pembangunan Tahapan pembangunan tapak ikut serta menggunakan lahan kosong yang ada di luar tapak. Lahan tersebut digunakan sebagai tempat sementara untuk tinggal dan berdagang selama pembangunan kawasan berlangsung. Tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Merelokasi sementara sebagian lahan yang berfungsi sebagai hunian. Lahan tersebut akan dibangun rusun pertama pada tapak 2. Setelah rusun pertama selesai, lahan hunian selanjutnya yang direlokasi, dimana lahan tersebut akan digunakan untuk membangun rusun kedua. 3. Selanjutnya tahap relokasi area pertokoan pada sisi barat tapak, dimana lahanya akan dibangun kembali pertokoan yang memiliki hubungan dengan rusun 4. Tahap selanjutnya merelokasi pertokoan pada timur kawasan 5. Tahap kelima ialah membangun area terminal pada tapak dimana terminal sementara akan pindah ke daerah barat tapak 6. Setelah terminal selesai, tahap terakhir adalah membangun area pertokoan pada barat tapak. 10
11 Gambar 4.37 Tahap Perencanaan SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab 1 sampai dengan bab 4 mengenai perancangan transit oriented development dengan metode walkable urban, maka dapat didapat kesimpulan sebagai berikut: Perencanaan kawasan transit oriented development berupa perancangan sebuah kawasan yang mendukung aktifitas dengan menggunakan berbagai moda transportasi kota. Penerapan metode walkable urban ke dalam kawasan dengan memperhatikan kenyamanan pejalan kaki selama beraktifitas di dalam kawasan. Perencanaan objek desain TOD turut memperhatikan area komersial yang sudah ada saat ini agar perekonomian warga balimester tetep berjalan ketika perencanaan berjalan. REFERENSI Bintarto, R. (1983). Interaksi Desa-kota Dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lynch, K. (1960). The Image of The City. Cambridge: MIT Press. Shirvani, H. (1985). Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Calthorpe, P. (1993). The Next American Metropolis. New York: Princeton Architectural Press. Bochner, B. S. (2010). Designing Walkable Urban Thoroughfares: A context Sensitive Approach. Washington, DC: Institute of Transportation Engineers. 11
12 RIWAYAT PENULIS Johnsen Susiyo lahir di kota Bekasi pada tanggal 29 Oktober Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun
BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur,
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan 4.1.1 Data Tapak Tapak terletak di kelurahan Balimester dan Kampung Melayu, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. mengerjakan, atau melakukan sesuatu.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judul penelitian yang dipilih oleh peneliti dapat dijabarkan dan didefinisikan sebagai berikut: Perancangan adalah proses, cara, perbuatan merancang sebelum bertindak,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK
38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi
Lebih terperinciPERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.
PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit
Lebih terperinci6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan
6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT
Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA
Lebih terperinciKAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)
KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat) Bambang Supriyadi ABSTRAKSI Kota Semarang merupakan salah satu kota yang banyak memiliki ruang-ruang kota yang pertumbuhannya berawal
Lebih terperinciHIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA
HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI
Lebih terperinciELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya
Lebih terperinciPEREMAJAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER
PEREMAJAAN KAWASAN PEMKIMAN KMH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER Cynthia, Michael Tedja dan Indartoyo Jurusan Arsitektur, niversitas Bina Nusantara, Jalan K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciSTASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua orang di dunia bergantung pada transportasi untuk melangsungkan hidupnya, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,
Lebih terperinciPerencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)
Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinci2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).
Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciPerancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit: Studi Kasus Terminal Pinang Baris Medan
15 Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Panca Budi Jurnal ArchiGreen Jurnal ArchiGreen Vol. 3 No. 5 (2016) 15 23 Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit: Studi Kasus Terminal
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan
Lebih terperinciBAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront
BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama
Lebih terperinciRancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciFasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)
Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan
Lebih terperinci2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG
ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE
BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.
Lebih terperinciBAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lokasi penelitian ini terletak di Klender, kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana kata kaum diambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus
Lebih terperinciGambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...
Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan
Lebih terperinciJl. Tamansari No.1 Bandung
Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Penataan Kawasan Industri Terpadu di Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka Referrals Structuring Integrated Industrial Estate in the District
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29 Stasiun Manggarai Sumber : Google Image, diunduh 20 Februari 2015 3.1.1. Data Kawasan 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah
Lebih terperinciDukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi industri dan perdagangan merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus
Lebih terperinciKAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN
LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN MAHASISWA: AMELIA LESTARI (NIM: 41211010044) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu
Lebih terperinciDUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : TINGGA PRADANA
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi Kampung Pulo Sumber: hasil olahan pribadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Pulo merupakan satu daerah yang berada di Jakarta Timur dan memiliki lokasi disekitar bantaran sungai Ciliwung. Kampung Pulo memiliki luas area sekitar ± 8
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT
PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT Oleh : Fathulia Fahmatina, R.Siti Rukayah, Titien Woro Murtini ABSTRAK Sebagai komoditas batik,
Lebih terperinciProsiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:
Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Peremajaan Unit Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Permukiman Padat Dan Liar di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung)
Lebih terperinciLAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE
LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR
Lebih terperinciPEREMAJAAN KAWASAN PERDAGANAN SENEN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA
PEREMAJAAN KAWASAN PERDAGANAN SENEN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA SUNJAYA ASKARIA, MICHAEL TEDJA, INDARTOYO JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA, Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judul laporan tugas akhir yang dipilih oleh peneliti dapat dijabarkan dan didefinisikan sebagai berikut : Peremajaan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas melalui
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciL E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi
Lebih terperinciTerminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tempat pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah satu penyebab banyaknya penduduk Indonesia
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sedang memasuki era globalisasi, dimana pada era ini tidak lagi memandang batas-batas kawasan, dan diharapkan semua sektor pembangunan dapat bersaing dengan
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA
BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perancangan Kota (Kawasan) 1. Roger Trancik, 1986 Merancang kota (kawasan) menurut Trancik (1986), adalah tindakan untuk menstrukturkan ruang-ruang di kota tersebut
Lebih terperinciPENGERTIAN GREEN CITY
PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat
Lebih terperinciPenentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development
C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Secara
Lebih terperinciS K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta sebagai Ibu Kota negara Republik Indonesia merupakan pusat dari semua kegiatan pekerjaan untuk sekitar kota Jakarta dan bahkan Indonesia. Pendatang dari
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek peremajaan
Lebih terperinci